Minggu, Juli 13, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Penyair perempuan ungkapkan pemberontakan lewat syair

by Redaksi
23/10/2013
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Penyair perempuan ungkapkan pemberontakan lewat syair
Share on FacebookShare on Twitter
131022090739_karima_shabrang_304x171_bbc_nocredit
Karima Shabrang mengatakan pemuka desa mengecamnya.

Sejumlah penyair perempuan Afghanistan bertekad mempertahankan kebebasan yang baru dinikmati meskipun mereka menghadapi ancaman mati.

Seperti dilaporkan oleh wartawan internasional BBC Lyse Doucet, penyair-penyair perempuan mengekspresikan pemikiran mendalam di tengah berbagai risiko yang dimuncul di masyarakat Afghanistan.

Para penyair perempuan, lapor Doucet, menyebut puisi sebagai pedang mereka. Secara berkala mereka mengadakan pertemuan di tempat tertutup karena di masyarakat yang konservatif, puisi dianggap menyebarkan pengaruh negatif.

“Kami menggunakan kata-kata murni dan keramat dan mengungkapkan perasaan kami dengan kata-kata itu,” kata Pakisa Arzoo, seorang penyair berusia 29 tahun.

“Tetapi saya tahu masyarakat saya meyakini bahwa menulis puisi adalah suatu dosa,” jelasnya.

Di bawah payung perkumpulan masyarakat kesusasteraan Mirman Baheer, puluhan perempuan di ibukota Afghanistan, Kabul, bertukar pikiran mengenai puisi karya mereka.

Cinta dan patah hati

 

Mirman Baheer mempunyai cabang-cabang di sejumlah kota lain dan beranggotakan ratusan orang.

“Api perang telah menyala dan membakar negara. Hati saya terbakar di kobaran ini, dan tubuh saya juga terbakar.”

Itulah petikan puisi karya Amil, salah seorang penyair Afghanistan.

Sebagian besar penyair perempuan yang berada di Kabul, lapor wartawan internasional BBC Lyse Doucet, berasal dari kalangan terdidik dan mempunyai pekerjaan profesional.

Mereka masih menulis dengan menggunakan nama samaran karena khawatir akan ancaman.

Sebagian lainnya menulis secara diam-diam. Sebagian lainnya dilarang oleh keluarga menghadiri pertemuan Mirman Baheer sehingga mereka membacakan puisi melalui telepon.

Karima Shabrang, seorang penulis asal Provinsi Badakhshan, mengatakan para pemuka desa menganggapnya sebagai penyebar pengaruh buruk melalui puisi-puisinya tentang cinta dan patah hati.

“Mereka mengatakan saya harus disingkirkan. Maksud mereka, saya harus dibunuh,” kata Shabrang.

Menyusul ancaman tersebut, dia kemudian diselamatkan oleh kedua kakaknya dan dibawa ke Kabul.

Berita dari BBC:

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/10/131022_seni_budaya_perempuan_penyair.shtml

Tags: Headline
Previous Post

UNFPA: Perdagangan Manusia Timbulkan Luka Psikologis

Next Post

Pengaduan nasib buruh migran ditingkatkan

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Pengaduan nasib buruh migran ditingkatkan

Pengaduan nasib buruh migran ditingkatkan

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Multikultur Kalbar: Siswa Toleran Beda Budaya [1]

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In