Siaran Pers
Hentikan Politisasi SARA untuk Pemilu 2014 Berkualitas
Diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama di tahun-tahun politik ini tensinya meninggi. Kasus-kasus pendirian rumah ibadah masih banyak yang belum diselesaikan, malah cenderung bertambah. Pemerintah tidak memfasilitasi penyelesaian kasus-kasus pembangunan gereja, mesjid, wihara, dll. di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, sampai Nusa Tenggara Timur.
Kasus-kasus pendirian rumah ibadah di Jawa Barat, seperti yang menimpa GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, 7 gereja Cianjur (Senin lalu, 2 Juni 2014, melapor ke Komnas HAM), dan puluhan kasus rumah ibadah lainnya sampai kini tidak terselesaikan oleh pemerintah daerah. Gambaran itu adalah potret intoleransi dan diskriminasi di wilayah Jawa Barat yang tidak kunjung berkurang.
Aksi-aksi kekerasan atas nama agama pecah di banyak daerah akhir-akhir ini. Pembakaran 2 gereja terjadi di Pasaman Barat (4 Mei). Di wilayah Yogyakarta, Amiludin Azis mendapat kekerasan berupa caci maki dan pengrusakan mobilnya oleh Front Jihad Indonesia (FJI) di dekat gedung DPRD Gunung Kidul; di Bantul kembali terjadi kekerasan yang dilakukan kelompok yang sama, 30 orang FJI, dengan membubarkan paksa pengajian rutin Minggu Pahing Majelis Ta’lim Raudhatul Jannah (18 Mei); polemik pelarangan dengan ancaman kelompok agama tertentu terhadap rencana Paskah Adiyuswa (lansia) Sinode GKJ terjadi sepanjang Mei lalu di Gunung Kidul; di peringatan hari kelahiran Pancasila (1 Juni) sekelompok orang menyerang dan melempari dengan batu bangunan yang sedang digunakan beribadah di Pangukan, Sleman; penyerangan dan penganiayaan brutal atas nama agama oleh sekelompok orang berjubah putih ke rumah Julius Felicianus (Direktur Galang Press) di Sleman (29 Mei) yang tengah dipakai ibu-ibu untuk ibadah doa Rosario.
Kekerasan atas nama agama juga menjadikan wartawan Kompas TV, Michael (Mika) Aryawan yang meliput kejadian di rumah Julius, dipukuli massa intoleran. Kameranya dirampas. Sebelumnya pewarta media online Ahlul Bait Indonesia (ABI) Muhammad Ngainan dipukuli sekelompok orang beberapa saat setelah acara deklarasi Anti-Syiah di Bandung, Senin, 21 April 2014.
Bukan kebetulan jika kasus-kasus di atas terjadi berdekatan dengan penyelenggaraan pemilu legislatif dan pemilihan presiden-wakil presiden 2014. Politisasi dan kampanye hitam berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) semakin marak menjelang pemilihan presiden-wakil presiden 2014. Masif dan agresifnya kampanye SARA bernuansa ujaran kebencian (hate speech) melalui pesan pendek, media sosial, dan media propaganda sangat meresahkan dan mengancam proses dan hasil Pemilu 2014 yang berkualitas.
Seluruh kenyataan di atas menjadi keprihatinan kami, Jemaat SEJUK sebuah jaringan pers mahasiswa yang mempromosikan keberagaman, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung, Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub), dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung yang bersama-sama menggelar Workshop Pers kampus “Memberitakan Isu Keberagaman” 5–7 Juni 2014 di Bandung, Jawa Barat.
Berangkat dari makin memanasnya diskriminasi, intoleransi, aksi kekerasan serta kampanye hitam SARA belakangan ini sebagaimana diuraikan di atas, kami menyatakan sikap:
- Mengutuk keras berbagai aksi kekerasan atas nama agama yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia;
- Mengutuk keras aksi penyerangan dan penganiayaan terhadap wartawan Kompas TV dalam kasus penyerangan terhadap ibu-ibu yang sembahyangan Rosario di rumah Julius Felicianus, Sleman (29/05/2014);
- Mengecam politisasi dan kampanye hitam berupa ujaran-ujaran kebencian bernuansa SARA dalam Pemilihan Presiden-Wakil Presiden 2014;
- Menyesalkan pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman sebagai aparat negara terkait pelarangan rumah untuk digunakan sebagai tempat beribadah, karena hal tersebut bertentangan dengan Konstitusi dan ketentuan ICCPR yang mewajibkan negara memfasilitasi warga negaranya untuk beribadah;
- Menuntut Presiden SBY di penghujung kepemimpinannya untuk mendesak bawahannya, terutama kepala-kepala daerah dan kepolisian, agar tunduk pada Konstitusi dan HAM untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dan kebebasan beragama dan berkeyakinan seluruh warga negara tanpa terkecuali;
- Mendesak Kapolri untuk menindak tegas para pelaku kekerasan atas nama agama;
- Mengajak masyarakat dan insan pers, termasuk jurnalis kampus, untuk melawan sikap intoleran dan aksi-aksi kekerasan atas nama agama yang merampas hak-hak dan kebebasan warga untuk beragama, berkeyakinan, dan beribadah;
- Menyerukan kepada media massa dan pers kampus untuk mengedukasi publik lewat pemberitaan yang mendorong toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan agama dan keyakinan/kepercayaan.
Bandung, 7 Juni 2014
Jemaat SEJUK, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung, Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)
Jemaat SEJUK:
Suaka UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Jumpa Universitas Pasundan Bandung
Media Parahyangan Universitas Parahyangan, Bandung
Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung (FKPMB)
Suara USU Universitas Sumatera Utara, Medan
Akademika Universitas Udayana, Bali
Bahana Suara Komunikasi Universitas Bengkulu
Gelora Sriwijaya Universitas Sriwijaya, Indralaya, Sumatera Selatan
INSTITUT UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Kentingan Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Birama Universitas Komputer Indonesia, Bandung
PsychoNews UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang
BPPM Balairung Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
JUSTISIA IAIN WALISONGO Semarang
EDUKASI IAIN WALISONGO Semarang
MOMENTUM Universitas Langlangbuana, Bandung
ANALISA STAI MATHALI’UL FALAH, Pati
SOLID Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
DIMENSI IAIN Tulungagung
RETORIKA FISIP UNAIR SURABAYA
LATAR Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon
UKPKM Tegalboto, Universitas Jember, Jember
AMSA Indonesia (Ahmadiyya Muslim Student Association)
ARENA Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Perkumpulan 6211
PERSONA Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Millenium, STAIN, Jember