Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Kasus Sampang: pemerintah berpotensi lakukan kejahatan genosida

by Redaksi
31/08/2013
in Uncategorized
Reading Time: 3min read
Kasus Sampang: pemerintah berpotensi lakukan kejahatan genosida
Share on FacebookShare on Twitter

Laban Laisila, Kontributor ABC Australia.

 

Korban Syiah Sampang Madura.Pekan ini sudah lebih setahun seratusan warga Syiah terusir dari rumahnya di dusun Nang Kernang, Sampang, Madura setelah rumah mereka ludes dibakar oleh sekelompok orang. Sejumlah lembaga komisi negara mendesak pemerintah memberikan perlindungan dan mengembalikan mereka ke kampung halaman.

Empat lembaga itu yakni Komisi Nasional Perempuan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, LPSK. Keempatnya merilis laporan dan rekomendasi terkait pengikut Syiah Sampang.

Anggota tim dari Komisi Nasional Perempuan, Andi Yentriani menyebut pembiaran berlarut yang  dilakukan Pemerintah terhadap pengikut Syiah Sampang bisa mengarahkan dan berpotensi kepada kejahatan genosida.

“Melakukan pengusiran dan pemindahan penduduk secara paksa kepada kelompok Syiah Sampang, mengindikasikan dan juga berpotensi pada kejahatan genosida sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang pengadilan HAM,” tegas Yentriani.

Laporan itu sengaja dirilis genap setahun mereka terusir. Kini mereka direlokasi ke luar dari Madura dan menempati tempat pengungsian rumah susun yang disediakan oleh pemerintah di Kabupaten Sidoarjo.

Laporan keempat lembaga komisi negara itu menyatakan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak-anak menjadi bagian integral dalam konflik Sampang. Banyak anak warga  Syiah di pengungsian kehilangan tempat tinggal dan rasa aman, layanan pendidikan serta kesehatan

Tim juga berpendapat negara bertindak sangat pasif untuk memastikan pemenuhan hak warga Syiah dan malah memperkuat tensi konflik plus melanggar hak. Termasuk soal tindakan merelokasi warga Syiah yang dianggap bukan sebagai pemecahan masalah. Usulan lainnya adalah membentuk rekonsialiasi yang belum juga terwujud.

Sebelumnya para akademisi dari Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel memfasilitasi sebuah forum  membangun rekonsiliasi di Surabaya. Rekonsiliasi ini mendapat tanggapan positif dari warga Syiah yang juga sekaligus menginginkan perdamaian.

Juru Bicara Ahlul Bait Indonesia, Hertasning Ichlas mengatakan tujuan rekonsiliasi salah satunya adalah mengembalikan ratusan warga korban konflik penganut Syiah ke kampung halamannya di Sampang.

Namun demikian menurutnya masih ada sisa persoalan dari kelompok penentang kehadiran warga Syiah dengan juga menuding keterlibatan aparat yang memperlambat rekonsiliasi.

“Pemkab  dan polisi ini, justru jadi bagian inti yang perlu segera dikondisikan dalam upaya rekonsiliasi, karena jelas-jelas apa yang mereka lakukan itu bukan hanya memihak, tetapi memang mengobarkan kebencian dan kekerasan,” tuding Hertasning.

Sementara itu anggota tim rekonsiliasi, Samsul Anam menyampaikan saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengembalikan korban warga Syiah ke kampung halamannya karena masih ada penolakan dari sejumlah kelompok. Anam menginginkan arah rekonsiliasi tanpa membuka peluang konflik baru.

“Fokus kita rekonsiliasi yang lebih permanen. Kalau kita paksakan sekarang dan terjadi letupan atau kekerasan kembali terjadi maka itu akan menyulitkan kerja kita, karena itu baiknya posisi sekarang ini kami menyampaikan bahwa resistensi masih belum dapat diatasi,” harapnya.

Radio Australia dua bulan lalu mewawancarai korban kekerasan warga Syiah Sampang yang sengaja datang ke Jakarta. Mereka mengaku sebetulnya  warga di sana sudah bisa menerima pengikut Syiah.

Sewaktu masih berada di pengungsian di Sampang, sebagian warga laki-laki terkadang menengok lahan mereka di dusun Nang Kernang, namun tidak tampak ada penolakan.

162 pengikut Syiah di Karang Gayam terpaksa mengungsi setahun lalu karena tindak kekerasan dan pembakaran terhadap rumah mereka yang dilakukan oleh sekelompok orang.

Aksi kekerasan diduga dipicu oleh konflik keluarga yang berbeda paham sehingga merembet ke semua komunitas.

Sumber berita dari ABC Australia:

http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/radio/onairhighlights/kasus-sampang-pemerintah-berpotensi-lakukan-kejahatan-genosida/1183930

Previous Post

Jokowi stands by Christian subdistrict head

Next Post

Televisi dan Optimisme Kebebasan Beragama

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Televisi dan Optimisme Kebebasan Beragama

Televisi dan Optimisme Kebebasan Beragama

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In