Undangan
Workshop Pers Mahasiswa Meliput Keberagaman
“Jurnalisme Melawan Hoax SARA di Tahun-tahun Politik”
Bandung 2018
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) serentak akan digelar tahun ini di 171 titik. Penggunaan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) untuk kampanye atau menjatuhkan saingan sudah tampak di beberapa daerah. Hoax SARA, terutama di media sosial, pun sulit terhindarkan.
Hal tersebut sudah menjadi pola di setiap penyelenggaraan pesta demokrasi sejak Brexit (Inggris) yang disusul kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat serta menguat dan meningkatnya suara partai-partai sayap kanan yang mengumbar Islamofobia, kebencian terhadap imigran dan anti Uni-Eropa seperti di Belanda, Perancis dan Jerman.
Dalam konteks bangsa ini, Pilkada “brutal” DKI Jakarta yang menunggangi SARA berdampak pada polarisasi dan kebencian dengan nuansa permusuhan yang sampai berbentuk persekusi berbasis agama dan etnis. Saat bersamaan, wabah penyebaran hoax mengkonsolidasikan gerakan-gerakan anti-demokrasi dan perendahan hak asasi manusia (HAM), baik melalui media sosial maupun media mainstream.
Melalui teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih dan murah, wabah hoax di media sosial lekas mengubah wajah publik bangsa ini. Gairah kebencian, kecurigaan dan permusuhan terhadap perbedaan agama, etnis atau hal lainnya yang dianggap asing dan dituduh tidak sejalur dengan norma-norma konservatif (ortodoksi agama) bertebaran di media sosial. Revolusi teknologi informasi ini bukan malah menciptakan keterbukaan dan kedewasaan, sebaliknya kecenderungan ekslusif, fanatik, intoleran dan diskriminatif di kalangan masyarakat dan pemerintah Indonesia terus meningkat.
Sementara itu, tidak sedikit jurnalis maupun media massa masih gagap, sehingga menghindari (self-censorship) isu SARA atau memberitakannya dengan bias, menyudutkan kalangan minoritas. Minimnya kesadaran untuk membuat berita-berita yang berkesesuaian dengan Konstitusi, prinsip-prinsip HAM dan toleransi menjadi salah satu penyebab. Sehingga, hampir tidak banyak dampak pemberitaan dalam mengkonsolidasikan demokrasi yang berkeadilan bagi komunitas rentan.
Maka, harus ada inisiatif-inisiatif yang dapat merspon dengan baik dan produktif situasi di era post-truth ini melaui kerja-kerja jurnalistik yang lebih ramah terhadap keberagaman. Ikhtiar mengembangkan jurnalisme keberagaman yang merawat kebinekaan, memihak kelompok-kelompok rentan menjadi pilihan dalam menghidupkan semangat toleransi dan perdamaian.
Sebagai rangkaian perayaan 10 Tahun Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), kami bekerjasama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF), LPM Suaka UIN Sunan Gunung Djati dan Isolapos Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung mengundang rekan-rekan jurnalis kampus untuk terlibat aktif dalam Workshop Pers mahasiswa Meliput Keberagaman bertema Jurnalisme Melawan Hoax SARA di Tahun-tahun Politik. Kegiatan ini menjadi ruang bersama kalangan pers mahasiswa merespon situasi kebinekaan mutakhir dan bagaimana merumuskan strategi kampanye jurnalisme keberagaman melalui media kampus dan media sosial.
Workshop ini akan digelar pada 24 – 27 Februari 2018 di Bandung. Lokasi workshop akan diinformasikan langsung kepada peserta terpilih.
Cara mendaftar:
Bagi rekan-rekan jurnalis kampus yang ingin bergabung, sila mengirimkan ke daftar.sejuk@gmail.com:
- CV dengan menyertakan posisi atau jabatan saat ini di lembaga pers mahasiswa beserta nomer telpon;
- Tulisan bertema keberagaman (gender, agama/keyakinan, etnis, LGBT, dan isu-isu minoritas lainnya) yang sudah ataupun belum dipublikasikan;
- Pernyataan Lembaga Pers Mahasiswa yang memberikan jaminan bahwa, jika terpilih menjadi peserta, hasil praktik reportase dalam Workshop Meliput Keberagaman ini akan diterbitkan di medianya (ini bukan kewajiban, tetapi akan menjadi pertimbangan panitia seleksi).
Para pendaftar sebelumnya yang tidak lolos seleksi pada workshop SEJUK yang sudah lewat silakan mendaftar lagi.
Subject email ditulis: Workshop Persma-Bandung-(nama pengirim)-2018.
Persyaratan mengikuti workshop di Bandung ini paling akhir dikirim 15 Februari 2018. Para peserta terseleksi diumumkan 17 Februari 2018.
Akomodasi peserta ditanggung panitia. Panitia juga menanggung transportasi yang menggunakan tiket resmi kereta api dan bis. Namun begitu, kami sangat mengapresiasi apabila peserta berkontribusi mengusahakan biaya transportasi sendiri, baik bersumber dari kampus ataupun lainnya. Tiket pesawat menjadi kontribusi peserta yang diupayakan kepada kampusnya masing-masing.
Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 22 Januari 2018
Hormat kami,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK
**Untuk informasi lebih lanjut hubungi Rifa: 085719461141