Peringatan Hari Toleransi Sedunia (SEJUK: 16/11/2013)
Membuka tahun 2017 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) mengundang jurnalis kampus dari wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat untuk terlibat aktif dalam workshop pers mahasiswa. Kegiatan ini merupakan ikhtiar bersama dengan kalangan pers mahasiswa merespon situasi kebhinnekaan mutakhir dan bagaimana merumuskan strategi kampanye jurnalisme keberagaman melalui media kampus dan media sosial.
Bagaimanapun revolusi digital tidak hanya menjadi berkah bagi perkembangan demokrasi, tetapi sekaligus menyodorkan tantangan dan ancaman. Jadi, sangat wajar jika perdebatan tentang demokrasi digital diiringi ketegangan yang sangat sengit terkait batas-batas kebebasan berpendapat, berekspresi dan informasi (dalam memperoleh dan menyampaikannya). Sebagai cermin, Brexit (Inggris), kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat, menguatnya sayap kanan yang mengumbar Islamofobia dan kebencian terhadap imigran di Eropa seperti dukungan kepada pemimpin partai Front National Perancis Marine Le Pen dan kelompok anti-Islam Pegida di Jerman merupakan wabah yang cepat sekali tumbuh dan menyebar lewat media sosial.
Hoax dan fake information kencang melanda media sosial yang dengan cepat mengubah wajah publik, selain karena terhubung dengan belahan dunia lainnya. Celakanya, bukan keterbukaan dan kedewasaan yang berkembang di ruang publik, sebaliknya kecenderungan ekslusif, fanatik, intoleran dan diskriminatif di kalangan masyarakat dan pemerintah Indonesia terus meningkat. Gairah kebencian, kecurigaan dan permusuhan terhadap perbedaan agama, etnis atau hal lainnya yang dianggap asing dan tidak sesuai dengan norma-norma konservatif maupun ortodoksi bertebaran di media sosial, bahkan di Indonesia fake news lolos di media mainstream.
Dampaknya, baik di ranah maya maupun nyata, provokasi, intimidasi (hate speech) dan aksi kekerasan atas nama agama atau keyakinan begitupun suku, ras atau etnis (SARA) terus berulang meminggirkan hak-hak warga – yang sejatinya setara di hadapan hukum dan Konstitusi. Kristen (gereja-gereja), Ahmadiyah, Syiah, Gafatar, komunis, LGBT dan kelompok minoritas lainnya terus menjadi sasaran. Radikalisme menguat, terorisme meningkat.
Kunjungan peserta workshop pers mahasiswa SEJUK ke Pura Adya Dharma, Salatiga (3/9/2016)
Sementara itu, tidak sedikit jurnalis maupun media massa yang masih gagap, sehingga menghindari (self-censorship) isu SARA atau memberitakannya dengan bias, menyudutkan kalangan minoritas. Minimnya kesadaran untuk membuat berita-berita yang berkesesuaian dengan Konstitusi, prinsip-prinsip hak asasi manusia dan toleransi menjadi salah satu penyebab. Sehingga, hampir tidak banyak dampak pemberitaan dalam mengkonsolidasikan demokrasi yang berkeadilan bagi kelompok rentan.
Padahal, dengan luas jangkauan dan besar pengaruh pemberitaan media massa, terutama TV dan online, mudah menggiring pemahaman, sikap dan tindakan masyarakat yang konstruktif dan harmonis terkait sentimen SARA. Sebab, aturan yang ada, UU No. 40 Th. 1999 tentang Pers, Kode Etik Jurnalistik (KEJ), dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), mengharuskan jurnalis dan medianya dalam mewartakan dapat menghormati keberagaman.
Peserta Workshop Pers Mahasiswa Meliput Isu Keberagaman di depan Sinagog Tondano, Minahasa (21/5/2016)
Untuk itu, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerjasama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF) dan EngageMedia mengundang rekan-rekan jurnalis kampus untuk terlibat aktif dalam Workshop Meliput Isu Keberagaman.
Kegiatan Workshop ini akan digelar pada 2 – 5 Februari 2017 di Bogor, Jawa Barat. Lokasi workshop akan diinformasikan pada tanggal 25 Januari 2017.
Bagi rekan-rekan jurnalis kampus yang ingin bergabung, sila mengirimkan ke daftar.sejuk@gmail.com : 1. CV dengan menyertakan posisi atau jabatan saat ini di lembaga pers mahasiswa; dan 2. tulisan bertema keberagaman (gender, agama/keyakinan, etnis, LGBT, dan isu-isu minoritas lainnya), yang sudah ataupun belum dipublikasikan.
Subject email ditulis: Workshop Persma Bogor-(nama pengirim)-2017
CV dan tulisan paling akhir dikirim 23 Januari 2017 dengan menyertakan nomer telpon (HP). Peserta terseleksi akan diumumkan 25 Januari 2017.
Akomodasi peserta ditanggung panitia. Panitia juga menanggung transportasi yang menggunakan tiket kereta api dan bis. Namun begitu, kami sangat mengapresiasi apabila peserta berkontribusi mengusahakan biaya transportasi sendiri, baik bersumber dari kampus ataupun lainnya.
Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 29 Desember 2016
Hormat kami,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK
Untuk informasi lebih lanjut hubungi Rifa: 085719461141