Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Agenda

Televisi & Peliputan Keberagaman: sebuah Kerangka Acuan Workshop Jurnalis TV

by Redaksi
20/01/2014
in Agenda
Reading Time: 3min read
Share on FacebookShare on Twitter

Kerangka Acuan

Workshop Jurnalis TV

“TELEVISI & PELIPUTAN KEBERAGAMAN”

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)

Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pusat

Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sulawesi Selatan

 

Latar Belakang

Pemberitaan dan tayangan isu kebebasan beragama di televisi kerap tidak memberikan perhatian pada fakta keberagaman bangsa ini. Tidak jarang peliputan tentang kasus-kasus agama dan keyakinan menyudutkan kalangan minoritas tertentu. Sehingga, siaran tentang agama lebih banyak bias pemahaman teologi yang mainstream dan karena itu ikut “menyesatkan” keyakinan atau kepercayaan pinggiran.

Padahal UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (pasal 2), Kode Etik Jurnalistik, Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) pasal 6 dan Standar Program Siaran (SPS) pasal 6 ayat 1 mengamanatkan jurnalis dan lembaga penyiaran menghormati kebhinekaan, termasuk agama dan keyakinan, serta melarang merendahkannya. Aturan dan ketentuan yang berlaku tersebut seharusnya tidak dipahami sebagai pembatasan bagi jurnalis dan lembaga penyiaran untuk meliput kebhinekaan agama dan keyakinan atau kepercayaan, melainkan mendorong berkembangnya jurnalisme damai yang toleran, menghargai, dan mempromosikan hak-hak dan kebebasan setiap warga negara untuk beragama dan berkeyakinan dengan pilihannya yang berbeda-beda.

Namun begitu, tantangan televisi untuk menayangkan isu agama tidaklah mudah. Selain sensitif, karena terkait sentimen yang mudah menimbulkan ketersinggungan kelompok agama atau keyakinan tertentu sehingga bisa memancing reaksi yang keras, isu keberagaman juga kurang “menjual”. Kebebasan beragama tidak “sepopuler” isu korupsi, politik, ekonomi, sepakbola, selebriti dan sebagainya yang mampu mendongkrak rating. Televisi ramai menayangkannya hanya ketika meletus konflik yang sampai memakan korban, baik nyawa maupun harta benda.

Padahal, dengan kekuatan audio visual dan dukungan revolusi teknologi komunikasi dan informasi yang makin canggih dan murah, meniscayakan lembaga penyiaran menjadi elemen terpenting menciptakan pengaruh dalam kehidupan sehari-hari khalayak, begitupun opini tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan. Demi menimbang besarnya pengaruh lembaga penyiaran inilah, terutama televisi, kemudian layak diajukan beberapa pertanyaan. Ketika menggunakan frekuensi yang merupakan barang publik, apakah televisi mempunyai keberpihakan pada hak-hak dan kepentingan warga negara atau sebaliknya hanya memberi keuntungan pihak dan kelompok tertentu yang merampas kebebasan dasar warga negara? Ketika televisi mengudara di tengah masyarakat yang beragam sementara agama masih menjadi pusat kekuatan moral dan spiritual yang menafasi hampir seluruh sepak terjang warga negara Indonesia, sejauh mana informasi-informasi yang disuguhkan mampu mendukung kehidupan sosial yang damai, toleran dan penuh penghargaan dalam perbedaan? Lantas, perlukah inisiatif-inisiatif etis dan operasional yang mampu meningkatkan skill, kapasitas, dan kompetensi lembaga-lembaga penyiaran dan kalangan jurnalisnya untuk mengembangkan jurnalisme damai yang mempromosikan keberagaman di Indonesia?

Tentu, tidak mudah menjawab pertanyaan-pertayaan di atas. Semua itu adalah perkara yang juga menjadi tantangan lembaga-lembaga penyiaran di negara manapun di belahan dunia ini. Karena itu, untuk menjawabnya membutuhkan keterlibatan berbagai elemen masyarakat dan pemerintahan.

Namun, kemendesakan peran dan pengeruh besar media inilah, terutama televisi, dalam upaya mengurangi situasi “buram” bangsa ini – yang pada dekade terakhir ditingkahi menguatnya intoleransi dan diskriminasi, bahkan kekerasan atas nama agama – mendorong Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerjasama dengan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pusat dan IJTI Sulawesi Selatan berikhtiar bahu-membahu bersama jurnalis-jurnalis televisi untuk menggali peta sejauh mana tantangan media dan jurnalis televisi untuk menghidupkan jurnalisme damai dalam konteks keberagaman serta peluang-peluang seperti apa yang bisa diambil dan dikembangkan. Untuk itu pula SEJUK dan IJTI menyelenggarakan workshop untuk jurnalis televisi dengan mengambil tema “Televisi dan Peliputan Keberagaman.”

 

Nama Kegiatan

Workshop untuk Jurnalis “Televisi dan Peliputan Keberagaman”

 

Tujuan

  • Menghidupkan kesadaran dan praktik jurnalisme damai dalam konteks keberagaman di Indonesia
  • Pengarusutamaan jurnalisme keberagaman di kalangan jurnalis televisi
  • Menggali dan mengembangkan gagasan, etika dan teknik seputar tantangan dan peluang-peluang televisi sebagai lembaga penyiaran dalam memberitakan isu keberagaman
  • Mengembangkan skill, kapasitas dan kompetensi jurnalis televisi dalam mempraktikkan jurnalisme keberagaman

 

Waktu

Sabtu – Minggu, 8 – 9 Maret 2014

 

Tempat

Hotel Grand Celino, Jl. Lanto Daeng Pasewang, Makassar, Sulawesi Selatan

Narasumber

  1. Josep Adi Prasetyo, Anggota Dewan Pers
  2. Idy Muzayyad, Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat
  3. Budhy Munawar-Rachman, Intelektual Muslim
  4. Ade Armando, Pakar Media dan Komunikasi Universitas Indonesia
  5. Amanda Komaling, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sulawesi Utara
  6. Ahmad Alhafiz, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pusat
  7. Muhammad Choirul Anam, Wakil Direktur Eksekutif Human Rights Working Group (HRWG)

 

Fasilitator

Ahmad Junaidi (Direktur SEJUK)

 

Peserta

Peserta workshop ini adalah para jurnalis televisi di sekitar kota Makassar dan wilayah Indonesia Timur lainnya. Jumlah peserta 25.

 

Panitia

Kepanitiaan workshop adalah kerjasama SEJUK dengan IJTI Pusat dan IJTI Sulawesi Selatan

 

Undangan

Informasi tentang undangan Workshop Jurnalis Televisi di Makassar dapat diakses di

https://sejuk.org/2014/02/22/televisi-peliputan-keberagaman-undangan-workshop-jurnalis-televisi-di-makassar-8-9-maret-2014/

 

Contact Person

Rifah Zainani 085719461141 atau Thowik 081212989340

 

 

Previous Post

“Kamis Ke-300”, film gotong royong Happy Salma

Next Post

Ribuan Pekerja di Hong Kong Demo Kecam Penyiksaan TKI

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

30/05/2025
Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

24/05/2025
pelatihan komunitas Pekanbaru Riau Sumbar

‘No Viral, No Justice’ Tak Selalu Adil bagi Komunitas Rentan

21/01/2025
Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

19/11/2024
Next Post
Indonesia Dinilai Gagal Lindungi Perempuan

Ribuan Pekerja di Hong Kong Demo Kecam Penyiksaan TKI

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In