Workshop Jurnalis Meliput Isu Keberagaman SEJUK-AJI Makassar-Norwegian Embassy di Malino, Gowa, Sulawesi Utara (25/3/2018)
Editor Bisnis Indonesia Ratna Aryanti mendorong para jurnalis agar dalam memberitakan isu-isu perempuan diarahkan untuk tujuan memberdayakan. Hal tersebut disampaikannya dalam Workshop Jurnalis Meliput Isu Keberagaman di Tahun-tahun Politik yang digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar dan Norwegian Embassy di Malino, Gowa, Sulawesi Selatan (24/3/2018).
Perempuan di Media merupakan salah satu tema dalam workshop yang diikuti 25 jurnalis dari seputar Sulawesi Selatan, baik yang bekerja di media lokal maupun nasional. Tema yang dibawakan pengurus AJI Indonesia yang sekaligus dosen di Universitas Multimedia Nusantara dan Universitas Paramadina Jakarta ini menyoroti fakta-fakta ketidakadilan yang banyak menimpa kalangan perempuan.
“Ketika memberitakan, jurnalis harus menggunakan perspektif korban,” paparnya.
Pada saat menunjukkan contoh-contoh pemberitaan isu perempuan, baik dalam wilayah politik (publik) maupun domestik, yang dia anggap keliru, bermunculan respon dari peserta. Ratna pun memberikan ruang yang lebih luang terhadap para peserta untuk menyampaikan pandangan kritisnya masing-masing atas bertebarnya diksi “cantik” di berbagai pemberitaan. Demikianpun ia libatkan peserta “menguliti” bersama diksi-diksi bias gender lainnya yang bahkan sudah dipasang banyak media sejak pembuatan judul berita.
Reporter I News TV Icci Nurul Ulfa turut berbagi keprihatinannya atas banyaknya pemberitaan tentang kekerasan terhadap perempuan yang menurutnya justru menjadikan perempuan sebagai korban yang kembali dikorbankan.
“Perempuan menjadi double victim dalam pemberitaan. Pada kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan mestinya jurnalis merahasiakan identitas korban. Identitas korban memang kerap tidak ditampilkan, tetapi nama keluarga atau alamat rumahnya dicantumkan,” protesnya.
Sebelum Ratna Aryanti menyampaikan materi problem dan tantangan pemberitaan perempuan di media, di hari pertama narasumber workshop lainnya sudah lebih dahulu memberikan prinsip kebebasan beragama dan berkeyakinan yang dibawakan peneliti Saiful Mujani Research & Consulting Saidiman Ahmad serta kebebasan beragama dalam perspektif HAM yang diampu Manajer HAM ASEAN Human Rights Working Groups (HRWG) Daniel Awigra. Sedangkan hari kedua (Minggu 25/3) Sekretaris Jenderal AJI Indonesia periode 2014-2017 Arfi Bambani yang selama ini kerap bersama SEJUK mengkampanyekan jurnalisme yang merawat keberagaman dan membela yang terpinggirkan serta ikut merumuskan panduan pemberitaan “Jurnalisme Keberagaman” membawakan materi Jurnalisme Keberagaman Mengawal Tahun Politik.
Selain jurnalis diajak menghapus bentuk-bentuk stereotipi, pada ujung diskusi Ratna juga memberi penekanan sekaligus dorongan terhadap strategisnya peran jurnalis dan besarnya pengaruh pemberitaan bagi perubahan masyarakat beserta sistem budaya, sosial dan politik yang selama ini tidak adil gender.
“The power is you,” demikian ditegaskan Ratna tentang betapa pentingnya profesi jurnalis dan oleh karena itu harus mulai memproduksi berita-berita yang dapat memberdayakan kelompok-kelompok rentan, terutama perempuan.
Baginya, adalah kemestian untuk sensitif gender ketika jurnalis membuat berita. Sebab, ini menjadi tanggung jawab para jurnalis agar terlibat dalam menghentikan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan lewat pemberitaan, terutama terkait berbagai bentuk pelecehan, eksploitasi dan kekerasan yang terjadi di ranah privat (domestik) yang menurut hasil laporan tahunan Komnas Perempuan yang dirilis 2018 ini mengalami peningkatan selama sepuluh tahun terakhir.[]