Anugerah Saparinah Sadli 2018 memberikan pernghargaan kepada Masnu’ah (tengah) Jumat malam (24/8) di Dharmawangsa, Jakarta Selatan
Anugerah Saparinah Sadli 2018 memberikan penghargaan terhadap peran kepemimpinan perempuan yang bekerja di komunitas dalam menghadapi tantangan masyarakat Indonesia yang beragam. Dewan juri yang diwakili Maman Suherman, Maria Ulfah Anshor dan Bonnie Triyana memilih Presidium Wilayah Jawa Tengah Kelompok Kepentingan Nelayan periode 2017-2021 Masnu’ah sebagai penerima Saparinah Sadli Award 2018 karena kegigihannya dalam memperjuangkan kebinekaan dan keadilan gender.
Jumat (24/8) di Bimasena The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, penghargaan diberikan kepada perempuan kelahiran Palembang 1974 lalu yang kini bertempat tinggal di Demak, Jawa Tengah, karena dedikasi dan capaiannya dalam meningkatkan pemahaman publik akan pentingnya kesetaraan dan keadilan bagi perempuan serta keteladanan pemimpin perempuan dalam menjaga kebinekaan.
Di hadapan para tamu undangan Malam Anugerah Saparinah Sadli 2018 yang bertema “Keteladanan Pemimpin Perempuan dalam Kebinekaan” Masnu’ah menegaskan apa yang ia saksikan sehari-hari bahwa perempuan memiliki karya, terorganisir, terdidik dan berdaulat dalam melawan kebodohan, ketertindasan dan kekerasan terhadap perempuan nelayan. Akan tetapi tidak ada pengakuan yang diberikan terhadap mereka.
“Memperjuangkan pengakuan keberadaan perempuan nelayan di tingkat akar rumput merupakan bagian dari perjuangan kebinekaan dan perjuangan keadilan gender,” kata Masnu’ah dalam pidatonya setelah menerima penghargaan yang langsung disampaikan oleh Saparinah Sadli.
Pengakuan terhadap perempuan nelayan bagi Masnu’ah adalah perjuangan yang harus terus diupayakan karena selama ini di KTP mereka hanya tertulis sebagai Ibu Rumah Tangga, padahal setiap harinya bekerja sebagai nelayan. Dari tidak adanya pengakuan tersebut, ribuan nelayan perempuan banyak yang tidak mendapatkan perlindungan dari negara, seperti perlindungan hukum.
Sebelumnya, aktivis pemberdayaan perempuan pesantren sekaligus pendiri Puan Amal Hayati Sinta Nuriyah juga menyayangkan tidak adanya penghargaan terhadap kepemimpinan perempuan. Padahal banyak perempuan yang menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing.
Syukuran ulang tahun ke-92 Saparinah Sadli setelah Anugerah Saparinah Sadli 2018 di Bimasena Dharmawangsa, Jakarta (24/8)
Di dapuk untuk menyampaikan keynote speech bertema Kepemimpinan Perempuan dan Kebinekaan Indonesia, istri almarhum Presiden Abdurrahman Wahid ini menegaskan betapa peran perempuan sangat penting dalam menentukan maju atau tidaknya bangsa ini yang beragam. Sebab, perempuanlah yang sejak dini mengajarkan cinta dan kasih sayang.
“Perempuan adalah sekolah pertama dan utama yang mengajarkan tentang kehidupan,” ujarnya seraya mengapresiasi Anugerah Saparinah Sadli yang sejak 2004 memberikan penghargaan kepada perempuan-perempuan Indonesia inspiratif yang peduli dan berani memperjuangkan keadilan bagi perempuan.
Ketua Panitia Anugerah Saparinah Sadli 2018 Rita Serena Kolibonso menyampaikan bahwa penghargaan ini unik, berbeda dengan award sejenis, karena tidak digagas Saparinah Sadli sendiri atau keluarganya. Penghargaan ini dihadirkan sekaligus dilaksanakan oleh para sahabat dan murid Saparinah Sadli.
“Menemukan perempuan-perempuan yang inspiratif seperti ibu Saparinah Sadli yang peduli dan berani memperjuangkan keadilan bagi perempuan pada khususnya dan umat manusia pada umumnya, melakukan berbagai cara untuk menghapus kekerasan dari muka bumi,” papar Rita dalam pengantarnya tentang visi Anugerah Saparinah Sadli.
Acara ini menjadi istimewa bagi Saparinah Sadli karena dibarengi dengan peringatan hari ulang tahunnya yang ke-92. Setelah penganugerahan yang memberikan 50 juta rupiah kepada Masnu’ah, acara disambung dengan pemotongan kue dan tumpeng ulang tahun perempuan yang akrab disapa Ibu Sap.
Mewakili panitia Rita mengungkapkan rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa demi merayakan capaian Saparinah Sadli yang tetap giat dan aktif menyumbangkan pikirannya bagi keadilan gender dan menghadapi tantangan kebinekaan Indonesia.
“Ibu Saparinah pernah mengatakan, kebinekaan harus kita perjuangkan, kita tidak bisa duduk diam,” pungkas Rita.[]