Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Kongres Ulama Perempuan Indonesia Ruang Perjumpaan Kerja Keislaman, Keindonesiaan dan Kemanusiaan

by Thowik SEJUK
25/04/2017
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Kongres Ulama Perempuan Indonesia Ruang Perjumpaan Kerja Keislaman, Keindonesiaan dan Kemanusiaan
Share on FacebookShare on Twitter
Malam Pembukaan KUPI 2017 di Pesantren Kebon Jambu, Babakan, Cirebon Jawa Barat (25/4/2017)

 

 

Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) merupakan kulminasi cita-cita bersama dari berbagai pihak untuk menggelar perjumpaan ulama-ulama perempuan yang berasal dari berbagai ormas Islam, akademisi, dan pemimpin pesantren yang datang dari berbagai daerah.

Hal tersebut disampaikan Ketua Panitia Dr. Hj. Badriyah Fayumi, Lc., MA dalam sambutannya di malam pembukaan KUPI Selasa malam, 25 April 2017, di Pesantren Kebon Jambu, Babakan, Cirebon Jawa Barat.

“Kongres ini adalah perhelatan nasional pertama di Indonesia sekaligus yang pertama juga di dunia untuk di-follow-up dengan ruang-ruang perjumpaan untuk kerja-kerja keislaman, kebangsaan, keindonesiaan dan kemanusiaan” ungkap Badriyah.

Jadi KUPI yang digelar 25-27 April itu, sambung Badriyah yang merupakan Pemimpin Pesantren Mahasina di Bekasi dan pernah menjadi Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), merupakan konfirmasi atas dedikasi peran-peran para ulama perempuan yang selama ini dipinggirkan dan dilupakan sejarah.

Sebagai tuan rumah, pimpinan Pesantren Kebon Jambu Nyai Hj. Masriyah Amva tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada beberapa pendeta dan Ibu pimpinan Jemaat Ahmadiyah (JAI) Pusat, Aisiyah, Muhammadiyah dan sebagainya (seperti perempuan-perempuan perwakilan Muslimat, Alwashliyah, dan Mathlaul Anwar) yang menghadiri KUPI. Hal ini ia sampaikan sebagai cara, “Aku menghormati mahluk Allah. Sebab aku adalah cinta yang tanpa melihat latar belakang. Itulah pluralis,” ungkapnya.

Perbedaan, bagi Ibu Nyai pencipta puluhan karya sastra yang terdokumentasi di berbagai penerbitan ini, bukan untuk menyalahkan dan saling menghinakan, tetapi untuk saling menghormati. Menghormati perbedaan adalah kebutuhan manusia.

“Bagaimanapun perbedaan adalah realitas dan keniscayaan. Yang tidak bisa menghargai perbedaan adalah orang yang tidak cerdas,” pungkasnya.

Pembukaan KUPI 2017 pada sekitar pukul 22.00 ini dipercayakan kepada delapan perwakilan perempuan sebagai cermin keterwakilan lintas-generasi, pendidikan, ormas Islam, dan daerah –yang datang dari Papua, Sulawesi, Jawa sampai Aceh. Bentuk pembukaan tersebut merupakan perwujudan kongres yang tidak datang dari kepentingan politik kelompok ataupun partai tertentu, melainkan cita-cita bersama yang datang dari berbagai kalangan masyarakat sipil. Baru kemudian pemberian dukungan dari perwakilan-perwakilan ulama perempuan mancanegara, menyusul berikutnya pejabat Bupati Cirebon, Ibu Bupati Brebes, istri Gubernur Jawa Barat Netty Heryawan, serta pimpinan aparat kepolisian dan militer. (Rifah Zainani-SEJUK)

 

Tags: #BadriyahFayumi#KongresUlamaPerempuan#KongresUlamaPerempuanIndonesia#KUPI#KUPI2017#UlamaPerempuan
Previous Post

LBH Jakarta: Ahok tidak Terbukti Memenuhi Unsur-unsur Pasal Penodaan Agama

Next Post

Selamat untuk para peserta workshop pers mahasiswa SEJUK di Medan

Thowik SEJUK

Thowik SEJUK

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post

Selamat untuk para peserta workshop pers mahasiswa SEJUK di Medan

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In