Jumat, Juli 25, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Pancasila sebatas Slogan dan Derita Sunda Wiwitan

by Thowik SEJUK
19/09/2017
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Pancasila sebatas Slogan dan Derita Sunda Wiwitan
Share on FacebookShare on Twitter

 

Dunia pendidikan bagi komunitas penghayat agama lokal adalah persoalan yang tidak mudah. Sampai era terbukanya demokrasi, di wilayah pendidikan para penghayat tidak henti mengalami diskriminasi. Hal tersebut juga menimpa para penghayat Sunda Wiwitan yang baru saja merayakan puncak Seren Taun di Kuningan, Jawa Barat (14/9).

“Sekolah itu susah. Dari Sunda Wiwitan mengirim soal agama, tetapi di sekolahnya tidak dikasih ke anaknya. Atau anakanya mengerjakan pelajaran Sunda Wiwitan, di rapotnya selalu kosong,” protes salah seorang penghayat Sunda Wiwitan Lasmini (18) yang mengalami langsung praktik-praktik diskriminatif di ranah pendidikan.

Di hadapan para peserta Workshop Konsolidasi dan Kampanye Media Sosial untuk para Penyintas Jawa Barat yang digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerjasama dengan Solidaritas Korban Tindak Pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (Sobat KBB) di Bandung, 15-17 September 2017, Lasmini merasa sangat terganggu dan tersakiti karena apa yang diyakininya kerap mendapatkan “cap” dari kalangan penganut agama mayoritas dengan mengatakan dirinya kafir.

Celakanya, sebagai penganut aliran kepercayaan Sunda Wiwitan, ia yang  dalam workshop SEJUK ini hadir bersama salah satu rekannya – yang menentang keras atas keputusan Pengadilan Negeri Kuningan yang akan mengeksekusi tanah adat– berkisah bahwa ketika di sekolah Lasmini dan para siswa-siswi penghayat Sunda Wiwitan lainnya pun harus ikut pelajaran agama Islam yang prosesnya tidak gampang.

“Kalau mengerjakan Pendidikan Agama Islam selalu disusahkan,” ungkapnya sambil mengusap airmata dan sesenggukan menahan berat nafas di dadanya.

Selain dua peserta dari Sunda Wiwitan, workshop ini juga dihadiri perwakilan komunitas Ahmadiyah, Syiah, gereja, komunitas Sundawani, pemuda Ansor dan salah satu komunitas keyakinan yang tidak mau disebutkan. Mereka berasal dari berbagai wilayah Jawa Barat seperti Bandung, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Kuningan dan Cirebon.

Para peserta workshop kampanye medsos untuk penyintas (SEJUK – Sobat KBB 15-17) berkunjung ke Gereja Stasi St. Theodorus Kota Bandung

Bagi perwakilan jemaat Ahmadiyah Manislor, Kuningan, Lika Vulki (26), workshop ini selain menimba keterampilan membuat vlog dan dokumentasi sebagai kampanye dan advokasi, sekaligus untuk memantapkan keberanian dan kepercayaan pada pentingnya advokasi perjuangan atas tindak diskriminasi dan intoleransi.

Jika sebelumnya Lika pernah putus asa atas berbagai langkah yang ditempuhnya bersama rekan-rekan Ahmadiyah di Manislor, kini ia membuang perasaan itu jauh-jauh sebaliknya mendorong kepada peserta lainnya untuk konsolidasi bersama-sama bergerak dan saling menyokong perjuangan untuk mendapatkan hak-hak warga negara yang dilanggar negara hanya karena berbeda keyakinan.

“Pengalaman terakhir saya ikut menuntut diterbitkannya KTP elektronik oleh Disdukcapil Kuningan maupun Dirjen Dukcapil Jakarta, setiap kami melakukan aksi-aksi selalu ada respon dan perkembangannya,” tutur Lika meyakinkan peserta lainnya supaya perjuangan melawan intoleransi dan diskriminasi harus dilakukan dan secara bersama-sama.

Meski masih tidak paham juga dengan terus meningkatnya kasus-kasus intoleransi yang menimpa mereka, baik Lika maupun Lasmini, berharap sekali pemerintah bertanggung jawab menjalankan amanat konstitusi untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak segenap warga negara tanpa memandang latar belakang keyakinan, sebagaimana juga termaktub dalam prinsip dan ideologi dasar bernegara, yakni Pancasila.

“Katanya, Indonesa itu ada Pancasila. Katanya, Persatuan Indonesia. Keadilan sosial bagi seluruh warga Indonesia. Tapi di mana keadilan itu?” ujar Lasmini penuh tanya. [Thowik SEJUK]

Tags: #Ahmadiyah#AhmadiyahManislor#Diskriminasi#Intoleransi#SobatKBB#Sundawani#SundaWiwitanGerejaSyiah
Previous Post

Ini Saatnya Jakarta Dengar Suara Perempuan Papua

Next Post

Sudah Dikafirkan, Negara juga Menyingkirkan

Thowik SEJUK

Thowik SEJUK

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Sudah Dikafirkan, Negara juga Menyingkirkan

Sudah Dikafirkan, Negara juga Menyingkirkan

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In