Jumat, Juli 4, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Gugatan film-film Iran

by Redaksi
07/10/2013
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Gugatan film-film Iran
Share on FacebookShare on Twitter

“Situasi di Iran sangat rumit”, ungkap jurnalis Ali Amini kepada Deutsche Welle. “Di Iran sutradara diintimidasi seratus cara, agar tidak bekerja“.

 

Sutradara Iran, Mohammad Rasoulof sebenarnya ditunggu di Hamburg dan Nürnberg. Film terbarunya “Manuscripts don’t burn” (unser Bild oben), yang telah memenangkan sejumlah penghargaan akan ditayangkan pada Festival Film Hak Azasi Manusia Nünrberg. Tapi Rasoulof tak bisa meninggalkan Iran.

 

Paspor yang ditahan

Rasoulof yang bersama keluarganya kini menetap di Hamburg, pertengahan September lalu berkunjung ke Teheran. Namun setelah tiba, paspornya disita dan ia tak bisa kembali ke Jerman.

Selain di Nürnberg, karya film terakhir Mohammad Rasoulof juga akan diputar di Festival Film Hamburg awal Oktober ini. Kathrin Kohlstedde dari Festival Film Hamburg mengatakan, „Kami berhubungan terus dengan Rasoulof, melalui istri dan teman-temannya. Di Iran, ia bisa bergerak bebas dan tidak ditahan. Namun ia juga tak bisa keluar dari negara itu.

 

Larangan Profesi

Pemerintah Iran melarang Rasoulof melakukan profesinya sebagai sutradara film. Bersama sutradara Jafar Panahi pada Maret 2010, Rasoulof ditangkap di Iran dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara dan 20 tahun larangan kerja di bidangnya karena berpropaganda menentang sistem.

Filmfest Hamburg Iran Deluxe

Meskipun kedua sutradara itu akhirnya tidak dipenjara – Rasoulof bebas dengan jaminan dan Panahi dikenakan tahanan rumah – larangan kerja itu masih berlaku. Namun keduanya menentang keputusan itu dan dibawah tangan tetap membuat film.

Panahi membuat film “Pardé” (“Tirai tertutup “), yang memenangkan Beruang Perak di festival film Berlinale tahun ini. Sedangkan film Rasoulof “Dastneveshtehaa Nemisoozand” (“Manuscripts don’t burn”) mendapat penghargaan ketika premier di Cannes padda bulan Mai lalu.

 

Bekerja Meski Larangan

“Situasi di Iran sangat rumit”, ungkap jurnalis Ali Amini kepada Deutsche Welle. “Di Iran sutradara diintimidasi seratus cara, agar tidak bekerja“. Tambahnya, namun bila kedua tema larangan tidak diungkit, dan sutradara gigih membela proyek dan terus melakukan pendekatan dengan pihak berwenang, maka peluang ada untuk tetap membuat film.

Manuscripts don’t burn

Dua tema larangan tersebut meliputi lontaran kritik terhadap para pemimpin agama Iran, dalam hal ini Ayatollah Khomeini dan Ayatollah Khamenei. Selain itu, kritik mengenai perang Teluk pertama (1980-1988) antara Iran dan Irak. Di luar itu, film yang termasuk kritik sosial masih bisa dibuat. Film Rasoulof “Manuscripts don’t burn” merupakan gugatan terhadap dinas rahasia Iran dan rangkaian pembunuhan kaum intelektual di tahun 90-an.

Pada Festival Hamburg, film Rasoulof itu dipilih sebagai salah satu film yang mewakili Iran. Kurator Jafar Panahi menamakan pilihannya “Iran Deluxe”. Pengelola festival, Kathrin Kohlstedde mengatakan, “Bila ia tidak boleh membuat film, kami setidaknya bisa memberikan Panahi peluang untuk menyampaikan pengetahuannya mengenai film.”

 

Penghargaan dari Festival Terkemuka

Para sutradara Iran bukan pendatang baru di festival film internasional. Setidaknya dua dasawarsa ini, film-film Iran telah memboyong banyak penghargaan. Sutradara seperti Abbas Kiarostami, Mohsen Makhmalbaf, Asghar Farhadi, serta Panahi dan Rasoulof telah membuat nama dalam dunia perfilman internasional.

Meski banyak hambatan, mereka tetap membuat film. Mohammed Rasoulof yang sebelum berangkat ke Iran diwawancarai oleh majalah “Der Spiegel” menerangkan sikapnya menghadapi tekanan pemerintah di Iran. „Secara nalar saya tahu bahwa membahayakan diri sendiri, dan terdorong untuk merasa takut. Tapi perasaan saya mengatakan : Sebodolah!“

DW.DE

http://www.dw.de/gugatan-film-film-iran/a-17136061

Tags: Headline
Previous Post

JK Ingin Bertemu Pakde Karwo Bicara Syiah Sampang

Next Post

Ketum PBNU, Said Aqil Siradj, Temui Tim Islah Sampang

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Ketum PBNU, Said Aqil Siradj, Temui Tim Islah Sampang

Ketum PBNU, Said Aqil Siradj, Temui Tim Islah Sampang

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotspace Privat Event Jakarta, Bukan Tindak Pidana!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In