Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Robohnya Demokrasi Jokowi

by Redaksi
16/04/2016
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Robohnya Demokrasi Jokowi
Share on FacebookShare on Twitter

PKI foto Editorial

 

Bahkan di usia lanjut sekalipun para korban 1965-1966 terus diteror aparat. Kehidupan sehari-hari diinteli.

Manakala ormas-ormas yang gemar aksi kekerasan seperti FPI mengintimidasi dan merampas hak-hak penyintas ’65 ataupun warga negara lainnya yang sedang berdiskusi, berekspresi dan memutar film seputar ide-ide kiri dan PKI, oleh aparat ormas semacam itu senantiasa difasilitasi.

Lalu, pemerintahan Jokowi menawarkan lagi rekonsiliasi. Tetapi, aksi-aksi anti-demokrasi aparatnya terhadap penyintas ’65 terus direstui.

Sekretaris International People’s Tribunal 1965 Reza Muharam mencatat selama era Jokowi sudah lebih dari 30 kali aksi teror dan pembubaran terhadap kegiatan yang terkait upaya-upaya pengungkapan kebenaran pembantaian 1965-1966, baik yang ditempuh para penyintas 65 maupun aktivis atau seniman pengusung hak asasi.

Mari kita saksikan bersama-sama model rekonsiliasi seperti apa yang tengah diwacanakan pemerintahan Jokowi. Yang prosesnya juga diselingi teror lagi.

Pada saat para penyintas 65 yang bernaung di bawah Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965-1966 (YPKP) berkumpul di Coolibah, Cianjur (14 April), dalam rangka menyiapkan posisi mereka untuk mengikuti Simposium Nasional “Membedah Tragedi 1965” di Hotel Aryaduta 18-19 April 2016 atas prakarsa Wantimpres dan Menkopolhukam, sekitar seribu massa yang di antaranya tergabung dalam FPI dan Pemuda Pancasila berdatangan. Anehnya, aparat membiarkan massa dari berbagai wilayah tumplek di Coolibah tanpa sedikitpun upaya untuk menghentikannya.

Alih-alih 500 aparat yang di antaranya banyak menenteng sejata dan juga mendatangkan barakuda menghalau kelompok-kelompok pengacau dan peneror atas nama agama, para penyintas 65 yang adalah tamu Wantimpres dan Menkopolhukam justru dipaksa bubar dan pergi dari tempat acara.

Akhirnya, sekitar 80 penyintas ‘65 yang usianya kisaran 70-an dari berbagai wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi yang diundang pemerintahan Jokowi untuk terlibat dalam Simposium Nasional terpaksa pergi malam itu juga dari hotel tempat mereka menginap di Coolibah berpindah tidur ke gedung YLBHI di ruangan terbuka dengan hanya beralaskan karpet dan kasur lantai.

Mungkinkah dengan fakta yang demikian pemerintahan Jokowi serius meninggikan demokrasi mendorong rekonsiliasi dengan mengungkapkan kebenaran dan proses yudisial agar korban dan keluarga korban ’65 kembali dipulihkan hak-haknya serta mendapatkan kebebasan yang bermartabat?

Secara prinsipil, meminjam konsepsi Henry B. Mayo, runtuhlah demokrasi ketika kesetaraan dan kebebasan politik para korban ’65 sebagai warga negara Indonesia masih dipasung pemimpin terpilih, Jokowi. Hingga kini!

Padahal, selain melalui prosedur pemilu, penyelenggaraan demokrasi mensyaratkan pula prinsip kesamaan dan jaminan kebebasan. Teror, ancaman dan pelarangan setiap gerak dan aktivitas para penyintas ’65 oleh aparat pemerintahan adalah pengingkaran terhadap ruh demokrasi. (Thowik SEJUK)

Tags: #KebebasanAgamaHeadlineIslam
Previous Post

Mengutuk Hukum Cambuk di Aceh yang Melawan UUD ’45

Next Post

Toleransi Memudar di Kota Pelajar

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
245 Kasus Intoleransi di Indonesia Dalam Setahun

Toleransi Memudar di Kota Pelajar

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In