Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Sineas Nia Dinata: Berpikiran kritis adalah bagian dari Pancasila

by Thowik SEJUK
28/06/2020
in Uncategorized
Reading Time: 3min read
Sineas Nia Dinata: Berpikiran kritis adalah bagian dari Pancasila

Nia Dinata (kiri bawah) dalam diskusi virtual dan peluncuran program Nahkoda Indonesia yang diinisiasi Generasi Literat (27/6)

Share on FacebookShare on Twitter

Sutradara perempuan Indonesia Nia Dinata mendorong kalangan milenial dan generasi Z untuk menghidupkan pemikiran kritis ketika mengidolakan selebritas. Hal tersebut Nia sampaikan dalam talkshow Berpancasila di Era New Normal yang digelar Generasi Literat pada Sabtu sore (27/6) melalui Zoom.

“Harus sensitif dan hati-hati pada siapapun idola kita, apa karya yang sudah dibuatnya?” kata perempuan berdarah Sunda dan Minang bernama lengkap Nia Iskandar Dinata.

Karena itu ia menyampaikan pesan agar anak-anak muda bisa membedakan apa yang ditampilkan para artis di layar kaca dan dalam film ataupun influencer di media sosial dengan kehidupan sehari-hari mereka yang apa adanya. Bagi Nia, sangatlah menentukan apakah artis yang didikuti yang duitnya banyak atau karena melihat bagaimana budi dan apa saja bakti atau capaiannya dalam berkontribusi menjadikan situasi masyarakat lebih baik.

Sutradara Ca Bau Kan dan Arisan! ini pun berbagi apa yang dilakukannya selama pandemi Covid-19. Sebagai insan perfilman Indonesia, Cine Space yang didirikannya memutar film-film bertema keberagaman dan toleransi seperti Kitorang Basudara dan film-film berkualitas karya anak negeri lainnya.

“Kami memutar yang mendapat nominasi di festival-festival film internasional tapi masyarakat kita tidak dapat nonton,” jelasnya sambil mengajak kalangan muda peserta diskusi untuk mengunjungi program @cine_space dan menonton pemutaran film-film dengan kandungan pesan atau nilai yang sesuai dengan falsafah bangsa, Pancasila.

Untuk itu dalam talkshow daring yang sekaligus peluncuran Program Nahkoda Indonesia: Berlayar Menceritakan Nilai-nilai Pancasila di 34 Provinsi di Indonesia #darirumah Nia Dinata mengingatkan bahwa pembajakan, download dan share film bukan perilaku terpuji. Ia juga mencemaskan Lembaga Sensor Film yang 10 tahun belakangan ini kerjanya sangat mundur, tidak ikut mendewasakan masyarakat untuk berpikir kritis.

“Berpikir kritis adalah bagian dari Pancasila,” tegas Nia kepada 68 milenial yang menjadi nahkoda dan nantinya akan “berlayar” (bercerita) setiap hari Sabtu dan Minggu, pukul 16.00-17.00 WIB, secara langsung di Instagram Generasi Literat (@generasiliterat).

Pendiri Generasi Literat yang sekaligus narasumber talkshow Milastri Muzakkar menjelaskan bahwa Program Nahkoda Indonesia ini berawal dari kegelisahan relawan muda yang tergabung dalam Generasi Literat saat menghadapi pandemi. Kegelisahan itu melahirkan dorongan mengajak masyarakat, khsusunya anak-anak muda, untuk tetap positif dan bersatu menghadapi pandemi.

“Nggak semua orang bisa menjadi tenaga medis. Kita juga punya keterbatasan untuk terus berdonasi harta-benda. Tapi kita semua, siapa pun itu, bisa mengajak semua orang untuk bangkit dan bersatu dengan cara merefleksikan, menceritakan dan mempraktikkan kembali kearifan lokal yang baik di setiap daerah di Indonesia,” jelas Mila.

Peluncuran program dihadiri Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Dr. Haryono, M.Pd dan tenaga ahli utama Kantor Staf Kepresidenan Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A. Keduanya memberi apresiasi dan mendukung lahirnya program Nahkoda Indonesia. Selain itu, pembacaan puisi dari Bara Pattiradja, salah satu penyair Indonesia dari Flores, Nusa Tenggara Timur, mengiringi peluncuran ini.

Bagaimanapun, lanjut Mila, Pancasila hadir sebagai jembatan atau benang merah dari realitas keberagaman bangsa ini.

“Nilai-nilai Pancasila ada dalam kearifan lokal yang terwujud pada agama, budaya, satra, batik dan lainnya,” papar penulis buku Guys, Indonesia Tuh Bineka, Loh.

Yuni Pulungan dari Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) ikut mendorong kalangan muda untuk memperbanyak perjumpaan dengan orang-orang yang berbeda dengan kita. Hal itu menjadi penting, menurutnya, agar generasi muda tidak mudah terseret dan begitu saja mempercayai kabar bohong dan disinformasi yang beredar di media massa maupun media sosial.

Maka, lanjut motor divisi kampanye SEJUK ini, saat pandemi bisa dimanfaatkan memperluas pertemanan dari berbagai identitas di media sosial sebagai cara untuk melawan misinformasi dan penghakiman kepada setiap yang berbeda yang makin menyudutkan kelompok-kelompok rentan di masyarakat.

Lantaran media sosial disebut juga sebagai media, Yuni pun mengajak para “nahkodawati” dan “nahkodawan” yang terlibat dalam program yang diinisiasi Generasi Literat ini untuk memanfaatkan media sosial dengan baik sebagai ruang-ruang memproduksi dan mengabarkan semangat toleransi dan prinsip-prinsip kemanusiaan berbasis hak asasi manusia.

“Sebelum produksi (konten), penting memperbaiki pola pikir terlebih dahulu,” tutur Yuni memastikan agar generasi muda tidak menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebencian ras, etnis, agama dan keberagaman gender dan seksual.

Pendiri Katalisator Muda Indonesia Randa Shandita ikut mendorong para nahkoda dari berbagai provinsi untuk memperbanyak cerita-cerita kearifan lokal daerahnya masing-masing yang menjunjung tinggi toleransi. Dengan cara seperti itu, Randa meneruskan, generasi muda bangsa ikut mengamalkan Pancasila yang di antaranya terkandung nilai toleransi dan mengangkat martabat dan hak asasi manusia.[]  

Tags: #BPIP#GenerasiLiterat#MilastriMuzakkar#NahkodaIndonesia#Pancasilsa#SEJUK#SitiRuhainiDzuhayatin#YuniPulungan
Previous Post

Beban Ganda Pekerja Migran: Melawan Virus dan Dituduh Sebagai Penyebar

Next Post

Unending Stigma against LGBTIQ during Covid-19 Period in Bandung

Thowik SEJUK

Thowik SEJUK

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Unending Stigma against LGBTIQ during Covid-19 Period in Bandung

Unending Stigma against LGBTIQ during Covid-19 Period in Bandung

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In