Sabtu, 6 Juli 13, para pegowes sepeda Sampang akan kembali menggowes sepeda mereka ke Istana Negara ditemani ratusan warga muslim Syiah lainnya dari ibukota. Mulai jam 15.00-18.00 mereka mendapatkan izin untuk aksi damai dan doa bersama untuk mengetuk hati Presiden RI agar sedia menemui para pegowes dan mengembalikan mereka ke kampung halaman.
SIARAN PERS
AKSI DAMAI & DOA BERSAMA, PEGOWES SYIAH SAMPANG TAGIH JANJI SBY
Sejak tragedi Syawal berdarah, 26 Agustus 2012, para pengungsi Syiah Sampang menginjak usia satu tahun di pengungsian. Mengingat tiga atau empat hari lagi Ramadhan menjelang. Para pengungsi Syiah Sampang berharap kampung halaman dapat menjadi tempat syahdu untuk beribadah dengan tenang sebagaimana umat Islam lainnya di Indonesia. 1 Juni, hari sakral bangsa Indonesia yang dianggap sebagai hari lahir Pancasila merupakan hari pertama para pengungsi mengutus sepuluh pegowes sepeda untuk bertemu Presiden RI untuk satu tuntutan; Pulangkan pengungsi Sampang ke kampung halaman.
Hal ini mereka lakukan karena para pemangku kekuasaan di Kabupaten Sampang dan Provinsi Jawa Timur ikut terlibat dalam pengusiran muslim Syiah dari Bluuran dan Karanggayam. Hal ini terlihat jelas saat keterlibatan Pemkab Sampang dan Pemprov Jawa Timur untuk memfasilitasi pengusiran pada Kamis, 20 Juni 2013 lalu dengan diawali pengerahan massa berkedok Istighosah di alun-alun Kabupaten Sampang yang merangsek masuk ke pelataran Gelanggang Olah Raga (GOR) Wijaya Kusuma, Sampang. Kemudian para pengungsi dipaksa pindah ke rumah susun sewa (Rusunawa) Puspo Agro, Jemundo, Sidoarjo, alih-alih mengamankan para Kyai anti kebhinnekaan.
Padahal sehari sebelumnya, 19 Juni 2013, para pegowes Sampang telah menyerahkan surat tulisan tangan untuk Presiden RI melalui Sekretariat Negara RI. Ironisnya, surat tersebut saat ini justru dilimpahkan kepada dua kementrian;
Sekretariat Kementrian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Seskemenkopolhukkam)
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama (Dirjen Bimas Islam Kemenag)
Negara tidak boleh gagal! Itulah pernyataan SBY saat terjadi pembakaran terhadap pemukiman warga Syiah di dua desa Bluuran dan Karanggayam 26 Agustus 2012 silam. Usai mendapatkan gelar World Statesmen Award dari Appeal of Conscience Foundation. Presiden juga telah menyatakan bahwa Negara tak akan kompromi pada aksi-aksi intoleransi. Kami berharap ini bukan slogan dan janji kosong semata. Selain itu, pernyataan tegas dari Kompol Alfian Nurrizal, Wakapolres Sampang dan AKBP Awi Sulistiyono, Kadiv Humas Polda Jawa Timur yang siap mengawal pengungsi kembali ke kampung halaman mereka, saat acara Indonesia Lawyer Club pada Selasa, 25 Juni 2013 lalu di TvOne. Namun hingga kini belum ada tindakan nyata dari aparat pemerintah yang mestinya melindungi warganya. Warga Syi’ah Sampang masih terusir di pengungsian oleh tekanan kelompok takfiri dan anti kebhinnekaan.
Sepanjang jalan yang pegowes tempuh sendiri terbukti masyarakat mendukung bahkan menandatangani petisi tolak relokasi. Sekali lagi ini menunjukkan kepada kita bahwa ratusan juta penduduk Indonesia sangat menjunjung tinggi kebhinnekaan. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pun jelas Negara menjamin kebebasan warga negaranya untuk memeluk agama dan keyakinannya masing-masing. Ketika pengungsi pulang ke kampung halaman, mereka selalu diterima oleh warga dengan hangat. Beberapa kali Kemenag mengadakan tajuk rekonsiliasi antara para warga kampung dan pengungsi, hasilnya cukup baik dan menyimpulkan kesiapan warga dua desa Bluuran dan Karanggayam untuk menerima kembali pengungsi pulang ke kampung halaman.
Untuk mengetuk hati Bapak Presiden SBY dan mendorong Negara untuk menjalankan konstitusi, kami, para warga muslim Syiah yang bernaung dalam wadah Ormas Islam Ahlulbait Indonesia (ABI) sekaligus sebagai pendamping para pengungsi Syiah Sampang mengadakan Aksi Damai dan Doa Bersama agar Presiden SBY memiliki seribu keberanian untuk menemui para pegowes sepeda sebagai wakil pengungsi Syiah Sampang dan bertekad mengembalikan mereka ke kampung halaman dengan jaminan keamanan sebagaimana warga negara lainnya.
Dalam kesempatan ini juga, kami warga muslim Syiah Indonesia menyatakan ikrar kesetiaan kepada empat pilar kebangsaan; Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Di samping itu, kami siap melawan para pembangkang empat pilar kebangsaan. Kami juga siap hidup berdampingan dengan siapapun juga di bawah bendera Merah Putih.
Dalam rangka menyambut Ramadhan ini juga, bagi kami mengembalikan pengungsi Syiah Sampang ke kampung halaman adalah harapan besar kami kepada Presiden SBY agar mereka dapat beribadah dengan tenang di kampung halaman mereka sendiri, bukan di rusunawa atau di pengungsian manapun.
MERDEKA!!!
Jakarta, 6 Juli 2013
Warga Muslim Syiah Indonesia
CP: Chatem 087882998696
Sumber gambar: http://satuharapan.com/index.php?id=148&tx_ttnews[tt_news]=1953&cHash=5589949c3a7a61584853141d16135848