Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Intoleransi disebut penyakit bahaya, para dokter harus ikut sembuhkan bangsa

by Redaksi
15/01/2018
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Intoleransi disebut penyakit bahaya, para dokter harus ikut sembuhkan bangsa
Share on FacebookShare on Twitter

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Mayjen Pol (Purn.) Drs. Sidarto Danusubroto S.H. menegaskan bahwa sektarianisme akut sedang menjangkiti bangsa ini. Karena itulah para dokter harus turun tangan menyelamatkan bangsa karena sektarianisme dan intoleransi beragama bukan hanya gejala sosiologis, melainkan gejala psikologis yang memerlukan penanganan tersendiri.

Ajakan Sidarto kepada para dokter di Indonesia tersebut disampaikannya dalam Diskusi Kebangsaan bertema Polotik dari Sudut Pandang Kedokteran yang digelar Dokter Bhinneka Tunggal Ika (DBTI) dan Forum Stovia di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, Minggu siang (14/1/2018). Keterlibatan para dokter dalam penyelamatan bangsa ini buat Sidarto sangat beralasan, mengingat gejala intoleransi dan diskriminasi sudah sampai ke para dokter.

“Disinyalir ada satu dua dokter yang menolak melayani pasien yang tidak seiman,” ungkapnya ketika membacakan pidato sebelum diskusi yang menghadirkan pakar neuroscience, psikiatri, dan filsafat kedokteran dimulai.

Kedokteran dalam sejarahnya, sambung Sidarto, tidak pernah menyentuh dunia politik. Kebenaran dalam dunia kedokteran 20 tahun yang lalu berbeda dengan kebenaran tahun ini. Begitupula dengan kebenaran 20 tahun mendatang. Jadi, aneh rasanya jika melihat dunia politik dari sisi kedokteran.

Namun begitu, penyakit sosial yang ada pada zaman ini mendorong konsentrasi dari berbagai pihak, termasuk dokter-dokter, untuk bersama-sama menyembuhkan persoalan ini. Luka sosial yang menurut Sidarto sudah cukup parah, merupakan dampak dari Pilkada DKI tahun lalu. Ia pun mengutarakan kecemasannya, bahwa saat ini ada penyakit yang lebih berbahaya, yakni intoleransi.

Bahkan, lanjutnya, akibat yang ditimbulkan intoleransi sudah sampai pada kondisi yang membahayakan kesehatan masyarakat. Sementara, lingkungan yang sakit akan membawa penyakit bagi manusia yang tinggal di dalamnya.

“Saat difteri sudah diumumkan sebagai keadaan luar biasa ada sekelompok orang yang berkampanye anti vaksinasi difteri berdasarkan alasan keagamaan,” ujar Sidarto.

Anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto dalam diskusi kebangsaan Dokter Bhinneka Tunggal Ika dan Forum Stovia di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta (14/1/2018)

Dunia sosial yang mulai sakit membawa pengaruh besar bagi biologi dan psikologi yang ikut sakit. Karena itu, Sidarto ingin mengembalikan warisan semangat kebangsaan dokter-dokter nasionalis di masa-masa revolusi kemerdekaan agar diteruskan dan diterjemahkan secara kontemporer oleh dokter-dokter nasionalis milenium baru di republik ini.

Ia pun mendorong para dokter nasionalis agar menemukan formula untuk mengatasi radikalisme dan intoleransi.

Acara diskusi ini disertai pembacaan Petisi Kebangsaan Dokter Bhineka Tunggal Ika. Petisi yang ditandatangani oleh 568 dokter dan dokter gigi Indonesia ini kemudian dititipkan kepada Mayjen Pol (Purn.) Drs. Sidarto Danusubroto S.H. untuk disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Dalam petisi ini Dokter Bhinneka Tunggal Ika kembali mengingatkan para dokter dan masyarakat Indonesia bahwa dunia kedokteran juga berperan dalam usaha menciptakan kesatuan dan kebhinekaan Indonesia.

Selain Sidarto dari Wantimpres, diskusi kebangsaan ini dihadiri pula Prof. DR. Dr. Daldyono, Dr. Ryu Hasan SpBS, dr. Dharmawan Purnama SPJ. PhD., dan Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M.Phil (Anggota DPR RI) dengan dipandu Dr. Mariya Mubarika dan Dr. Putu Moda Arjana.[]

 

Penulis: Felicia, Steffi dan Ladya

Penyunting: Thowik

Tags: #DBTI#Diskriminasi#DokterBhinnekaTunggalIka#ForumStovia#Intoleransi#SidartoDanusubroto#Wantimpres
Previous Post

Menatap HAM dan Kebebasan Beragama di Tahun Politik

Next Post

Seksualitas, Politik dan Gerakan Perempuan Islam Indonesia

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Seksualitas, Politik dan Gerakan Perempuan Islam Indonesia

Seksualitas, Politik dan Gerakan Perempuan Islam Indonesia

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In