Senin, Mei 12, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home LGBTIQ

“Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

by Redaksi
18/05/2019
in LGBTIQ
Reading Time: 3min read
“Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”
Share on FacebookShare on Twitter
Dok. Arus Pelangi (International Women’s Day 2019)

Sejak ketahuan identitasku sebagai lesbian, perlakuan keluarga menjadi berubah, terutama mama. Aku dilarang bepergian jauh, diberi nasehat setiap pagi dan sore soal azab neraka, diberi doa-doa, dan dibawa ke praktisi kesehatan mental karena dianggap menyimpang.

Usaha yang paling gencar dari mama adalah menuntut agar aku segera menikah. Menurutnya, pernikahan adalah satu-satunya solusi yang paling manjur untuk menyembuhkan ke-lesbian-anku.

Langkah berikutnya yang dilakukan orang tuaku adalah menyembunyikan semua dokumen, mulai dari akta sampai ijazah-ijazahku, sehingga aku tidak akan bebas pergi. Setidaknya aku hanya akan bepergian ke dalam negeri saja.


Di kemudian hari aku baru tahu, jika anak laki-laki yang ketahuan identitasnya sebagai gay cenderung diusir, maka anak perempuan yang ketahuan identitasnya sebagai lesbian akan dikurung. Semua itu ditempuh orang tuaku mulai Maret 2018, ketika sebuah akun Instagram yang homofobia dan intoleran mengunggah foto dan dentitasku dengan keterangan yang sangat memusuhi dan melecehkanku.

Dari penggalan hidupku itu, mari aku perkenalkan dengan lima hal yang membuat kamu akan terhindar dari diskriminasi. Berikut ini urutannya: (1) laki-laki, (2) muslim, (3) suku Jawa, (4) kaya dan (5) heteroseksual. Jika dirunut satu-satu, maka aku hanya memenuhi syarat kedua dan ketiga: muslim dan Jawa.

Memiliki dua hak istimewa dari lima sebenarnya bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan karena masih ketiga hak istimewa yang tidak aku miliki menjadi bayang-bayang. Perempuan muslim jreng, Jawa, yang terlahir dari keluarga pesantren di Jawa Timur yang sangat religius, tetapi pada saat yang bersamaan aku bukan laki-laki, bukan pula heteroseksual.

Dalam tradisi beberapa agama, adat dan budaya, tubuh perempuan selalu diperlakukan dengan khusus, yakni berupa  penolakan keterlibatan perempuan dalam upacara-upacara keagamaan ketika mengalami siklus bulanan karena dianggap tidak suci dan menjijikkan. Dalam sejarah pun menunjukkan bahwa perempuan kemudian selalu dianggap sebagai makhluk yang tak bermoral, tidak bersih, lemah, atau inferior. Tidak heran jika sampai saat ini kultur patriarki menganggap perempuan harus ditundukkan dan diatur sesukanya oleh laki-laki.

Sebagai perempuan Jawa dan muslim, tuntutan dari keluarga amat besar: harus menurut, tunduk, dan menganut prinsip dapur, sumur dan kasur. Hal yang terpenting menurut keluarga tipe ini adalah: makin cepat menikah, makin baik. Selain menghindarkan perempuan-perempuan muda ini dari zina, tentunya menikah berarti jalan lebar menuju surga. Dengan catatan: taat pada suami apapun yang terjadi.

Sayangnya, aku adalah anak perempuan yang tidak memenuhi persyaratan menuju anak perempuan sempurna versi keluargaku yang konservatif ini. Sebab, aku adalah seorang lesbian dan dianggap pemberontak.

Orang tua selalu percaya bahwa ia lebih tahu jalan hidup yang terbaik untuk anak-anaknya. Karena itu, mereka merasa paling berhak menentukan jalan hidup anaknya. Anak dianggap berhutang budi karena telah dilahirkan dan dibesarkan dengan baik olehnya. Sehingga, pengekangan, perjodohan bahkan pengusiran kepada anak yang tidak berbakti adalah sah.

Mama, maafkan aku yang sementara ini harus mengambil jarak darimu. Akhir tahun 2018 dengan sangat terpaksa aku “kabur” dari keluarga dan dari bawah mencoba peruntungan di Jakarta.

Untuk merayakan International Day Against Homophobia, Biphobia, and Transphobia (IDAHOBIT) 2019 aku menulis ini.

Mama, aku lesbian dan aku tetap putrimu.[]

**Sesuai permintaan, identitas penulis kami rahasiakan.

Tags: #homophobia#IDAHOBIT#lesbian#LGBT#Patriarki
Previous Post

Dari Hannah Alrashid hingga Sakdiyah Ma’ruf: Bagaimana Kita Menerima Keberagaman?

Next Post

Pembelaan Dikti dan Diskriminasi di Kampus

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Transgender

#AgamaUntukSemua yang Merangkul LGBT

14/09/2024
Transgender

Merayakan Pride Month Merayakan Diri Sendiri

03/09/2024
Apakah Kunjungan Paus Fransiskus adalah Berkat bagi Queer di Indonesia?

Apakah Kunjungan Paus Fransiskus adalah Berkat bagi Queer di Indonesia?

30/08/2024
NEGARA RAMPAS KEMERDEKAAN TRANSPUAN LANSIA

NEGARA RAMPAS KEMERDEKAAN TRANSPUAN LANSIA

26/08/2024
Next Post
Pembelaan Dikti dan Diskriminasi di Kampus

Pembelaan Dikti dan Diskriminasi di Kampus

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Jangan Toleran-Toleran Amat, Nanti Kebablasan!”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In