Senin, September 29, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Agama

Ahmadiyah Giat Menebar Cinta di Festival Media 2025

by Redaksi
20/09/2025
in Agama
Reading Time: 7min read
Ahmadiyah Giat Menebar Cinta di Festival Media 2025
Share on FacebookShare on Twitter

“Saya pernah memberitakan Ahmadiyah sebagai aliran sesat dan istri-istri Ahmadiyah adalah istri (milik) bersama. Tetapi ternyata informasi itu tidak benar,” kata NS, salah satu jurnalis perempuan dari Kendari dalam diskusiterbatas (FGD) di ajang Festival Media yang digelar di Benteng Rotterdam, Kota Makassar (13/9/2025).

NS menyampaikan “pengakuan dosa” berkaitan dengan pengalamannya sebagai jurnalis ketika memberitakan kasus penolakan Ahmadiyah di Konawe Selatan 15-an tahun yang lalu. Berangkat dari pengalaman pribadi inilah, NS mengajak jemaat Ahmadiyah untuk menjalin kerja sama dengan media-media di Sulawesi Tenggara.

Sebab, di Sulawesi Tenggara masih, imbuhnya, banyak informasi yang tidak benar (disinformasi) tentang Ahmadiyah. Sebagai bagian dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari, NS merasa penting agar AJI mengambil peran untuk mengedukasi dengan memberikan informasi yang utuh tentang Ahmmadiyah dan mengubah perspektif publik tentang Ahmadiyah agar lebih menghargai, tidak menstigma, dan tidak menghakiminya.

FGD “Membangun Pemberitaan yang Adil” dalam Festival Media 2025 AJI bekerja sama dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) diikuti oleh 30 lebih peserta dari kalangan jurnalis, pers mahasiswa, akademisi, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat, dan organisasi masyaarakat sipil lainnya.

Diskusi Media tentang 100 Tahun Kontribusi Muslim Ahmadiyah di Indonesia dalam Festival Media 2025 AJI

Jurnalis dari media berbagai daerah – bukan hanya dari Pulau Sulawesi, tetapi juga dari Sumatera, Jawa, Kalimantan – maupun media-media nasional, turut menyampaikan pandangannya agar media tidak terus memberitakan perbedaan keyakinan, termasuk muslim Ahmadiyah, dengan framing ataupun narasi yang provokatif yang dapat berdampak buruk bagi hak-hak warga Ahmadiyah.

Kolaborasi

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar diskusi tentang muslim Ahmadiyah. Sebagai organisasi keagamaan yang masih kerap dirundung diskriminasi dari pemerintah dan intoleransi dari sebagian umat Islam ini digelar dalam ajang Festival Media yang digelar AJI.

Dalam Festival Media 2025, muslim Ahmadiyah menjadi salah satu komunitas marginal yang terlibat memeriahkan agenda tahunan AJI. Festival Media yang kali ini diselenggarakan AJI Indonesia bekerja sama dengan AJI Makassar, sebagai tuan rumah, memberikan ruang bagi JAI menguatkan semangat kolaborasi dengan kalangan jurnalis dari berbagai wilayah di Indonesia.

Kesempatan ini dimanfaaatkan JAI untuk menggelar FGD dan pameran Al-Quran terjemahan Ahmadiyah. Kedua kegiatan JAI ini sekaligus rangkaian agenda Tasyakur “100 Tahun Ahmadiyah di Indonesia Memancarkan Islam Cinta Penuh Kedamaian” yang dapat langsung diakses secara langsung oleh kalangan jurnalis.

Ibrahim Arsyad mewakili AJI Kota Palembang menyoroti masyarakat bahkan jurnalis yang literasinya masih sangat rendah. Menurutnya, AJI menjadi wadah yang sangat membantu dirinya dan kalangan jurnalis lainnya untuk memahami dan ikut mengedukasi publik tentang pentingnya menghormati fakta keberagaman agama dan kelompok marginal lainnya.

“Jika jurnalis belum mengenal dengan baik kelompok atau organisasi keagamaan dan keyakinan, seperti Ahmadiyah, setidaknya tidak membuat berita yang memprovokasi,” ujar Ibrahim.

Para peserta dan narasumber FGD muslim Ahmadiyah dalam Festival Media 2025 AJI Indonesia-AJI Kota Makassar (13/9)

Cek Fakta Ahmadiyah

Sejatinya, berbagai langkah kolaborasi JAI dengan media terus dikuatkan untuk bersama membangun bangsa. Sebab, Ahmadiyah selama ini terbuka terhadap siapa saja, termasuk para peneliti, akademisi, dan kalangan jurnalis untuk bersama membangun negeri lewat aksi-aksi kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, dan semangat kerja sama antariman muslim Ahmadiyah. Banyak media sudah langsung mengunjungi markas JAI di Parung, Bogor.

