Kamis, Juli 10, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Renovasi Gereja GPIB Ditolak Ormas Anti-Toleransi

by Redaksi
19/10/2013
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Renovasi Gereja GPIB Ditolak Ormas Anti-Toleransi
Share on FacebookShare on Twitter

Ilustrasi gereja [google][JAKARTA] Ormas intoleransi mulai mengusik kerukunan umat beragama di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Proses renovasi Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Pelita Lubang Buaya yang berada di Jalan Pelita XIII RT 01/ RW 12 Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur ditentang sebuah ormas.

Sejumlah spanduk berisi penolakan pembangunan rumah ibadah di wilayah tersebut yang dipasang di beberapa akses jalan menuju rumah ibadah yang terletak di wilayah perbatasan Jakarta dan Bekasi itu.

Ketua Majelis Jemaat GPIB Pelita, Lubang Buaya Pdt. A.H.L Lowing mengatakan, spanduk-spanduk berisi penolakan pembangunan gereja mulai terlihat di sekitar lokasi, sejak Minggu (13/10) kemarin.

Padahal pihaknya hanya merenovasi bangunan yang belum pernah dilakukan sejak berdiri sekitar 32 tahun lalu, dan bukan membangun gereja baru seperti yang disebutkan spanduk-spanduk tersebut.

Bahkan Lowing menjelaskan, sebelum gereja mulai direnovasi tiga pekan lalu, pihaknya telah memperlihatkan kondisi fisik gereja yang mulai mengalami pelapukan dan rawan ambruk kepada aparat kelurahan dan kepolisian setempat.

“Ini hanya perbaikan, hanya bagian yang rusak saja yang ditangani. Tidak ada struktur bangunan yang berubah, semuanya masih sama seperti saat dibangun pada 1981 lalu. Tapi begitu ada protes seperti ini, dan sempat ada oknum ormas yang datang kemari, kami jelaskan bahwa ini bukan pembangunan, tapi perbaikan,” kata Lowing kepada wartawan, Kamis (17/10).

Lowing mengaku heran dengan adanya penolakan yang mengatasnamakan warga tersebut.   Hal itu lantaran hubungan pihak gereja dengan masyarakat sekitar, selama ini terjalin baik.

Warga yang tinggal di sekitar area justru tidak mengetahui pihak-pihak yang memasang spanduk.

Menurutnya spanduk berisi penolakan pembangunan gereja dan informasi terkait unjuk rasa hanyalah isu yang disebarkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

Pihak gereja sendiri sudah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mengantisipasi isu tersebut. Dengan koordinasi ini, Lowing mengatakan kegiatan jemaat tidak terganggu sama sekali dengan adanya isu-isu tersebut.

“Bagaimana mungkin kami ada di tengah masyarakat, kalau kami tidak berbaur dengan masyarakat. Intinya kami pribadi tidak ada masalah dengan spanduk ataupun ancaman tersebut, tapi kami minta pemerintah sikapi ini dengan netral, dan berharap aparat melakukan penindakan sesuai prosedur,” ucap Lowing.

Sejauh ini, tambahnya, aparat keamanan sudah proporsional mengantisipasi isu-isu terkait penolakan pembangunan rumah ibadah di wilayah tersebut.

Dia berharap tidak terjadi hal apapun hingga perbaikan rampung dikerjakan pada pekan ini.

“Kita harap semua baik-baik saja sampai gereja ini rampung diperbaiki. Rencana minggu ini rampung,” terangnya.

Kapolsek Cipayung, Kompol Ua Triyanto mengakui adanya upaya penolakan pembangunan gereja oleh oknum ormas tertentu. Dia juga membenarkan bahwa pihaknya mendapat informasi terkait unjuk rasa di areal gereja.

“Namun sejak pagi sampai siang ini, isu itu tidak terbukti. Kita juga berharap isu yang kita dapat dari aparatur pemerintah setempat tersebut tetap tidak terbukti nantinya,” kata Ua saat dihubungi wartawan, Kamis (17/10) siang.

Ua menyatakan penolakan pembangunan gereja tidak beralasan. Hal itu lantaran gereja sudah ada sejak lama, dan saat ini sedang direnovasi. “Jadi kalau dibilang ada pembangunan, tidak benar,” kata Ua.

Meski hingga sekitar pukul 12.00 WIB, ormas yang dimaksud tidak tampak di lokasi, Ua mengatakan pihaknya tetap menyiagakan sebanyak 20 petugas dari Polsek Cipayung di sekitar areal gereja untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

“Kita juga dibantu personel dari Polres Metro Jakarta Timur dan Koramil Cipayung. Intinya ini sebagai upaya antisipasi saja. Terlebih kita dapat informasi akan adanya unjuk rasa di areal gereja,” ucap Ua.

Berdasar pantauan, perbaikan gereja sudah memasuki tahap akhir. Sejumlah pekerja yang tak terganggu dengan isu penolakan tersebut, tetap mengecat beberapa bagian gereja. [F-5]

 

Sumber:

http://www.suarapembaruan.com/home/renovasi-gereja-gpib-ditolak-ormas-anti-toleransi/43556

Previous Post

Upaya Pembaharuan, Perdamaian & Pemberdayaan HKBP di tengah Masyarakat yang Majemuk

Next Post

Bela Syiah-Ahmadiyah, Ini Tantangan Bupati Kholiq

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Bela Syiah-Ahmadiyah, Ini Tantangan Bupati Kholiq

Bela Syiah-Ahmadiyah, Ini Tantangan Bupati Kholiq

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Multikultur Kalbar: Siswa Toleran Beda Budaya [1]

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In