Rabu, Juli 23, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Agenda

Suara-suara Terpinggirkan dari Kalbar

by Redaksi
17/11/2021
in Agenda
Reading Time: 4min read
Suara-suara Terpinggirkan dari Kalbar
Share on FacebookShare on Twitter

Menjelang Transgender Day of Rememrance (TDOR), Persatuan Waria Pontianak (Perwapon) membagikan kisah inspiratif dalam upaya menghapus stigma dan diskriminasi terhadap transpuan. Ketika banyak transpuan di daerah lainnya di Indonesia ditentang, menanggung praktik-praktik diskriminasi dan intoleransi, transpuan-transpuan di Pontianak diterima dengan baik oleh masyarakat.

Perwapon hadir untuk warga-warga yang paling membutuhkan. Mereka berinteraksi dan bersosialisasi dengan cara memberi bantuan kepada panti asuhan, panti jompo, dan pesantren di sekitar Pontianak dan daerah Kalimantan Barat (Kalbar) lainnya.  

“Kami transpuan di Pontianak diterima dengan baik oleh masyarakat. Karena itu hampir tidak ada lagi dari kami yang beraktivitas di jalanan,” ungkap Ketua Perwapon Tiara kepada 20 jurnalis yang meliput wilayah-wilayah Kalimantan Barat (13/11).

Aksi-aksi sosial Perwapon, sambung Tiara, terlebih dahulu dilakukan kunjungan untuk mendata warga yang tidak mampu, kemudian menentukan kebutuhan-kebutuhan apa yang paling mendesak. Karena itu, bantuan yang diberikan tidak melulu sembako. Salah satu pesantren yang mereka bantu, bukan lembaga yang berbayar.

“Karena kami masuk hingga ke kamar dan dapur warga yang layak mendapat bantuan, sehingga yang kami sumbangkan juga mulai dari sembako, kasur, tikar, pasir, batu-bata, sampai semen. Tergantung apa yang paling dibutuhkan mereka” jelas transpuan kelahiran 1983 ini.

Jurnalis Kalbar, perwakilan Persatauan Waria Pontianak (Perwapon) dan Ahmadiyah Sintang bersama Khanis Suvianita (GAYa NUSANTARA) dalam workshop SEJUK (13/11)

Dialog: ruang aman kelompok rentan

Perjumpaan Perwapon dengan kalangan jurnalis Kalbar ini juga dilakukan perwakilan jemaat Ahmadiyah Balai Harapan, Sintang, yang masjidnya diserang pada 3 September lalu. Tujuan dari dialog antara Perwapon dan Ahmadiyah Sintang dengan para jurnalis adalah membangun ruang aman dalam pemberitaan tentang komunitas-komunitas rentan.

Dialog ini bagian dari Workshop dan Story Grant Jurnalisme Keberagaman bertema Memberitakan Konflik Etnis & Agama di Kalimantan Barat yang digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Norwegian Embassy di Singkawang, 12-14 November 2021. Karena itu, selain perwakilan transpuan yang berharap ada perhatian dari media agar memberi ruang bagi suara-suara mereka, Ketua Pemuda Ahmadiyah Balai Harapan Maulana Habib Ma’ruf juga menitipkan mimpi serupa.

Maka, ia pun memberikan fakta-fakta diskriminasi dan kekerasan yang dialami jemaat di Sintang yang selama ini tidak sampai ke publik atau media.

“Isu yang beredar bahwa masjid kami di Balai Harapan disumbang dari (Ahmadiyah pusat) London itu fitnah. Pembangunan masjid itu dari dana kami sendiri. Patungan. Masjid baru sekali kami pakai untuk salat Idul Fitri dan Idul Adha,” tutur Habib yang sangat kecewa atas penghancuran masjid Ahmadiyah Sintang dan pembakaran bangunan di belakangnya.

Menurut Habib, pada saat kejadian itu ibu-ibu dan anak-anak menangis, bahkan ada yang histeris. Sampai hari ini mereka masih trauma.

Diskriminasi dan upaya persekusi terhadap jemaat Ahmadiyah sudah berlangsung lama. Padahal, sambung pria berusia 20 tahun ini, warga sekitar Desa Balai Harapan, yang mayoritas beragama Katolik dan beretnis Dayak, sangat menerima Ahmadiyah.

“Tahun 2005 mubaligh (Ahmadiyah) kami sebelumnya dipukuli sampai berdarah-darah, tetapi aparat tidak menindak dan menangkap para pelakunya. Alasan inilah yang (mungkin) membuat mereka kembali melakukan kekerasan,” kata Habib.

Jurnalis Insidepontianak.com Wati Susilawati merasa proses workshop sangat mengantarkan perubahan pemahaman dan sikap sebagai jurnalis yang lebih simpatik dan berempati kepada kelompok rentan.

“Saya akan lebih berhati-hati memilih diksi agar dalam memberitakan tidak menimbulkan ketersinggungan kepada kelompok minoritas,” aku Wati.

Dengan mengikuti materi-materi tentang hak asasi manusia, kebebasan beragama dan berkeyakinan, keberagaman gender dan seksualitas, prinsip-prinsip jurnalisme keberagaman, sampai perjumpaan dengan perwakilan transpuan dan Ahmadiyah, jurnalis Suara Pemred Singkawang Rudi Hariyanto mengungkapkan komitmennya untuk tidak akan pernah membuat berita yang dapat menimbulkan provokasi yang memperparah berkonflik.

Hal tersebut sesuai dengan prinsip jurnalisme keberagaman yang disampaikan Direktur SEJUK Ahmad “Alex” Junaidi dan Koordinator SEJUK Kalbar Dian Lestari: media harus memberi ruang dan pemihakan kepada korban dan kelompok yang terpinggirkan hak-haknya.

Peraih Story Grant Jurnalisme Keberagaman

Di ujung workshop, mentor Story Grant Dian Lestari dan Edho Sinaga bersama tim dari SEJUK “menggodok” proposal-proposal liputan keberagaman yang dipresentasikan oleh dua puluh jurnalis Kalbar. Dari proses tersebut, berikut 8 proposal terpilih yang diteruskan mendapat beasiswa terbatas:

1. Bagaimana Pemuda Pemudi Ahmadiyah Menghindari Stigma di Lingkungan Kampus – Cantya Zamzabella (iniborneo.com).

2. Pernikahan Beda Agama di Singkawang – Rizki Kurnia (Tribun Pontianak)

3. Rumah Sayang Pontianak, Pendidikan untuk Semua – Muhammad Al Jauhari Fatria (kalbaronline.com)

4. Stigma pada Seniman Tari Laki-laki – Tri Purnawati (Hi Pontianak)

5. Cara Masyarakat di Desa Retok Menjaga Keberagaman, Antaretnis dan Agama – Bella (pifa.co.id)

6. Melihat Transpuan di Pontianak Lebih Dekat – Samsul Hardi (Kompas TV)

7. Damai Ahmadiyah di Sompak – Alfon (Tribun Pontianak)

8. Rekonsiliasi Korban Konflik Ahmadiyah Sintang – Taufik (RRI Sintang)

Cover: Pemuda Ahmadiyah Balai Harapan, Sintang, dan Ketua Perwapon, Pontianak, Kalbar.

Tags: #AhmadiyahSintang #KalimantanBarat #SEJUKKalbar #workshop#Perwapon#SEJUKKalbar#StoryGrantSEJUK#Transpuan#Waria#WorkshopSEJUK
Previous Post

Mengembangkan Ruang Aman Keberagaman di Media: Undangan Workshop & Story Grant untuk Jurnalis Kalimantan Timur

Next Post

Keberagaman, Penerimaan, dan Keadilan Sosial

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

30/05/2025
Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

24/05/2025
pelatihan komunitas Pekanbaru Riau Sumbar

‘No Viral, No Justice’ Tak Selalu Adil bagi Komunitas Rentan

21/01/2025
Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

19/11/2024
Next Post
Keberagaman, Penerimaan, dan Keadilan Sosial

Keberagaman, Penerimaan, dan Keadilan Sosial

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hentikan Praktik Persekusi yang Marak dan Berulang terhadap Kelompok Minoritas yang Tengah Melangsungkan Ibadah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In