Aku Cinta Indonesia;
Kutuk Kekerasan atas nama Agama
Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 menjadi tonggak kelahiran Pancasila. Sejarah penting terbentuknya dasar negara Indonesia ini sekaligus menjadi ideologi kebangsaan yang berdiri di atas berbagai golongan, bukan menjadi monopoli agama atau suku tertentu. Pancasila menjadi rumah bagi seluruh elemen bangsa yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika.
Semangat kebangsaan itu dalam dekade terakhir ternoda. 1 Juni 2008 ketika massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) tengah mempersiapkan aksi damai merayakan hari lahir Pancasila di Monas, FPI menyerang membabi buta. Banyak peserta aksi terluka parah. Salah seorang warga yang ikut bergabung dalam aksi damai tersebut, Bapak Alirman, terluka di bagian kepalanya dan sekitar seminggu setelah kejadian meninggal dunia karena infeksi yang akut.
Tragedi Monas 1 Juni 2008 ini tidak lain bentuk absennya negara atas berulangnya aksi-aksi intoleransi dan kekerasan kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama. Pemaksaan paham dan keyakinan oleh mereka kepada pihak-pihak yang berbeda tidak cukup dengan merusak tempat tinggal, rumah ibadah, sekolah, dan sebagainya, bahkan mencelakai sesama anak bangsa. Lebih tragis lagi, penyerangan massa terhadap jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, pada 6 Februari 2011 merenggut 3 nyawa.
Meskipun laporan tahunan monitoring kebebasan beragama dan berkeyakinan yang dilansir Setara Institute dan The Wahid Institute sejak 2007 sampai 2011 menunjukkan meningkatnya kekerasan atas nama agama, negara bukan malah tegas menindak para pelaku intoleransi, justru tampak makin tunduk terhadap pemaksaan-pemaksaan kehendak yang dilakukan kelompok-kelompok