Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Agama

MINORITAS DI SUMATERA BARAT TIDAK SENDIRI LAGI

by Redaksi
22/06/2021
in Agama, Agenda
Reading Time: 3min read
MINORITAS DI SUMATERA BARAT TIDAK SENDIRI LAGI
Share on FacebookShare on Twitter

“Saya senang bisa bertemu banyak kawan (minoritas) yang berbeda. Saya sekarang tidak merasa sendiri lagi,” ungkap remaja Ahmadiyah Padang, Shifa, yang baru lulus SMA.

Nada serupa disampaikan siswi beragama Kristen, Kristi (nama samaran), yang sekolah di Padang dan pernah melawan diskriminasi dengan tidak menggunakan jilbab saat bersekolah. Pemaksaan pemakaian jilbab terhadap siswi non-muslim sudah sejak 2005, era Walikota Padang Fauzi Bahar. Awal tahun ini polemik tersebut sempat viral sampai kemudian lahir SKB 3 Menteri yang menghapus praktik diskriminasi di dunia pendidikan terkait seragam sekolah bernuansa agama.

Dua hari saling berbagi pengalaman dan informasi sebagai sesama kelompok rentan di Sumatera Barat (Sumbar), Shifa dan Kristi bersama 19 orang muda lainnya dari jaringan lintas agama, etnis, gender, serta disabilitas saling menerima, menguatkan dan bersolidaritas.

Mereka berkumpul dalam Workshop Advokasi Media untuk Komunitas: Membangun Kerja Sama Orang Muda dengan Insan Pers di Sumatera Barat yang digelar di Padang, 5-6 Juni 2021. Oleh mereka, kegiatan ini diikhtiarkan untuk merekatkan jaringan kelompok rentan dan membangun ruang aman.

“Dokter gigi Romi yang disabilitas ditolak menjadi PNS di Solok Selatan. Juga Alde Maulana yang haknya dirampas BPK RI. Padahal keduanya dinyatakan lolos CPNS. Tapi keduanya digagalkan dengan alasan disabilitas, tidak sehat jasmani dan rohani,” sesal Vino Pratama yang aktif di Disabilitas Tanpa Batas (DTB) Sumbar.

Sebagai disabilitas, Vino mencemaskan kuatnya diskriminasi yang mereka alami, baik oleh masyarakat maupun negara. Ia juga menyayangkan banyaknya media yang ikut menguatkan stereotip dan marginalisasi terhadap disabilitas dalam pemberitaan dokter Romi dan Aldi Maulana.

Para peserta dan kalangan jurnalis Sumatera Barat berjumpa untuk sinergi membangun ruang aman dalam keberagaman (6/6)

Karena itu, SEJUK membekali para peserta sensitivitas dan kecakapan dalam mengadvokasi media dengan prinsip jurnalisme keberagaman yang terus mengembangkan elan demokrasi berkeadilan berbasis hak asasi manusia (HAM).

Jurnalis senior Ocha Mariadi melihat perjumpaan antara kelompok minoritas di Sumbar dengan kalangan media yang ditempuh dalam workshop yang digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Pemuda Lintas Agama (Pelita) Padang dan didukung Norwegian Embassy ini sebagai upaya yang baik dan harus terus dilanjutkan dalam memperbanyak ruang-ruang diskusi, sehingga kelompok rentan mendapat ruang pemberitaan di media-media.

“Tidak hanya diskusi dengan para jurnalis di tingkat reporter, bikin juga editorial meeting agar suara kawan-kawan sampai ke tingkat redaksi media,” dorong Ocha yang merupakan Pemimpin Redaksi Mentawaikita.com agar upaya membangun saling kepercayaan antara kelompok minoritas dengan jurnalis sampai pada pengambil kebijakan di media-media outlet wilayah Sumatera Barat.

Ocha (Yuafriza) bersama jurnalis Tempo Febrianti (Yanti), dan Ketua AJI Padang Aidil Ichlas yang juga jurnalis Berita Satu TV di hadapan peserta yang berasal dari Padang, Solok, Mentawai, Pasaman Barat, dan Bukittinggi ini bersepakat agar isu keberagaman mendapat tempat yang lebih banyak dalam pemberitaan.

Ketiganya juga mendorong terciptanya ruang-ruang untuk mengkritisi pemberitaan media yang justru menguatkan intoleransi dan diskriminasi dan turut mendorong media-media di Sumbar agar lebih independen dan toleran.

“Apabila ada sengketa pemberitaan karena kawan-kawan dari kelompok minoritas dirugikan oleh pemberitaan media, kami bisa membentu memfasilitasi (untuk mendapatkan hak jawab dan hak koreksi),” pungkas Aidil Ichlas.[]

Tags: #AJIPadang#Disabilitas#JurnalismeKeberagaman#PelitaPadang#SumateraBarat
Previous Post

Jurnalisme Keberagaman Ciptakan Media Inklusif di Yogyakarta: Undangan Workshop dan Beasiswa Liputan

Next Post

MEDIA BUKAN MUSUH KELOMPOK MINORITAS

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

30/05/2025
Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

24/05/2025
Ahmadiyah

Global Peace Foundation Indonesia Gelar Peace! Project: Membangun Harmoni dalam Keberagaman

21/05/2025
pelatihan komunitas Pekanbaru Riau Sumbar

‘No Viral, No Justice’ Tak Selalu Adil bagi Komunitas Rentan

21/01/2025
Next Post
MEDIA BUKAN MUSUH KELOMPOK MINORITAS

MEDIA BUKAN MUSUH KELOMPOK MINORITAS

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In