Selasa, Juli 15, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Disabilitas

Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

by Redaksi
10/09/2024
in Disabilitas
Reading Time: 4min read
Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif
Share on FacebookShare on Twitter

Marilyn (30), warga Medan, disabilitas netra, sering menghadapi tantangan besar dalam mengakses layanan ataupun pendidikan kesehatan reproduksi, dikarenakan tidak tersedianya alat peraga yang memadai serta petugas yang cukup dan sensitif berinteraksi dengannya.

Di daerah lain, Nadia Zahra Khairunnisa (18), warga Kota Makasar, disablitas intelektual, dan Dewi Rosdiana (26), warga Lombok Tengah, disabilitas mental, ketika mereka mencoba mendapatkan informasi dan pelayanan yang layak, kerap terabaikan dan dianggap tidak perlu oleh petugas medis yang tidak terlatih untuk memahami kebutuhan khusus mereka.

Fakta-fakta di atas disampaikan oleh Revita Avi, Ketua Umum Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), pada Seminar Nasional Diseminasi Hasil Penelitian dan Audit Sosial Pelayanan Kesehatan bagi Warga Penyandang Disabilitas di Hotel Aryaduta (9/9/2024).

“Kisah-kisah seperti ini mencerminkan realitas kerentanan yang dihadapi oleh jutaan penyandang disabilitas di Indonesia untuk mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang layak,” papar Revita.

Secara statistik, lanjut Revita, perempuan disabilitas lebih mungkin mengalami kekerasan, pelecehan, diskriminasi, dan isolasi. Keterbatasan infrastruktur yang aksesibel, kurangnya pelatihan bagi tenaga medis yang berkesinambungan, serta minimnya kesadaran akan kebutuhan khusus penyandang disabilitas menghambat upaya mereka untuk mendapatkan hak kesehatan yang setara.

Terkait Seminar Nasional Diseminasi Hasil Penelitian dan Audit Sosial Pelayanan Kesehatan bagi Warga Penyandang Disabilitas, Yuna Farhan, Country Manager International Budget Partnership (IBP), mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program Penguatan Akuntabilitas Publik untuk Hasil dan Pengetahuan yang banyak melibatkan secara aktif perempuan-perempuan penyandang disabilitas untuk mengaudit inklusivitas fasilitas-fasilitas publik, termasuk dari sisi penganggarannya.

“Program Penguatan Akuntabilitas Publik untuk Hasil dan Pengetahuan untuk memastikan bahwa tata kelola fiskal dan sistem pemberian layanan menjadi lebih inklusif, responsif, dan akuntabel terhadap kebutuhan kelompok-kelompok yang terpinggirkan,” ujar Yuna Farhan.

Country Manager International Budget Partnership (IBP) Yuna Farhan dalam Seminar Nasional Diseminasi Hasil Penelitian dan Audit Sosial Pelayanan Kesehatan bagi Warga Penyandang Disabilitas oleh HWDI di Hotel Aryaduta (9/9)

Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, sekitar 13,8 juta penyandang disabilitas di Indonesia, dengan 51% di antaranya adalah perempuan, hanya 9,4% dari perempuan penyandang disabilitas yang memiliki akses ke layanan kesehatan reproduksi. Penyandang disablitas juga menghadapi tingkat kemiskinan yang lebih tinggi, yakni 18,3% yang mempengaharui kemampuan mereka untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai, menurut Yuna.

Sebagai respon terhadap persoalan di atas, HWDI bekerja sama dengan Perkumpulan Inisiatif dan Forum Indonesia untuk Transparansi (FITRA) yang didukung oleh International Budget Patnership (IBP), telah menyelesaikan beberapa kajian penting yang mencakup Data Collection Identity Marker for Gender Intersectionality, Analisis Ekonomi Politik dan Tata Kelola Anggaran Kesehatan Reproduksi, serta audit Sosial Pelayanan Kesehatan Reproduksi di puskesmas dengan sample 36 puskesmas di Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

Hasil kolaborasi kajian pertama mengungkapkan bahwa perempuan penyadang disabilitas mengalami diskriminasi berlapis karena identitas gender dan disabilitas mereka. Tantangan ini semakin besar bagi mereka yang memiliki disabilitas ganda, tinggal di daerah pedesaan atau berasal dari keluarga miskin.

Kajian kedua, menyoroti kesenjangan sistemik dalam akses kesehatan reproduksi bagi perempuan penyandang disabilitas. Pola pikir yang belum berprespektif disabilitas dan kurangnya data berkualitas serta pendataan yang tidak terpilah menjadi tantangan signifikan.

Kajian ketiga, mengungkapan upaya perbaikan infrastruktur dan layanan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan agar puskesmas menjadi lebih inklusif. Prioritas utama meliputi pelatihan tenaga kesehatan dan non-kesehatan, penyusunan SOP unuk pasien disabilitas, serta perbaikan infrastruktur yang lebih ramah disabilitas.

