Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Serangan Darat Pilpres 2014 Dikhawatirkan Mahasiswa Indonesia di Australia

by Redaksi
13/06/2014
in Uncategorized
Reading Time: 3min read
Share on FacebookShare on Twitter

Di tengah hiruk-pikuk politik menjelang pemilihan presiden, Perkumpulan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) cabang Flinders University, Adelaide, Australia Selatan, ikut meramaikan pesta demokrasi dengan menggelar diskusi bertema Menganalisa Indonesia melalui Pilpres 2014. Diskusi yang diselenggarakan di Flinders University (13/6) ini menghadirkan di antaranya analis Migrant Care Wahyu Susilo, Direktur Pusat Kajian Asia Flinders University Dr. Priyambudi Sulistiyanto, dan pengajar Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang Wawan Sobari yang sedang mengambil Research High Degree di Department of Politics and Public Policy Flinders University.

Bagi Priyambudi Sulistyanto, siapapun yang terpilih menjadi presiden dari dua pasangan yang bertarung dalam pemilu punya tanggung jawab membawa Indonesia sebagai negara yang mampu membangun dan memelihara stabilitas politik di kawasan Asia Tenggara. Namun begitu, rumusan dan pelaksanaan kebijakan politik luar negeri Indonesia nantinya harus melibatkan peran, aspirasi, dan kepentingan masyarakat.

“Banyak orang Australia yang bertanya kepada saya perihal kekhawatiran mereka jika Prabowo terpilih menjadi presiden. Mereka tahu persis seluruh track record Prabowo di Timor Leste. Tetapi, masyarakat internasional juga tidak tahu banyak siapa Jokowi. Sehingga, yang paling penting dalam menentukan pilihan adalah siapa calon presiden yang memprioritaskan kepentingan masyarakat Indonesia,” kata pria yang akrab disapa Budi yang juga pernah menjadi dosen di National University of Singapore.

Wahyu Susilo sangat kecewa dengan penyelenggaraan pemilu yang meminggirkan buruh migran Indonesia yang mayoritasnya adalah perempuan. Dalam sejarah pelaksanaan pemilu, buruh migran mendapatkan diskriminasi paling vulgar. Mereka tidak menjadi subjek dalam politik electoral.

“Kembalikan hak politik buruh migran!” demikian adik dari Widji Tukul (aktivis korban penculikan 1998 yang sampai sekarang belum ditemukan) ini menyampaikan tuntutan yang diperjuangkan melalui program Buruh Migran Melek Pemilu 2014 di Migrant Care.

Ia melanjutkan, banyaknya persoalan pemilu legislatif kemarin mengharuskan KPU dan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) segera memperbaiki DPT luar negeri dan melakukan sosialisasi waktu pemilihan yang serius dan tidak mendadak.

Sementara itu, sebagai ahli ilmu politik Universitas Brawijaya Malang yang melakukan penelitian di empat wilayah besar di Indonesia tentang apa alasan masyarakat dalam memilih, Wawan Sobari sangat khawatir dengan maraknya black campaign yang memakai isu agama.

“Di tingkat masyarakat menengah ke bawah dan rural area serangan darat sangat mempengaruhi kepada pasangan mana mereka akan menentukan pilihannya,” ujar Wawan yang memprihatinkan menyebarnya sms-sms berbau isu agama (SARA) menjelek-jelekkan calon presiden tertentu yang ia sebut aksi tidak bertanggung jawab itu sebagai “serangan darat” terutama di Jawa Timur. Terlebih, dari hasil penelitiannya, di Jawa Timur masyarakatnya masih memegang kuat pola “anut grubyuk,” yakni mengikuti mayoritas yang bentuknya adalah patuh pada tokoh-tokoh agama, kyai-kyai.

Ia pun menambahkan fakta bahwa dalam kasus Jawa Timur pimpinan-pimpinan pesantren sudah banyak terinfiltrasi oleh isu dan kampanye negatif menggunakan agama yang dihembuskan pihak-pihak dari calon atau pasangan yang satu terhadap calon presiden yang difitnah tidak mengakomodir aspirasi umat Islam dan malah memihak agama tertentu di luar Islam.

Keprihatinan yang sama disampaikan peserta diskusi Mustafa, aktivis muda NU yang sedang belajar di Adelaide University. “Saya berduka dengan politisasi agama yang mencuat menjelang pilpres. Ini merusak proses demokrasi yang sedang kita bangun,” kata pria yang mempunyai akun facebook Mochamad Mustafa ini merespon “serangan darat” yang diterima oleh saudara-saudara dekatnya yang tinggal di Lamongan, Jawa Timur.

Peserta diskusi lainnya, Sultan Fariz Syah, juga mempunyai kekhawatiran terhadap politisasi agama yang terjadi di Aceh. Ia memberikan gambaran bahwa agama menjadi isu utama di Aceh. Karena itu, calon presiden yang dianggap akan mendukung politisasi Qanun Jinayat yang akan dipilih masyarakat Aceh. “Ini sangat mengabaikan pluralisme, mengingat masyarakat Aceh terdiri dari berbagai agama dan keyakinan,” sesal mahasiswa Flinders University asal Aceh ini.

Aktivis disabilitas Jaka Anom Ahmad Yusuf Tanukusuma yang ikut aktif dalam diskusi ini menyesalkan penyelenggaraan pemilu yang tidak sensitif terhadap para penyandang disabilitas. TPS serta alat-alat pemilu yang tidak ramah terhadap penyandang disabilitas menjadi penyebabnya. Selain itu, sebagai penyandang disabilitas ia juga merasa sangat kecewa dengan cara-cara kampanye, baik dari kubu Prabowo-Hatta maupun Jokowi-Kalla, yang tidak memberikan “bullet” atau pengetahuan tentang profil serta visi dan misi para kontestan pilpres yang mudah diakses para penyandang disabilitas. “Penyandang disabilitas tidak menjadi subjek atau target dalam pemilu. Sebaliknya, kami hanya dijadikan objek kampanye saja,” beber Jaka yang sedang mengambil Magister of Disability Study di Flinders University.[Thowik SEJUK]

Previous Post

Workshop Pers Kampus

Next Post

Bebaskan Tajul Muluk, Pulangkan Pengungsi Syiah Sampang ke Kampung Halaman

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Surat Terbuka Amnesti Internasional tentang Diskriminasi terhadap Perempuan

Bebaskan Tajul Muluk, Pulangkan Pengungsi Syiah Sampang ke Kampung Halaman

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In