Cerita Nyata dari Aceh Singkil Akibat Penyegelan Gereja
Gegoh Sihotang, seorang anak muda (laki-laki) dari Aceh Singkil berumur sekitar 24 Tahun. Ia aktif dalam kegiatan gereja bahkan sangat membantu kami dalam advokasi penolakan penyegelan rumah ibadah di sana. Hal tersebut membuat Gegoh terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pelatihan dan diskusi yg dilakukan Aliansi Sumut Bersatu (ASB). Semangat belajarnya kuat dan tekun.
Selasa, 4 September 2012 malam, seseorang yg mengaku kerabatnya menelpon aku. Dia cerita kalau Gegoh sedang sakit. Gegoh mengalami depresi berat dan stress berkepanjangan yg mengakibatkan dia menjadi sensitif bahkan mau menyerang orang. Akibatnya keluarganya memasung dia karena khawatir akan mencederai orang lain.
Gegoh mengalami depresi disinyalir karena keputusasaannya menyaksikan persoalan rumah ibadah yg tidak kunjung selesai di Aceh Singkil. Dia merasa negara tidak berlaku adil. Dia ingin melawan tapi di sisi lain ajaran agama yg dipahaminya menyatakan harus damai. Gegoh rajin bahkan selalu baca Alkitab.
Saat ini Gegoh menjadi salah satu pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara di Medan. Staf ASB (Redi, Ira dan Febry) Rabu 5 September 2012 mengunjunginya. Tak kuasa rasanya menahan duka ketika mereka sharing pernyataan Gegoh yg tidak terima perlakuan negara terhadap mereka. Dia bertanya apa arti perdamaian yang selalu didengung-dengungkan setiap agama. Kemudian dia berangan-angan seandainya aku jadi pemimpin, tidak akan membiarkan kasus penyegelan gereja-gereja Aceh Singkil terjadi.
Saat kawan-kawan Staf ASB hendak pulang, dengan lirih dan memelas dia minta jangan ditinggalkan. Dia minta ikut. Tapi mereka tidak kuasa mengabulkan permintaanya. Rasanya dunia menjadi gelap.
Kawan-kawan, ini adalah fakta betapa kejahatan atas nama agama berdampak terhadap kesengsaraan, merusak jiwa dan masa depan, khususnya anak-anak dan pemuda. Entah sampai kapan negara akan melakukan pembiaran.
Kami putuskan akan mendampingi Gegoh secara intens. Kami akan mengupayakan pastoral konseling sebagai bagian upaya pemulihannya. Sebab, dia berhak untuk hidup yang lebih baik dan masa depan yang lebih damai tanpa kekerasan dan beribadah sesuai dengan ajaran agamanya.
Gegoh Sihotang adalah salah satu narasumber yang diwawancarai dalam tanyangan INSIDE Metro TV Menanti Damai untuk Minoritas.
Doa dan dukungan kawan-kawan sangat berarti. Tulisan ini mungkin kurang teratur, karena aku harus mengelola emosiku agar mampu menyelesaikannya.
Cukup sudah! Tidak boleh ada Gegoh lain yang mengalami depresi berat bahkan menjadi pasien RSJ karena kekerasan atas nama agama yang terus terjadi, berulang, dan menyebar secara massif.
Salam,
Veryanto Sitohang
(Aliansi Sumut Bersatu)
Salam Sejuk.
Rekan-rekan jurnalis, bagi yang hendak mengcover persoalan yang tengah dihadapi Gegoh, tolong terlebih dahulu berkoordinasi dengan pendampingnya. Hal tersebut untuk menjaga perkembangan psikologi korban agar menjadi lebih baik. Silakan hububngi Ira dari Aliansi Sumut Bersatu (ASB) di 081396928252.