Respon dari Kementrian PPN/Bappenas bidang Perencana Kebijakan, Dwi Rahayuningsih yang merupakan salah seorang narasumber dalam seminar ini, menyampaikan bahwa keterlibatan penyandang disabilitas dan suara mereka untuk bisa diterima dalam pengambilan keputusan, masih rendah. Implementasi di level daerah juga masih kurang. Sementara, masih menurut Dwi, di tingkat desa dan kelurahan ada stigma dan kultur yang meminggirkan perempuan dan penyandang disabilitas.

“Upaya ini masih terus kami benahi tentang bagaimana perencanaan yang inklusif. Kami mengharapkan peran CSO dan penyandang disabilitas untuk ikut mengadvokasi di level desa dan kelurahan,” tambah Dwi.

Perwakilan Kementerian Kesehatan dari Administrator Kesehatan Madya, dr. Putri Ayu Hartini, M.KKK merespon hasil audit ini dengan menyampaikan bahwa pemenuhan sarana dan prasarana disabilitas di puskesmas sudah ada di peraturan MENKES 1047-2024 tentang Standar Peralatan Dalam Rangka Penguatan Pelayanan Kesehatan Premier Pada Pusat Kesehatan Masyarakat. Menurutnya, standar untuk sumber daya ada dan masih dalam usulan revisi Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK).  Sehingga, Puskesmas nantinya dapat melayani kesehatan untuk warga penyandang disablitas.

“Hasil audit ini menjadi rekomendasi untuk penyusunan percepatan akses bagi penyandang disabilitas. Tantangan terbesar di Kemenkes belum tersedianya data yang fix tentang penyandang disabilitas terkait dengan layanan kesehatan. Untuk itu, dibutuhkan peraturan lain untuk kepastian data ini,” tambah Putri.

Suasana diskusi dalam Seminar Nasional Diseminasi Hasil Penelitian dan Audit Sosial Pelayanan Kesehatan bagi Warga Penyandang Disabilitas oleh HWDI di Hotel Aryaduta (9/9)

Mewakili Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA), Anggi Nuzula Rahma menyampaikan bahwa koordinasi menjadi penting, mulai dari perencanaan, penganggaran, implemntasi, monitoring, dan evaluasi harus masuk aspek inklusivitasnya.

“Terkait pelayanan di Puskesmas, kami memiliki layanan ramah anak yang mana salah satu indikatornya adalah ramah juga terhadap orang dewasa dan disablitias. Yang terpenting adalah mengubah mindset para tenaga puskesmas tentang hak-hak penyandang disabilitas,” kata Anggi.

Terkait upaya memaksimalkan pelayanan dan akses, menjadi lebih penting, sambung Anggi, adanya pendataan penyandang disabiltas secara komprehensif.

“Selain itu, kami memiliki fasilitas jemput bola. Serta hak anak untuk memiliki akta kelahiran. Karena masih banyak anak-anak dengan kondisi disabilitas yang belum memiliki layanan. Padahal akte ini merupakan dokumen penting untuk anak-anak disabilitas mengakses fasilitas publik,” tutup Anggi.[]

Penulis: Rifah Zainani

Tags: #Disabilitas#DisabilitasIntelektual#DisabilitasMental#FITRA#HWDI#IBP
Previous Post

Maestro Lengger Lanang Banyumas Rianto Cemas pada Budaya yang Tanggalkan Keselarasan Alam

Next Post

Ringkasan Eksekutif Perencanaan Strategis Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Kolaborasi Kunci Jurnalis Kampus Jawa Barat Memperkuat Kebebasan Beragama dan Toleransi

Kolaborasi Kunci Jurnalis Kampus Jawa Barat Memperkuat Kebebasan Beragama dan Toleransi

20/06/2024
Koalisi Organisasi Penyandang Disabilitas untuk Perlindungan Sosial yang Inklusif: Tak Boleh Terlibat, Kami Gugat Sri Mulyani!

Koalisi Organisasi Penyandang Disabilitas untuk Perlindungan Sosial yang Inklusif: Tak Boleh Terlibat, Kami Gugat Sri Mulyani!

14/06/2024
Mudik Tak Mudah bagi Disabilitas, Negara Setengah Hati Bangun Transportasi Inklusi

Mudik Tak Mudah bagi Disabilitas, Negara Setengah Hati Bangun Transportasi Inklusi

07/04/2024
disabilitas

Mudik Gratis yang Inklusif: Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD)

29/03/2024
Next Post
Ringkasan Eksekutif Perencanaan Strategis Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)

Ringkasan Eksekutif Perencanaan Strategis Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis: Intoleransi Ada di Agama Apa Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hentikan Praktik Persekusi yang Marak dan Berulang terhadap Kelompok Minoritas yang Tengah Melangsungkan Ibadah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In