Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Membongkar Sekat Intoleransi Dunia Pendidikan

by Redaksi
20/05/2017
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Share on FacebookShare on Twitter

Fenomena intoleransi dan diskriminasi berlatar agama beberapa tahun belakangan menunjukkan persoalan sangat serius. Bahkan, masalah intoleransi dan diskriminasi berlatar agama telah merasuk ke lembaga pendidikan. Penguatan identitas kelompok dan sikap intoleran pun telah membuat sekat-sekat di antara kita pada prasangka dan kebencian.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo Sitepu pada “Pembukaan Sekolah Guru Khebinekaan (SGK) 2017” Sabtu (20/5/2017) di Ruang Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Tujuan SGK yang diikuti oleh 35 orang guru ini,  menurut Henny adalah untuk membangun ruang-ruang  perjumpaan yang dapat membuka sekat-sekat prasangka dan merajut harmoni melalui semangat keberagaman yang dihidupkan oleh para guru.

Hal yang sama ditegaskan Yudi Latif, sebagai pemateri perdana SGK dengan tema Guru, Pancasila dan Kelangsungan Bangsa. “Kehidupan manusia di Indonesia adalah hasil titik temu banyaknya ras dan budaya. Sehingga kita perlu masuk pada kedalaman perbedaan. Karena di sana ada titik temu yang sama,” papar Yudi.

Pancasila adalah satu ideologi besar yang dapat mengatur kehidupan inklusi sosial kita yang beragam, yang merupakan konsensus bersama rakyat Indonesia untuk mengatur dan mengelola kemajemukan. Oleh karena itu, menurut Yudi, semangat kebangsaan saat ini harus dikelola lebih progresif lagi untuk merawat perbedaan dan membangun kebhinekaan.

Memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa membutuhkan kesadaran. Guru bisa diharapkan menjadi penguat kesadaran tersebut.

Menurut Toto Suprayitno  PhD, selaku Kepala Balitbang, Kemendikbud, guru harus kembali pada tugas utamanya, yakni mengantarkan anak pada journey of learning agar mereka terbiasa pada keragaman ide dan gagasan. Sehingga anak-anak bisa menerima  dan menghormati perbedaan. Selama ini mereka diarahkan pada jawaban yang satu atau tunggal, sehingga tidak terbiasa mendapatkan tantangan dalam keberagaman.

“Isu kebinekaan merupakan tanggung jawab kita bersama. Apa yang dilakukan Yayasan Cahaya Guru semoga bisa menjadi inspirasi untuk komunitas lain dan kita semua,” demikian tutup Ir Toto Suprayitno PhD. (Rifah Zainani SEJUK)

Tags: #Keragaman#Khebinekaan#Pendidikan#SGK#YCG
Previous Post

JALAN DAMAI KEBANGSAAN LINTAS IMAN BELA NEGARA

Next Post

Radikalisme Menguat, Reformasi Perlindungan Perempuan Terancam

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Radikalisme Menguat, Reformasi Perlindungan Perempuan Terancam

Radikalisme Menguat, Reformasi Perlindungan Perempuan Terancam

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In