Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Gender dan seksual

Guyonan Perkosaan itu Tidak Lucu!

by Lydia SEJUK
13/07/2019
in Gender dan seksual
Reading Time: 2min read
Guyonan Perkosaan itu Tidak Lucu!
Share on FacebookShare on Twitter

“Dari yang saya dengar kalau perempuan diperkosa ujung-ujungnya ia menikmati.”

Pernyataan ini muncul dalam sebuah diskusi tentang Media dan Keadilan Gender pada workshop pers mahasiswa Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) di Malang (29/06/2019).

Sontak hal tersebut menimbulkan keriuhan dari seluruh peserta workshop. Karena itulah aktivis dan pelukis perempuan Dewi Candraningrum, selaku pembicara, kemudian menjelaskan bahwa tidak ada perempuan yang menikmati perkosaan. Sebab setiap perkosaan ada unsur pemaksaan di dalamnya.

“Memang benar vagina merespon secara biologis, namun apakah mentalnya menerima?,” timpal Arinda Nafsia peserta workshop asal Gorontalo.

Peserta yang lulus mengikuti workshop karena tulisannya yang mengungkap kasus pelecehan seksual di kampusnya ini mencoba menggambarkan betapa para korban kekerasan sesksual itu menanggung trauma yang mendalam.

Hal ini diiyakan oleh sebagian peserta, terutama perempuan, karena membayangkan jika kejadian itu menimpa mereka.

Dewi juga menjelaskan bahwa pemerkosaan juga berarti membunuh eksistensi perempuan. Selain itu, framing media yang Masih seksis turut menjadi pemerkosa kedua karena tidak sensitif gender. Peraih gelar doktor dari Universitaet Muenster, Jerman, ini mengkritik tentang lelucon perkosaan yang menurut masyarakat adalah hal yang normal.

Jika lelucon perkosaan masih dianggap normal, lanjut Dewi, maka masalah kekerasan seksual tidak akan usai. Karena dalam berbagai sektor akhirnya perempuan yang menjadi objek. Tentu, hal ini akan merugikan korban-korban perkosaan.

Beruntungnya, seluruh peserta workshop di ujung sesi sampai pada kesimpulan bahwa kekerasan seksual adalah kejahatan kemanusiaan. Untuk itu, cara membuat berita tentang isu-isu perempuan dan kekerasan seksual harus memperhatikan diksi-diksi yang jangan sampai menstigma dan menyalahkan korban, sehingga dikorbankan lagi oleh berita-berita yang tidak sensitif.

Dewi yang juga menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta ini kemudian memaparkan bahwa jalan korban pemerkosaan untuk menuju proses sintas tidak mudah karena membutuhkan resiliensi.

“Rape joke is not joke,” tegas mantan Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan periode 2014-2016 itu.[]

***

Workshop Pers Mahasiswa: Jurnalisme Keberagaman Menghidupkan Toleransi yang diadakan SEJUK kerja sama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF), Kementerian Hukum dan HAM RI, Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) Inovasi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan LPM Basic Universitas Brawijaya pada 28 Juni – 1 Juli 2019 di Malang.

Tags: #DewiCandraningrum#KeadilanGender#KekerasanSeksualTerhadapPerempuan#MediaDanPerempuanperkosaan
Previous Post

Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

Next Post

Fellowship Liputan Keberagaman untuk Pers Mahasiswa

Lydia SEJUK

Lydia SEJUK

Related Posts

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

23/05/2025
Perempuan, 16HAKTP

Peringati 16HAKTP, Aliansi Perempuan Indonesia Melakukan Aksi Menggugat Negara

25/11/2024
Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

16/09/2024
Transgender

Merayakan Pride Month Merayakan Diri Sendiri

03/09/2024
Next Post

Fellowship Liputan Keberagaman untuk Pers Mahasiswa

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In