Revolusi digital tidak hanya menjadi berkah bagi perkembangan demokrasi, tetapi sekaligus menyodorkan tantangan dan ancaman. Jadi, wajar jika perdebatan tentang demokrasi digital diiringi ketegangan yang sangat sengit terkait batas-batas kebebasan berpendapat, berekspresi dan informasi (dalam memperoleh dan menyampaikannya).
Sebagai cermin, Brexit (Inggris), kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat terus memunculkan gejolak, menguatnya sayap kanan yang mengumbar Islamofobia dan kebencian terhadap imigran di Eropa pendukung pemimpin partai Front National Marine Le Pen (Perancis) dan kelompok anti-Islam Pegida (Jerman). Betapa gerakan-gerakan anti-demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) yang makin terkonsolidasi tengah menjadi wabah yang cepat tumbuh dan merambah lewat media sosial. Begitupun di Indonesia.
Kencangnya hoax dan fake information di media sosial lekas mengubah wajah publik – selain karena terhubung dengan belahan dunia lainnya. Celakanya, bukan keterbukaan dan kedewasaan yang berkembang, sebaliknya kecenderungan ekslusif, fanatik, intoleran dan diskriminatif di kalangan masyarakat dan pemerintah Indonesia terus meningkat. Gairah kebencian, kecurigaan dan permusuhan terhadap perbedaan agama, etnis atau hal lainnya yang dianggap asing dan dituduh tidak sejalur dengan norma-norma konservatif maupun ortodoksi bertebaran di media sosial. Di media-media mainstream Indonesia, bahkan, banyak fake news yang lolos.
Dampaknya, baik di ranah maya maupun nyata, provokasi, intimidasi (hate speech) dan aksi kekerasan atas nama agama atau keyakinan begitupun suku, ras atau etnis (SARA) terus berulang meminggirkan hak-hak warga – yang sejatinya setara di hadapan hukum dan Konstitusi. Kristen (gereja-gereja), Ahmadiyah, Syiah, Gafatar, komunis, LGBT dan kelompok minoritas lainnya terus menjadi sasaran. Radikalisme menguat, terorisme meningkat.
Foto: Praktik liputan di Sinagog, rumah ibadah Yahudi, di Tondano, Minahasa (21/5/2016) dan di Markas Jemaat Ahmadiyah Indonesia Pusat di Bogor (4/2/2017)
Sementara itu, tidak sedikit jurnalis maupun media massa masih gagap, sehingga menghindari (self-censorship) isu SARA atau memberitakannya dengan bias, menyudutkan kalangan minoritas. Minimnya kesadaran untuk membuat berita-berita yang berkesesuaian dengan Konstitusi, prinsip-prinsip HAM dan toleransi menjadi salah satu penyebab. Sehingga, hampir tidak banyak dampak pemberitaan dalam mengkonsolidasikan demokrasi yang berkeadilan bagi kelompok rentan.
Padahal, dengan luas jangkauan dan besar pengaruh pemberitaan media massa, terutama TV dan online, mudah menggiring pemahaman, sikap dan tindakan masyarakat yang konstruktif dan harmonis di tengah perbedaan. Sebab, aturan yang ada, UU No. 40 Th. 1999 tentang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), mengharuskan warta yang dapat menghormati keberagaman.
Untuk itu, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerjasama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF), EngageMedia, LPM Suara USU, LPM Kreatif UNIMED, LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel, dan LPM Retorika UNAIR mengundang rekan-rekan jurnalis kampus untuk terlibat aktif dalam Workshop Meliput Isu Keberagaman di Era Digital. Kegiatan yang akan digelar di Medan dan Jawa Timur ini merupakan ikhtiar bersama dengan kalangan pers mahasiswa merespon situasi kebhinnekaan mutakhir dan bagaimana merumuskan strategi kampanye jurnalisme keberagaman melalui media kampus dan media sosial.
Workshop ini akan digelar pada 4 – 7 Mei 2017 di Medan dan 20 – 23 Juli 2017 di Surabaya. Lokasi workshop akan diinformasikan langsung kepada peserta terpilih.
Cara mendaftar:
Bagi rekan-rekan jurnalis kampus yang ingin bergabung, sila mengirimkan ke daftar.sejuk@gmail.com : 1. CV dengan menyertakan posisi atau jabatan saat ini di lembaga pers mahasiswa beserta nomer telpon; dan 2. tulisan bertema keberagaman (gender, agama/keyakinan, etnis, LGBT, dan isu-isu minoritas lainnya), yang sudah ataupun belum dipublikasikan. Para pendaftar sebelumnya yang tidak lolos seleksi pada workshop SEJUK yang sudah lewat silakan mendaftar lagi.
Subject email ditulis: Workshop Persma-(tempat workshop)-(nama pengirim)-2017.
CV dan tulisan untuk workshop Medan paling akhir dikirim 20 April 2017 dan peserta-peserta terseleksi diumumkan 25 April 2017. Sedangkan CV dan tulisan untuk workshop Surabaya paling akhir dikirim 5 Juli 2017 dan peserta-peserta terseleksi diumumkan 10 Juli 2017.
Akomodasi peserta ditanggung panitia. Panitia juga menanggung transportasi yang menggunakan tiket resmi kereta api dan bis. Namun begitu, kami sangat mengapresiasi apabila peserta berkontribusi mengusahakan biaya transportasi sendiri, baik bersumber dari kampus ataupun lainnya. Tiket pesawat menjadi kontribusi peserta yang dapat diusahakan kepada kampusnya masing-masing.
Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 7 Februari 2017
Hormat kami,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK
Untuk informasi lebih lanjut hubungi Rifa: 085719461141