Minggu, Juli 27, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Agama

Sakdiyah Ma’ruf: Saya Memilih Jalan Humor, bukan Jalan Pedang

by Thowik SEJUK
10/02/2019
in Agama
Reading Time: 2min read
Sakdiyah Ma’ruf: Saya Memilih Jalan Humor, bukan Jalan Pedang
Share on FacebookShare on Twitter

Apa yang bisa anda lakukan ketika mengalami diskriminasi yang dipenuhi prasangka hanya karena tampak berbeda dari masyarakat banyak?

Komedian Sakdiyah Ma’ruf meyakini, ketika ketegangan di tengah perbedaan semakin meningkat, maka humor bisa ditempuh untuk mencairkan suasana. Pandangan tersebut ia rujuk dari pengalaman aktor-komedian keturunan Mesir-Amerika Ahmed Ahmed yang melawan prasangka Barat terhadap Arab dan Islam melalui humor.

Sebelum menyampaikan pendapatnya tentang intoleransi dan radikalisme yang tengah menguat di Indonesia, Sakdiyah pun bercerita, orang-orang Amerika paska peristiwa 9/11 melihat Ahmed-Ahmed dan setiap orang yang wajah dan penampilannya mirip Arab dengan penuh curiga. Tak jarang mereka mendapatkan perlakukan diskriminanif. Namun nama dan penampilannya yang sangat terlihat Arab tidak membuat Ahmed Ahmed merasa tertekan dengan prasangka orang-orang Amerika.

Bahkan, sambung Sakdiyah, ketimbang meratapi, Ahmed malah melontarkan joke tentang dirinya: nama Ahmed Ahmed masuk FBI most wanted list. Jadi, melalui humor Ahmed semacam itu bisa membalikkan keadaan.

“Humor meredakan ketegangan, bukan karena kelucuannya, tapi dialog di dalamnya atau karena konten yang ada dalam joke itu sendiri,” jelas Sakdiyah dalam talk show “Peace & Creativity: mau Damai mesti Kreatif” pada #RamaiDamai Festival (9/2), yang digelar Search for Common Ground di Museum Nasional, Jakarta.

Perempuan yang dikenal sebagai penampil stand-up comedy dan menggunakan humor untuk melawan radikalisme dan ekstremisme ini percaya bahwa joke yang dilakukan Ahmed Ahmed mampu mengajak orang berefleksi atau berpikir. Sehingga, orang-orang  Amerika menjadikan joke-nya Ahmed suatu cermin betapa yang mereka lakukan itu tolol, tanpa mengatakan langsung kepada publik Amerika perihal prasangka tak berdasar kepada setiap orang Arab sebagai teroris itu hal yang tolol.

Sakdiyah Ma’ruf dalam talk show #RamaiDamai Festival (9/2/2019)

Bagi perempuan kelahiran Pekalongan ini, humor bisa menjadi sarana untuk menciptakan kohesi sosial, menyatukan kembali polarisasi dan ketegangan di antara kelompok-kelompok masyarakat. Dalam konteks Indonesia di mana radikalisme dan ekstremisme terus mengeras, maka salah satu tantangan yang ia suguhkan, selaku komedian, ke publik adalah menjadikan humor untuk meredakan dan mencairkannya.

“Humor menjadi tantangan: antara otokritik terhadap diri saya sendiri dan saudara-saudara saya atau komunitas sesama muslim,” ujarnya di hadapan pengunjung #RamaiDamai Festival yang digelar selama dua hari, 9-10 Februari 2019.

Lewat pandangan-pandangan toleran yang dibungkus dalam komedi, maka upaya melawan radikalisme dan ekstremisme di negara ini, menurut Sakdiyah, cukup efektif justru dengan membawakan humor-humor yang terkait dengan isu-isu tersebut.

“Saya memilih jalan humor, bukan jalan pedang,” tegasnya.

Tags: #AhmedAhmed#Ekstremisme#Intoleransi#Radikalisme#SakdiyahMa'ruf
Previous Post

Dalam beritakan perkosaan, bagaimana jurnalis bersikap?

Next Post

Masih Pentingkah Beragama?

Thowik SEJUK

Thowik SEJUK

Related Posts

Ahmadiyah

Global Peace Foundation Indonesia Gelar Peace! Project: Membangun Harmoni dalam Keberagaman

21/05/2025
Diskriminasi Beragama Kian Mencemaskan, Elemen Masyarakat Sipil Menggelar Konsolidasi Kebebasan Beragama di Provinsi Riau

Diskriminasi Beragama Kian Mencemaskan, Elemen Masyarakat Sipil Menggelar Konsolidasi Kebebasan Beragama di Provinsi Riau

17/11/2024
Masyarakat Adat, Pemimpin Agama, Akademisi, dan Media Bersama Atasi Perubahan Iklim

Masyarakat Adat, Pemimpin Agama, Akademisi, dan Media Bersama Atasi Perubahan Iklim

24/10/2024
Ilustrasi Istimewa

Raja Najasyi: Pemimpin tanpa Hegemoni

09/10/2024
Next Post
Masih Pentingkah Beragama?

Masih Pentingkah Beragama?

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In