Rabu, Agustus 6, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Inilah Film yang Berhasil Melarang Sunat Perempuan

by Redaksi
25/10/2013
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Inilah Film yang Berhasil Melarang Sunat Perempuan
Share on FacebookShare on Twitter

 

images

Dua film maker, Nabaz Ahmed dan Shara Amin, menempuh hampir satu dekade untuk merekam tabu terbesar yang dipraktikkan dalam masyarakat Kurdi: khatana, sunat alat kelamin perempuan, female genital mutilation (FGM). Keduanya membujuk banyak orang untuk berani membicarakan dan mempersoalkan praktik FGM dan efeknya.

Bagi masyarakat Kurdistan, yang merupakan wilayah otonomi luas negara Irak bagian utara, FGM adalah tradisi turun-temurun yang dianggap sebagai sebuah kewajiban dari leluhur mereka. Namun, berkat rekaman (film) ini upaya kedua film maker lokal tersebut berhasil mendorong praktik FGM dilarang di Kurdistan pada tahun 2011. Hal ini dilalui dengan terlebih dahulu meyakinkan parlemen dengan melakukan pemutaran-pemutaran film tersebut dan gencarnya para aktivis mengkampanyekan bahaya FGM, sehingga pada akhirnya dapat meyakinkan parlemen untuk mengubah keyakinan dan aturan lama itu.

Kini kisah perjuangan bertahun-tahun kedua film maker Kurdistan menentang tabu FGM telah dibuat menjadi sebuah film dokumenter oleh Guardian dan BBC Arabic yang bisa anda lihat di: http://www.theguardian.com/society/video/2013/oct/24/fgm-film-changed-the-law-kurdistan-video.

Dengan terbitnya aturan yang melarang FGM, jumlah anak perempuan yang alat kelaminnya dimutilasi di Kurdistan dalam beberapa tahun terakhir telah menurun lebih dari 60%. Demikian film dokumenter ini menampilkan data survey mutakhir yang dilakukan di wilayah Kurdistan Irak.

Film dokumenter yang berdurasi 17 menit 5 detik ini juga menunjukkan ketegangan antara generasi tua dan generasi muda Kurdistan dalam menyoal praktik FGM. Jika generasi tua berusaha melanggengkan keharusan FGM, karena begitulah ketentuan dari agama yang mereka yakini, sebaliknya terutama perempuan dari generasi mudanya mencoba melawan dan menolak praktik ini dengan masing-masing argumentasi dan strategi. Mereka, misalnya, harus berbohong bahwa dirinya sudah disunat ketika ada pihak yang menuntutnya untuk melakukan FGM. (Thowik SEJUK)

 

Sumber berita: dari link yang sama, http://www.theguardian.com/society/video/2013/oct/24/fgm-film-changed-the-law-kurdistan-video.

Sumber gambar: http://ikwro.org.uk/campaigns/female-genital-mutilation/

Previous Post

Lebih dari 100 ribu anak Indonesia jadi korban eksploitasi seksual

Next Post

Kebebasan beragama belum sepenuhnya terwujud

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Foreign Groups wary Of ‘Ormas’ Law

Kebebasan beragama belum sepenuhnya terwujud

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribuan Mangrove untuk Masa Depan: Seruan Darurat Lintas Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In