Ahmadiyah, menurut Juru Bicara Jemaaat Ahmadiyah Indonesia Yendra Budiana, bahkan memberi kesempatan bagi media-media di Indonesia melakukan cek fakta ke pusat Ahmadiyah dunia di London.

“Yang sudah cek fakta liputan ke Ahmadiyah London adalah Pimred Tempo Setri Yasra, Pimred IDN Times Uni Lubis, Pimred Liputan 6 Elin Kristianti, Wapimred Tempo Yandrie, dan Wapimred IDN Times Umi Kulsum di Jalsah International UK, 2023 dan 2024,” jelas Yendra dalam FGD yang difasilitasi oleh Tantowi Anwari yang akrab disapa Thowik dari SEJUK.

Thowik ikut mengingatkan agar para jurnalis dalam memberitakan isu-isu kelompok marginal seperti Ahmadiyah agar tetap bersetia pada Kode Etik Jurnalistik dan bersandar pada Pedoman Pemberitaan Isu Keberagaman (PPIK) yang pada November 2022 lalu sudah disahkan Dewan Pers.

Karena itu, Juru Bicara JAI Yendra, Mubaligh Daerah Jemaat Ahmadiyah Sulawesi Selatan Muhammad Yaqub, dan ketua organisasi sayap perempuan Ahmadiyah, Lajnah Imaillah, Daerah Sulsel, Ardiana, menyambut baik ajakan kerja sama yang dilontarkan para jurnalis peserta FGD untuk menciptakan literasi media yang jauh lebih menjunjung tinggi kemanusiaan.

Bagaimanapun, muslim Ahmadiyah di 400 wilayah di Indonesia tidak pernah lelah menghidupkan semangat cinta dan kemanusiaan sejak sebelum Indonesia merdeka. Sayangnya, karya-karya kemanusiaan Ahmadiyah tenggelam oleh kebencian yang secara politis masih dihidupkan oleh mereka yang tidak pernah secara langsung mengetahui dengan pasti dan benar tentang Ahmadiyah.

Di sisi lain, upaya-upaya Ahmadiyah di tengah masyarakat dalam berkontribusi di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan isu sosial-keagamaan lainnya belum banyak diketahui publik dan pemerintah, meskipun masyarakat telah banyak mendapatakan manfaat dari kerja-kerja kemanusiaan Ahmadiyah.

Lajnah Imaillah Sulawesi Selatan dalam Pameran Al-Quran Terjemahan Muslim Ahmadiyah di Festival Media 2025 (12-14 September)

Fellowship Liputan Ahmadiyah

Dalam menggerakkan ruh “tasyakur” 100 Tahun Ahmadiyah di Indonesia Memancarkan Islam Cinta Penuh Kedamaian, muslim Ahmadiyah (JAI) bekerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai misi bersama membangun negeri. JAI berdialog dengan kalangan jurnalis, kalangan akademisi sekaligus tokoh agama Prof. Qasim Mathar (Guru Besar UIN Alauddin Makassar), pekerja HAM, dan organisasi masyarakat sipil yang bergerak dalam isu toleransi, Jalin Harmoni yang diwakili Christina Josefien Hutubessy untuk bersama mendorong media-media di Indonesia lebih banyak menyuarakan inisiatif-inisiatif demokrasi dari bawah yang disumbangkan oleh muslim Ahmadiyah.

Mereka adalah di antara para narasumber yang mempunyai kredibilitas dan kapasitas untuk menjadi sumber-sumber pemberitaan tentang Ahmadiyah. Selain juru bicara JAI, mubaligh Ahmadiyah daerah Sulsel, dan ketua Lajnah Imaillah Sulsel, para narasumber non-Ahmadi dalam FGD mengenal dan memahami prinsip dan praktik keagamaan maupun kehidupan muslim Ahmadiyah yang mempunyai motto Love For All Hatred For None.

“Tasyakur 100 tahun muslim Ahmadiyah di Indonesia akan terus mengajak kerja sama jangka panjang maupun jangka pendek dengan media, terutama yang di daerah-daerah. Karena itulah, kami memberi apresiasi atas upaya baik dari teman-teman media yang selama ini sudah memberitakan Ahmadiyah.”

“Untuk jangka pendek, Oktober sampai Desember 2025, JAI juga akan memberikan fellowship kepada media-media di daerah yang ingin mengangkat berbagai isu Ahmadiyah,” ungkap Yendra Budiana yang juga Sekretaris Pers JAI.

Yendra memaparkan, program fellowship liputan tentang Ahmadiyah akan diluncurkan pada 1 Oktober dan akan berjalan hingga Desember 2025.

FGD tentang muslim Ahmadiyah dalam Festival Media 2025 (13/9)

Pameran Ahmadiyah: Mengenal Ahmadiyah Langsung dari Sumbernya

Antusiasme kalangan jurnalis, para peserta Festival Media 2025, dan publik Makassar untuk mengetahui lebih dekat Ahmadiyah tampak dari meriahnya Pameran Al-Quran Terjemahan Ahmadiyah dan Kontribusi 100 Tahun Muslim Ahmadiyah di Indonesia. Pameran tersebut digelar Ahmadiyah dari 12-14 September 2025 sebagai bagian dari acara Festival Media 2025 AJI.

Muslim Ahmadiyah sudah lama menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Inggris, 1905 dan 1917. Setelah itu, mereka menerjemahkan Al-Quran ke berbagai bahasa lainnya.

“Kini Ahmadiyah sudah menerjemahkan Al-Quran ke 78 bahasa internasional. Ini belum termasuk terjemahan Al-Quran ke bahasa-bahasa lokal, misalnya Sunda,Jawa, dan Bali, di Indonesia,” ungkap Yendra.

Tentu saja, pameran ini menjadi cara untuk menunjukkan bahwa: tuduhan Tadzkirah kitab suci muslim Ahmadiyah adalah fitnah yang sangat mudah disangkal. Dalam pameran ini Amir Daerah Jemaat Ahmadiyah Sulawesi Selatan, Asyraf Ahmad M., mencatat banyak pengunjung pameran yang ingin melanjutkan perjumpaan awalnya dengan Ahmadiyah untuk berdiskusi tentang Ahmadiyah ke markas jemaat Ahmadiyah di Kota Makassar

Para pengunjung yang mendatangi stand Pameran Al-Quran Terjemahan Ahmadiyah dan Kontribusi 100 Tahun Muslim Ahmadiyah di Indonesia, menurut Asyraf mencapai hampir 1000-an.

“Berdasarkan daftar di buku tamu pameran, setidaknya 800-an orang mengunjungi pameran kami, belum lagi mereka yang tidak mengisi daftar hadir,” ungkap Asyraf seraya berterima kasih kepada AJI Makassar yang telah memberikan JAI kesempatan mengikuti Festival Media 2025.

Bagi Asyraf, kejujuran setiap orang dalam mempersepsikan Ahmadiyah akan tampak jika mereka mendengar dan mempelajari Ahmadiyah secara langsung dari sumbernya, bukan dari pihak-pihak yang membenci Ahmadiyah tanpa melakukan tabayyun (verifikasi dan konfirmasi) ke jemaat Ahmadiyah. Harapannya, lanjut Asyraf, semakin banyak publik di Sulawesi Selatan dan Indonesia secara umum bisa mengenal dan memahami Ahmadiyah secara langsung kepada jemaat Ahmadiyah.[Thowik SEJUK]

Previous Post

CLEAN THE CITY: Aksi Bersama Wujudkan Kota yang Bersih dan Damai

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ribuan Mangrove untuk Masa Depan: Seruan Darurat Lintas Iman

Ribuan Mangrove untuk Masa Depan: Seruan Darurat Lintas Iman

31/07/2025
Ahmadiyah

Global Peace Foundation Indonesia Gelar Peace! Project: Membangun Harmoni dalam Keberagaman

21/05/2025
Diskriminasi Beragama Kian Mencemaskan, Elemen Masyarakat Sipil Menggelar Konsolidasi Kebebasan Beragama di Provinsi Riau

Diskriminasi Beragama Kian Mencemaskan, Elemen Masyarakat Sipil Menggelar Konsolidasi Kebebasan Beragama di Provinsi Riau

17/11/2024
Masyarakat Adat, Pemimpin Agama, Akademisi, dan Media Bersama Atasi Perubahan Iklim

Masyarakat Adat, Pemimpin Agama, Akademisi, dan Media Bersama Atasi Perubahan Iklim

24/10/2024
Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara Menumbuhkan Sikap Toleransi Antarumat Beragama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • AJI Indonesia Peta Bahaya Kriminalisasi Jurnalis Pakai UU ITE dan KUHP ke Dewan Pers

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In