
Jakarta – Dinamika kehidupan beragama atau berkeyakinan di Indonesia dinilai terus memburuk. Problem intoleransi yang terus menimpa GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, Warga Syiah, Ahmadiyah dan kelompok minoritas lainnya tidak kunjung terselesaikan.
Yang paling terkini, tindakan intoleran yang menampar wajah konstitusi kita terjadi pada komunitas Syiah di Bandung. Mereka mengalami kesulitan luar biasa saat akan mengadakan Suroan. Di Jawa Timur berbagai praktik intoleransi juga marak.
Perobohan sinagog terjadi di Surabaya. Penutupan 4 gereja sekaligus terjadi di Gresik pada 2012. Yang tidak kalah memilukan, ratusan warg Syiah masih terlunta-lunta di pengungsian. Mereka boleh kembali asalkan mau mengkonversi keyakinan dari Syiah ke Sunni.
Rentetan kejadian ini, kata Aan Anshori Kordinator Jaringan GUSDURian Jawa Timur, justru merupakan fenomena gunung es dari banyaknya praktik intoleransi setiap tahunnya di Indonesia. “Negara ini tidak hanya Darurat Korupsi, tetapi juga darurat toleransi,” tegasnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu (16/11).
Toleransi Sedunia yang diperingati hari ini, lanjut Aan, merupakan momentum tepat bagi pemerintah untuk segera mengevaluasi buruknya kinerja mereka dalam melindungi hak kebebasan beragama atau berkeyakinan maupun hak asasi lainnya.
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional, Jaringan GUSDURian Jawa Timur menyerukan kepada seluruh simpul Gusdurian di 38 kota/kabupaten untuk memperingati hari tersebut.
Di beberapa tempat seperti Jombang, Malang, Bondowoso, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang, Kediri, Madiun, dan Jember, aksi dilakuan dengan cara menyebar pesan damai melalui stiker dan bunga. Kegiatan ini juga dilaksanakan oleh simpul Gusdurian di Yogyakarta, Temanggung, Wonosobo, Jepara, Samarinda, Maluku, Klaten, Batang,
Kebumen, dan simpul GUSDURian lainnya.
Penulis: Ririn Indriani/RIN
Sumber:PR