Menyambut Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap 16 November Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung mengundang jurnalis di wilayah Jawa Barat untuk terlibat aktif dalam workshop jurnalis meliput keberagaman.
Kegiatan ini adalah bagian dari ikhtiar SEJUK sejak 2008 menyebarkan prinsip-prinsip Jurnalisme Keberagaman di kalangan insan pers Indonesia dengan keterlibatan masyarakat sipil, terutama kelompok-kelompok rentan.
Berikut ini informasi lengkap terkait workshop SEJUK dan AJI Bandung untuk jurnalis:
Latar Masalah
Peran apa yang bisa diambil media di tahun-tahun politik ketika fake news, hoax atau scam bertebaran? Bagaimana memulihkan kepercayaan publik yang terus tergerus terhadap media sementara semakin banyak website atau blogspot yang memprovokasi sentimen suku, agama, ras atau etnis dan antargolongan (SARA) dan justru menjadi acuan kebenaran yang diyakini masyarakat?
Lalu, bangunan demokrasi seperti apa yang hendak didorong pers Indonesia – sebagai pilarnya yang keempat – setelah terbongkarnya Saracen mesin penyebar berita bohong terkait (SARA)?
Melalui penyebaran berita bohong, radikalisme agama semakin agresif, eksesif dan meluas karena diteruskan di media sosial (medsos). Pada gelaran Pilkada DKI Jakarta, misalnya, radikalisme yang mempertontonkan berbagai bentuk intimidasi dan kekerasan atas nama agama, terkonsolidasi dan massif memecah-belah masyarakat. Sebab, kepadatan lalu-lintas pemberitaan isu SARA, terutama di media online yang diviralkan media sosial ataupun sebaliknya dari informasi viral di medsos yang diramaikan media mainstream, melebarkan polarisasi.
Turunan lebih lanjut, medsos digunakan sebagai alat provokasi aksi-aksi persekusi dengan menarget warga yang berbeda pandangan atau keyakinan, agama, etnis, ideologi, dan politik. Beberapa korban persekusi dikriminalisasi, bahkan ada yang dipenjara. Pemantauan Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Indonesia, dari Januari sampai Juni 2017 saja mencatat 90 kasus persekusi. Ketegangan hubungan antar-iman dan etnis ini terus menyebar di banyak wilayah. Bukan tidak mungkin praktik-praktik intoleransi bahkan persekusi marak dalam pilkada serentak 2018 serta Pilpres 2019.
Hal itu diperburuk penyuguhan berita dengan informasi mentah, verifikasi lemah, narasumber tidak terpilah, judul dan penggunaan diksi provokatif dalam mengabarkan kasus-kasus bernuansa SARA. Sementara, banyak portal berita bukan mainstream seperti blogspot serta situs-situs yang mencatut nama media mainstream dan tentunya tidak sedikit yang luput dari pantauan Dewan Pers – yang awal tahun 2017 mendata jumlah media online mencapai 43.000 – turut memperumit banjir informasi di era post-truth ini.
Jadi, membangun jurnalisme damai yang menghormati dan mempromosikan keberagaman, mengharmoniskan relasi antariman adalah jalan terjal yang harus ditempuh bersama-sama oleh banyak pihak. Maka dari itulah kampanye jurnalisme keberagaman oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) membutuhkan intensitas dan menuntut jangkauan yang lebih luas dalam mempromosikannya, terutama kepada para jurnalis dan organisasi profesi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang bekerja di wilayah-wilayah yang akan menghadapi pilkada 2018, dengan penduduk yang padat dan akses internetnya tinggi.
Nama Kegiatan
Workshop Jurnalis Meliput Keberagaman di Tahun-tahun Politik
Tujuan
Meningkatkan kritisisme dan sensitivitas di kalangan jurnalis dalam menghadapi berita bohong atau hoax berbasis SARA
Keluaran
- Kesadaran peserta workshop terangkat untuk mempromosikan isu keberagaman berdasarkan perspektif konstitusi dan hak asasi manusia;
- Komunikasi di antara peserta serta antara peserta dengan SEJUK dan AJI terjalin lebih akrab dan intens dalam menyiasati isu-isu berbasis SARA;
- Perspektif jurnalisme keberagaman berkembang di kalangan jurnalis dan anggota AJI Bandung;
- Kesadaran peserta workshop terhadap pentingnya mempromosikan jurnalisme keberagaman menjadi bagian dari kerja-kerja jurnalistik mereka.
Waktu dan Tempat
Kegiatan workshop jurnalis ini akan dilangsungkan sekaligus dalam rangka menyambut Hari Toleransi Internasional 16 November.
Waktu : Selasa-Rabu, 14-15 November 2017
Tempat : Bandung, Jawa Barat (lokasi kegiatan akan diinformasikan kepada peserta terpilih)
Narasumber
- Andy Budiman: Pernah menjadi pengurus pusat AJI dua periode, jurnalis di KBR 68H, produser Liputan6 & host talkshow di SCTV, dan terakhir pernah menjadi redaktur Deutsche Welle
- Daniel Awigra: Manajer HAM ASEAN Human Rights Working Groups (HRWG)
- Saidiman Ahmad: Peneliti Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC)
- Uni Zulfiani Lubis: Pernah menjadi pemimpin redaksi di Majalah Panji Masyarakat dan ANTV, sekarang Pemimpin Redaksi Rappler Indonesia
Fasilitator:
Budhi Kurniawan, jurnalis Kompas TV dan pernah di KBR 68H
Tantowi Anwari, Manajer Advokasi SEJUK
Kepesertaan dan Pendaftaran
Workshop Jurnalis Meliput Keberagaman di Tahun-tahun Politik akan melibatkan 25 jurnalis dari wilayah Jawa Barat yang akan diseleksi AJI Bandung dan SEJUK. Bagi calon peserta yang mendaftar diharapkan mengirim pendaftaran ke email daftar.sejuk@gmail.com dengan menyertakan foto kartu pers dan surat penugasan dari kantornya (media tempat bekerja).
Batas akhir pendaftaran: Jumat, 10 November 2017 pukul 23.59 WIB.
Kepanitiaan
Kegiatan workshop ini kerjasama Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung. Untuk informasi lebih lanjut terkait workshop dapat menghubungi Rifah Zainani (085719461141) dan Ari Syahril Morgan (087824412391)
Penutup
Demikian Kerangka Acuan “Workshop Jurnalis Meliput Keberagaman di Tahun-tahun Politik” sebagai penyambut Hari Toleransi Internasional 16 November. Terima kasih kami sampaikan atas perhatian dan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat dan menyokong inisiatif-inisiatif damai dan kampanye keberagaman melalui kerja-kerja jurnalistik dalam workshop ini.
**Kegiatan workshop ini ditaja Royal Norwegian Embassy
Jakarta, 30 Oktober 2017
Penanggung jawab,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK