Penyerangan dan penghancuran masjid jemaat Ahmadiyah di Balai Harapan, Sintang, 3 September lalu menjadi fakta baru diskriminasi dan persekusi atas nama agama di Kalimantan Barat (Kalbar). Manuver-manuver pemerintah tingkat provinsi hingga kabupaten sangat jelas merampas hak beragama Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).
Awal 2016 pernyataan dan sikap diskriminatif pemerintah daerah maupun aparat di Kalbar ikut memicu penyerangan dan pengusiran terhadap sekitar 1.120 jiwa eks-Gafatar yang sedang membangun kemandirian pangan di Mempawah. Konflik dan kekerasan bernuansa agama atau keyakinan yang menimpa Ahmadiyah dan eks-Gafatar ini menambah deretan tragedi kemanusiaan di Kalbar yang sebelumnya lebih kerap berdasarkan etnis.
Konflik etnis tahun 1999 dan 2000 menelan korban jiwa paling besar dalam sejarah kelam di Kalbar. Trauma dan ketegangannya masih diwariskan ke generasi berikutnya. Stigma atau stereotipe dan kebencian satu sama lainnya terhadap etnis-etnis yang pernah terlibat konflik belum sepenuhnya hilang. Tidak ada upaya penyelesaian konflik yang serius dan menyeluruh melalui penegakan hukum yang berkeadilan.
Kini revolusi industri turut melempangkan disinformasi dan misinformasi tersaji di ruang-ruang digital, sementara inisiatif atau kerja-kerja literasi toleransi dan inklusi masih sangat terbatas diupayakan masyarakat sipil. Akibatnya, penyebaran dan perluasan pandangan, sikap, bahkan tindakan intoleran yang penuh kebencian terhadap kelompok-kelompok marginal di Kalbar cepat sekali ‘difasilitasi’ media sosial maupun media siber yang dalam realitasnya mudah menyulut pergesekan atau konflik.
Dapat disebut di sini kasus ketegangan politik bernuansa etnis yang terjadi di Landak, Kalbar (2020), sebagai contoh. Konflik mengalir demikian deras dan lekas. Saat itu ratusan warga sempat mengungsi karena dipicu hoaks bernuansa SARA yang di antaranya ditengarai dibuat oleh pihak tak bertanggung jawab yang tinggal di Jawa Barat, bukan dari wilayah yang dijuluki provinsi seribu sungai ini.
Karena itu, pengelolaan keberagaman di Kalbar menjadi tantangan tersendiri yang membutuhkan perhatian banyak pihak yang percaya dan memanfaatkan besarnya pengaruh media terhadap cara pandang setiap orang. Mendesak bersama-sama mendorong media menjadi ruang aman untuk korban dan kelompok rentan lainnya adalah kemestian yang harus disegerakan mengingat kecenderungan masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin tidak toleran. Hingga hari ini kebencian terhadap jemaat Ahmadiyah di media sosial terus bermunculan dan spanduk-spanduk anti-Ahmadiyah masih terpampang di Kalbar.
Terhadap itu semua, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) berikhtiar melibatkan rekan-rekan jurnalis di Kalbar untuk bersama-sama menguatkan jurnalisme yang memberikan perhatian pada isu-isu keberagaman lewat workshop dan story grant jurnalisme keberagaman.
Kegiatan ini akan digelar dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Hanya jurnalis-jurnalis yang menyerahkan hasil rapid test antigen negatif (biaya tes akan diganti panitia) yang bisa terlibat dalam workshop ini. Jaga jarak serta penggunaan hand sanitizer dan keharusan masker diganti secara rutin setiap 4 jam pemakaian adalah di antara protokol kesehatan yang akan diberlakukan pada kegiatan kali ini.
