
Mira, transgender perempuan yang dibakar dan meninggal hari Minggu lalu (5/4), adalah korban kebencian, hoaks dan disinformasi terhadap LGBTIQ yang terus dilanggengkan. Di tengah wabah Covid-19, kebencian dan diskriminasi membuat transgender menjadi kelompok yang semakin rentan.
Lantas, sejauh mana peran media dalam membendung kebencian dengan mengedukasi publik untuk menghormati keberagaman seksual dan menuntut tanggung jawab negara agar warga LGBTIQ terjamin hak-hak dasarnya?
Seberapa besar dampak Covid-19 dan diskriminasi bagi perekonomian dan kesehatan komunitas transgender perempuan (transpuan)? Upaya apa saja yang mereka tempuh bersama jaringan, terutama di daerah-daerah terpencil seperti di Indonesia timur, supaya bertahan dari dampak pandemi Covid-19?
Untuk itu, webinar berupa Diskusi Media bertema “Dampak Covid-19 dan Pemberitaan Media terhadap Transgender” berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Kegiatan ini akan digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Internews.
Kami mengundang rekan-rekan media/jurnalis dan publik yang hendak bersolidaritas terhadap kelompok rentan terdampak Covid-19, silakan bergabung.
Waktu: Senin, 13 April 2020, pkl. 11.00 WIB – selesai.
Narasumber:
- Usman Kansong, Direktur Pemberitaan Media Indonesia
- Kanzha Vina, Ketua Sanggar Waria Remaja (SWARA)
- Hendrika Mayora Victoria, Transgender Perempuan Fajar Sikka, NTT
- Usman Hamid, Amnesty International Indonesia
Moderator: Saidiman Ahmad, Peneliti Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC)
Diskusi dilangsungkan di ZOOM dengan registrasi melalui tautan: https://bit.ly/webinarSEJUK
Demikian undangan Diskusi Media SEJUK ini kami sampaikan, semoga keterlibatan jurnalis/media dan rekan-rekan yang peduli keberagaman dalam diskusi ini menjadi ikhtiar bagi perubahan-perubahan bangsa yang lebih baik dan inklusif. Terima kasih.
Salam keberagaman,
Jakarta, 8 April 2020
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK