Pekan lalu, SEJUK menyelenggarakan salah satu prorgam rutinnya yakni Workshop Pers Kampus. Melalui workshop ini SEJUK berinisiatif untuk menggerakkan media-media alternatif yang independen agar lebih nyaring menyuarakan isu kebebasan beragama dan berkeyakinan. Yang sekaligus membangun kapasitas jurnalis kampus dalam liputan isu-isu keberagaman yang berperspektif HAM, pluralisme dan keadilan gender.
Bertempat di Hotel Lotus-Bandung, 5-7 Juni lalu Workshop Pers Kampus ini mengambil tema “Memberitakan Isu Keberagaman”. Program ini dikerjasamakan dengan Aliansi Jurnalis Independen Bandung, Forum Komunikasi Pers Mahasiswa dan LPM Suaka UIN Bandung. Dengan narasumber Budhi Munawar-Rachman (Dosen STF Driyakara), Adi Marsiela (Ketua AJI BAndung), Choirul Anam (Direktur HRWG), Dr. Indraswari (Akademisi UNPAR Bandung) dan Ade Armando (PAkar Komunikasi UI).
Workshop ini dimulai pukul 13.00 Wib dengan sambutan dari Direktur SEJUK yang juga memberi pengenalan secara singkat tentang SEJUK dan Workshop ini. Dilanjut dengan perkenalan antar peserta dan kontrak belajar yang akan di patuhi selama workshop berlangsung. Sebelum memasuki materi pertama, fasilitator mengajak peserta untuk menyebutkan satu kata untuk Keberagaman. Dan menyampaikan harapan-harapan yang ingin mereka capai dalam workshop. Sesi ini dipandu oleh Tantowi Anwari selama lima menit untuk menggali ide-ide peserta.
Diikuti oleh 30 peserta dari berbagai kota diantaranya: Bandung, Jakarta, Semarang, Malang, Solo, Pati, Bengkulu, Palembang, Medan dan Surabaya. Pada workshop kali ini, kuota perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki.
Pada hari pertama peserta workshop ini akan dibekali materi-materi mengenai isu keberagaman dan teknik bagaimana menuliskan isu keberagaman. Terbagi kedalam tiga sesi, yang pertama adalah sesi materi tentang Kebebasan Beragama & Berkeyakinan oleh Dr. Budhi Munawar-Rachman. Dalam sesi ini narasumber menjelaskan mengenai pokok permasalah dari Kebebasan Beragama di Indonesia. Situasi yang sudah berlangsung dan memaparkan peran-peran Keberagaman untuk meredam permasalahan tersebut. Dari beberapa permasalahan yang disampaikan.
Berlanjut pada sesi kedua dengan Adi Marsiela dari Aji Bandung yang menyampaikan materinya tentang Menulis Isu Keberagaman. Sesi ini adalah pembekalan kepada peserta untuk praktek ke lapangan pada hari kedua. Meski sebelumnya para peserta sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai dasar-dasar penulisan jurnalistik, akan tetapi pada sesi ini peserta secara khusus diberi perspektif.
Menjelang malam, peserta mengikuti sesi ketiga Media dan HAM. Dalam sesi ini, Choirul Anam dari HRWG memaparkan peraturan-peraturan hukum yang sudah disepakati dalam UUD dan PBB. Ia memberikan gambaran realitas pada kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi selama ini di Asia, khususnya di Indonesia.
Memasuki hari kedua, masih ada dua materi yang akan diberikan kepada peserta. Dimulai pada pukul 07.30Wib para peserta dengan semangat berdiskusi aktif mengenai Media dan Perempuan. Materi ini disampaikan Dr. Idraswari sebagai salah satu akademisi di Universitas Parahyangan juga kolumnis di The Jakarta Post, menarik peserta khususnya perempuan. Dr. Indraswari memberikan contoh-contoh pemberitaan tentang perempuan di media massa, yang kerap kali dijadikan sebagai korban berkelanjutan. Misalnya, untuk kasus perkosaan.
Lalu, bagaimanakah menuliskan isu Keberagaman?
Pakar ilmu komunikasi dari UI, Ade Armando menyampaikan beberapa hal yang meski dilakukan oleh jurnalis ketika memberitakan isu Keberagaman. Menurutnya, belum banyak jurnali-jurnalis yang memberitakan isu keberagaman ini. Maka dari itu, para pers mahasiswa memiliki kesempatan yang besar untuk menulis isu tersebut pada media mereka maing-masing.
Setelah sesi materi selesai, peserta langsung dibagi menjadi tiga kelompok untuk melakukan peliputan ke lapangan. Yakni: Syiah, Ahmadiyah dan Gereja. Dimana, pemberitaan media mengenai isu ini kerap bias. Nantinya, peserta akan mewawancarai narasumber di lokasi yang sudah ditentukan oleh panitia. Kemudian, hasil dari peliputan dilapangan itu dibuat dalam sebuah feature jurnalistik. Masing-masing dari kelompok ini akan didampingi oleh para panitia di lapangan.
Menariknya, latar belakang peserta ini beragam. Salah seorang peserta dari Bali, memeluk Hindu dan memilih wilayah peliputan pada kelompok Syiah. Begitupun mereka yang Muslim, lebih banyak memilih Gereja sebagai tempat praktek menulisnya. Bahkan, mereka yang berkeyakinan Kristen begitu antusias ketika memilih Ahmadiyah, sebagai wilayah peliputannya.
Waktu yang diberikan kepada peserta untuk liputan ke lapangan dimulai pada pukul 14.00 s/d 18.00Wib. Pada sesi malam, peserta mendiskusikan hasil prakteknya dilapangan yang kemudian dibahas bersama sebelum menjadi sebuah tulisan. Saking semangatnya, beberapa peserta menghabiskan semalaman untuk menulis feature sembari mengobrol lebih akrab dengan para peserta lainnya.
Keesokan pagi, meski terlambat tiga puluh menit dari waktu yang dijadwalkan semula. Semua kelompok mempersentasikan hasil tulisan feature yang mereka kerjakan selama semalam. Karya feature mereka itu dikomentari oleh beberapa panitia. Tidak hanya itu, para peserta lainnya juga menanggapi tulisan peserta kelompok lain sehingga tulisan mendapatkan tanggapan yang beragam. [Malya]