Nama Kegiatan
Workshop & Story Grant Jurnalisme Keberagaman: Memberitakan Konflik Etnis dan Agama di Kalimantan Barat
Tujuan
Membangun ruang aman dengan menguatkan dan menyebarluaskan semangat keberagaman, kebebasan beragama dan berekspresi, melalui kerja-kerja jurnalistik
Capaian
- Tumbuhnya kesadaran bersama tentang pentingnya penghargaan terhadap prinsip-prinsip kebebasan beragama atau berkeyakinan dan kebebasan berekspresi;
- Berkembang dan meluasnya pemahaman kebebasan beragama atau berkeyakinan dan berkekspresi lewat kerja-kerja jurnalistik;
- Tergambar pola maupun peta media dan jurnalis di daerah dalam memberitakan isu keberagaman;
- Terkuatkan fungsi watchdog media atau jurnalis dalam menuntut negara melindungi segenap warga di tengah fakta keberagaman;
- Tumbuhnya kesadaran pentingnya media atau jurnalis menjalankan fungsi edukasi perihal penghargaan terhadap keberagaman berbasis SARA dalam pemberitaannya;
- Tergeraknya media dan jurnalis dalam memberitakan isu kebebasan beragama dan berekspresi melalui stimulus beasiswa terbatas program story grant;
- Tepublikasikannya karya-karya jurnalistik yang ramah terhadap keberagaman;
- Terbangun jaringan jurnalis yang ramah dan menghormati kebinekaan dan prinsip kebebasan beragama.
Penyelenggaraan workshop dan story grant ini akan sekaligus digelar proses proposal coaching. Proposal-proposal terpilih diteruskan dalam proses liputan dan produksi pemberitaan isu keberagaman.
Untuk terlibat dalam kegiatan SEJUK ini, berikut adalah ketentuan dan langkah-langkahnya:
Tema Liputan keberagaman
Story grant bertema kebebasan beragama dan berekspresi melingkupi isu agama atau kepercayaan, etnis, gender, minoritas seksual, maupun disabilitas.
Syarat
- Jurnalis yang berminat berproses bersama dalam menggumuli jurnalisme keberagaman ini berdomisili atau bertugas di wilayah Kalbar;
- Bersedia mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari workshop, proposal coaching, dan menyelesaikan story grant;
- Melengkapi dokumen pendaftaran berupa proposal liputan, biodata dan kartu pers;
- Proposal liputan melingkupi: Judul, Angle, Latar Persoalan (maksimal 3 paragraf);
- Pesan Liputan (maksimal 2 paragraf), dan Daftar Narasumber Kunci;
- Mengirimkan surat kesediaan media untuk mempublikasikan hasil liputan.
Ketentuan
- 20 peserta terpilih akan mendapatkan pelatihan jurnalisme keberagaman dan proposal coaching;
- 8 peserta terpilih akan mendapatkan beasiswa untuk menyelesaikan liputan sebesar masing-masing Rp7.000.000;
- Waktu liputan hingga penerbitan dilakukan paling lama 40 hari sejak coaching dan menerima pendampingan dari mentor secara online;
- Seluruh peserta yang lolos untuk mengikuti pelatihan harus mengirimkan bukti rapid test antigen dengan hasil negatif (biaya rapid test akan diganti panitia).
Alur Kegiatan
- Penutupan pendaftaran: 31 Oktober 2021
- Peserta workshop terpilih diumumkan: 4 November 2021
- Workshop: 12-14 November 2021
- Proposal Coaching: 14 November 2021
- Pengumuman peraih story grant: 18 November 2021
- Liputan: 18 November-27 Desember 2021
- Penyerahan bukti tayang paling lambat: 29 Desember 2021
Pendaftaran
Untuk mendaftar sila ke: bit.ly/WorkshopSEJUKKalbar2021
Pengumuman peserta terseleksi akan dipublikasikan di Sejuk.org, IG: @kabarsejuk.
Waktu dan Tempat
Waktu penyelenggaraan workshop dan proposal coaching story grant: 12-14 November 2021 yang mana lokasi workshop dan coaching story grant akan diinformasikan langsung kepada peserta yang lolos mengikuti kegiatan.
Kepesertaan
Yang terlibat dalam workshop & story grant adalah jurnalis aktif yang tinggal di wilayah Kalimantan Barat. Jumlah peserta yang tergabung dalam kegiatan ini 20 orang.
Panitia menanggung transportasi (dengan menunjukkan invoice) dan akomodasi peserta workshop. Hand sanitizer dan masker untuk peserta disediakan panitia.
Informasi lebih lanjut hubungi IG: @kabarsejuk atau SEJUK Kalbar (Dian dan Edho).
Narahubung: lihat di tautan pendaftaran.
Penutup
Demikian undangan sekaligus kerangka acuan Workshop & Story Grant: Jurnalisme Keberagaman Memberitakan Konflik Etnis dan Agama di Kalimantan Barat. Atas perhatian dan kerja sama Anda sekalian, kami mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 5 Oktober 2021
Hormat kami,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK