Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Disabilitas

Memperjuangkan Pendidikan, Menciptakan Kesetaraan

by Redaksi
09/03/2024
in Disabilitas
Reading Time: 5min read
Memperjuangkan Pendidikan, Menciptakan Kesetaraan
Share on FacebookShare on Twitter

“Pendidikan itu hak bagi semua.”

Sambil memegang siku rekan di sampingnya, lelaki setengah baya itu berjalan masuk ke dalam ruangan. Pakaian bernuansa hitam menghiasi tubuhnya, dari ujung kaki hingga kepala. Lengkap dengan kacamata hitam yang dikenakannya. 

“Hidup saya gelap, jadi begini pakaiannya juga,” ucapnya dengan nada bercanda. 

Semenjak lahir, Adi memiliki visibilitas yang terbatas. Mata kanannya hanya mempunyai visibilitas sebesar 40 persen. Sementara mata kirinya terlahir dengan kondisi buta total.

Kecelakaan lalu lintas 24 tahun yang lalu telah merenggut indera penglihatannya secara total. Dunia Adi berubah menjadi gelap seketika kala umurnya masih 18 tahun. 

“Dulu saya masih bisa lihat meski bayang-bayang saja, sekarang mimpi aja cuma suara,” ungkapnya dengan sedikit tawa. 

Meski begitu, Adi tidak larut dalam kesedihan. Justru lelaki kelahiran 1982 itu melanjutkan perjuangan demi membela teman-teman disabilitas lainnya.

Seringkali Adi merasa prihatin dengan kondisi penyandang disabilitas di wilayah Cilegon. Masyarakat Banten, katanya, masih belum teredukasi perihal disabilitas. Ditambah perilaku pemerintah yang belum maksimal dalam memberikan kesempatan yang sama terhadap teman-teman disabilitas.

Adi merasa salah satu hal yang vital namun sering terlupakan adalah akses pendidikan bagi disabilitas. Baginya, pendidikan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kapasitas teman-teman netra, tuli, maupun daksa. “Pendidikan itu hak bagi semua.”

“Itu dapat menjadi sarana teman-teman disabilitas untuk meningkatkan kualitas hidupnya,” lanjutnya. 

Saat ini, di daerah Cilegon, pusat operasi dari Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) hanya terdapat lima sekolah swasta, dan satu sekolah negeri. Termasuk Yayasan Mutiara Bunda, Al Hadid, Muhammadiyah. Serta sebuah sekolah yang dioperasikan pemerintah, yaitu Sekolah Khusus (SKh) Negeri 1 Cilegon.

Meski begitu, sebuah SKh tidak cukup untuk menampung populasi disabilitas di Cilegon yang mencapai angka 1.706 jiwa. Adi memuji langkah pemerintah dalam membangun SKh negeri, tapi baginya sebuah sekolah negeri–hasil desakan Pertuni–belum cukup untuk melayani teman-teman disabilitas. 

“Banyak akhirnya yang tidak tertampung negeri, alhasil mereka beralih ke swasta yang biayanya lebih besar,” ucapnya. 

Selain itu, Adi juga menyoroti pemerataan SKh. Adi yang turut menjadi guru di SKh itu mengaku beberapa muridnya harus menempuh perjalanan yang begitu jauh. “Titik lokasi SKh itu sangat jauh dibandingkan rumah-rumah disabilitas.”

“SPP hilang, tapi ongkosnya lebih gede,” sambungnya. 

Seakan hanya menggugurkan kewajiban saja. Bagi Adi, pemerintah masih belum maksimal dalam memfasilitasi disabilitas. “Kami gak mengharapkan bantuan kayak bansos. Kami cuma ingin meningkatkan skill dan SDM,” pungkasnya. 

Komunitas disabilitas Cilegon bersama pers mahasiswa peserta workshop jurnalisme keberagaman SEJUK (25/2/2024)

Antara Sekolah Inklusi dan SKh

Umumnya dalam penerapan pendidikan disabilitas, Pemda menggunakan pola SKh atau SLB yang memisahkan antara disabilitas dengan murid pada umumnya. Juga sekolah inklusi yang membiarkan peserta didik disabilitas duduk bersama siswa non-disabilitas. 

Penerapan sekolah inklusi menjadi semakin marak ketika Kemendikbud Ristek mengeluarkan Permendikbud Ristek Nomor 48 Tahun 2023 yang mengatur bantuan dana tambahan bagi sekolah inklusi. Di Banten sendiri, sekolah inklusi turut diatur lewat Peraturan Gubernur Banten Nomor 74 Tahun 2014.

Hikmatullah seorang disabilitas netra yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah inklusi merasa nyaman duduk sebangku dengan teman-teman non-disabilitas. Meski begitu, di SMA tempat Hikmat bersekolah dulu masih banyak bahan-bahan ajar yang belum ramah disabilitas. 

“Jauh dari kata inklusi, belum optimal. Akses pembelajaran, buku itu belum ada. Gak ada guiding block,” katanya. 

Meski merasa nyaman, Hikmat yang tengah menempuh pendidikan tinggi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) itu kerap risih dengan perlakuan spesial terhadapnya. Ia merasa tidak perlu diberikan pengecualian dari guru, “Saya sanggup mengerjakan soal yang sama, kok,” ungkapnya. 

Hikmat merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kedua saudaranya mengalami kondisi yang serupa dengan Hikmat. Awalnya, orang tua Hikmat skeptis untuk memberikan pendidikan setinggi-tinggi mungkin. Namun, kata Hikmat, hari ini orang tuanya amat bangga ketika anaknya sudah bisa mengenyam pendidikan tinggi. 

Sekolah inklusi, menurut Hikmat, sangat cocok untuk teman-teman disabilitas netra, tuli, dan daksa. “Karena sama dengan orang-orang biasanya. Banyak teman dan berbaur, lebih bisa bersaing,” kata mahasiswa Pendidikan Khusus Untirta tersebut. 

Sementara itu, Ulum, seorang Tuli yang duduk di bangku kelas 2 SMP memiliki pengalaman berbeda. Ulum membuat gestur membuka kedua telapak tangannya, ia membentuk abjad “T” menggunakan tangan kanannya. Selepas itu ia mengangkat kedua tangannya menirukan gestur salat. 

“Ulum suka belajar di sekolah, katanya dia belajar membaca, lalu ibadah, dan tenis meja,” kata Ilham seorang Juru Bahasa Isyarat (JBI) yang menemani Ulum. 

Ulum menyukai teman-temannya di sekolah. Ia amat senang berada di sekolah khusus yang memiliki fasilitas bagi penyandang disabilitas sepertinya. Sekarang, Ulum sedang berupaya untuk menjadi atlet di bidang tenis meja. 

Meski begitu, sekolah khusus memiliki beberapa kelemahan. Adi mengatakan sekolah khusus tidak tersambung dengan Dirjen Dikti. Hal tersebut menyulitkan teman-teman disabilitas untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi. 

“Pendidikan tinggi sangat diperlukan, supaya mendewasakan pola pikir. Kalau di dunia pendidikan khusus itu kebanyakan hanya keterampilan saja,” ucap Adi. 

Sampai kini, Adi dan teman-teman disabilitas lainnya terus berjuang untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan inklusif. Utamanya di tingkat umur sekolah dan kuliah. “Kami kan ingin kesempatan yang sama dan adil bagi kita,” pungkasnya.

Penyusun laporan: Izam, Abdul hamid, Rubbi, Fitri, Ine, dan Naila

Laporan ini adalah bagian dari kegiatan workshop “Pemilu Serentak 2024 dan Tantangan Menerapkan Jurnalisme Keberagaman di Kalangan Pers Mahasiswa Banten” yang didukung oleh Internews dan USAID dan bekerja sama dengan LPM Sigma UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, LPM Institut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Aliansi Pers Mahasiswa Serang (APMS) yang digelar di Carita, Pandeglang, Banten, 23-26 Februari 2024.

Tags: #banten#PersKampus#PersMahasiswa
Previous Post

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kebebasan Pers Mendorong Pembentukan Komite Publisher Rights yang Berintegritas

Next Post

Stigma Ganda Pekerja Seks di Indonesia: Dianggap Tidak Bermoral hingga Pembawa Penyakit

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

10/09/2024
Kolaborasi Kunci Jurnalis Kampus Jawa Barat Memperkuat Kebebasan Beragama dan Toleransi

Kolaborasi Kunci Jurnalis Kampus Jawa Barat Memperkuat Kebebasan Beragama dan Toleransi

20/06/2024
Koalisi Organisasi Penyandang Disabilitas untuk Perlindungan Sosial yang Inklusif: Tak Boleh Terlibat, Kami Gugat Sri Mulyani!

Koalisi Organisasi Penyandang Disabilitas untuk Perlindungan Sosial yang Inklusif: Tak Boleh Terlibat, Kami Gugat Sri Mulyani!

14/06/2024
Mudik Tak Mudah bagi Disabilitas, Negara Setengah Hati Bangun Transportasi Inklusi

Mudik Tak Mudah bagi Disabilitas, Negara Setengah Hati Bangun Transportasi Inklusi

07/04/2024
Next Post
Stigma Ganda Pekerja Seks di Indonesia: Dianggap Tidak Bermoral hingga Pembawa Penyakit

Stigma Ganda Pekerja Seks di Indonesia: Dianggap Tidak Bermoral hingga Pembawa Penyakit

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In