Anak-anak lintas-agama peserta Peace Trip berkunjung di masjid
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tidak hanya dilimpahi dengan kekayaan alam dan budaya, tetapi juga agama beserta seluruh nilai-nilai luhur yang ada dalam masing-masing ajarannya.
Sayangnya, kecurigaan dan ketakutan berlebihan terhadap perbedaan telah menyekat sebagian masyarakat kita untuk bergandeng tangan membangun negeri asri ini dengan segala kekuatan yang ada di dalamnya.
Berangkat dari fakta di atas, terlebih dengan semakin maraknya penyebaran narasi kebencian dan permusuhan, Jaringan Narasi Damai Nusantara (NDN) bekerjasama dengan Laskar Bersenyum Temanggung menggelar sebuah program yang ditujukan untuk mengenalkan keberagamaan.
Program yang dikemas dalam bentuk jalan-jalan damai (peace trip) dengan mengunjungi tempat-tempt ibadah agama-agama ini menyasar anak-anak usia dini yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sekjen NDN, Khoirul Anam menyebut program yang baru pertama kali dilakukan ini dimaksudkan untuk mengajak anak-anak mengenali sekaligus mengalami indahnya perbedaan.
“Anak-anak harus tahu bahwa tidak ada agama yang mengajarkan permusuhan, meski memiliki perbedaan dalam beberapa hal, namun secara garis besar semua agama mengajarkan kebaikan,” harapnya.
Peace Trip angkatan pertama yang digelar pada Sabtu (7/4) ini diikuti oleh 50 anak dari berbagai SD di Temanggung, Jawa Tengah. Para peserta berasal dari latar belakang agama yang berbeda, antara lain Islam, Kristen, Katholik dan Budha.
Sementara itu, Ketua Laskar Bersenyum, Mokhamad Taftazani mengatakan program ini penting untuk dilakukan. Menurutnya, toleransi harus ditanamkan sejak dini. “Anak-anak adalah masa depan kita semua, karenanya mereka perlu dibekali dengan pengetahuan yang baik sedini mungkin,” jelasnya.
Mensyukuri Keberagamaan
Perjalanan dimulai tepat pukul 8 pagi dengan menjadikan Klenteng Cahaya Sakti sebagai lokasi tujuan yang pertama. Di Klenteng ini, peserta PeaceTrip disambut langsung oleh Umat Konghucu yang mengaku sangat senang dengan kunjungan ini. Kepada anak-anak, perwakilan dari Klenteng, Edwin Nugraha Prasida menjelaskan bahwa agama mereka menekankan pentingnya merawat kelestarian alam beserta seluruh isinya.
“Karenanya, kita semua harus selalu berbuat baik, bukan saja kepada sesama manusia, tetapi juga kepada semua makhluk yang ada di alam ini, seperti binatang dan tumbuhan,” tutur Edwin Nugraha.
Anak-anak peserta PeaceTrip tampak sangat antusias di sesi ini, terlebih mereka dibebaskan untuk menjelajah seluruh isi Klenten yang telah berdiri sejak 1890 ini. Tepat pada pukul 9.00 WIB, perjalanan dilanjutkan menuju Gereja Kristen Indonesia (GKI) Temanggung. Pendeta dan jemaat gereja yang terletak di tengah kota ini juga telah menunggu kehadiran anak-anak.
Di dalam gereja, Pendeta Darmanto Lemanuel menjelaskan beberapa ajaran dasar Kristen, termasuk upacara suci dan hari besar. Demikian pula yang dilakukan oleh umat Budha di Vihara Surya Putra di Kaloran, Temanggung. Tak hanya umat Budha yang hadir, perangkat desa pun turut menyambut kehadiran peserta program ini sambil berpesan agar anak-anak dapat saling belajar dan melengkapi.
Di Vihara ini, beberapa peserta yang beragama Budha sempat melakukan doa bersama. Hal ini tentu menjadi pemandangan dan pembelajaran yang menarik bagi para peserta yang lain. Merekapun lantas terlibat diskusi di antara sesamanya. Tempat ibadah yang menjadi tujuan berikutnya adalah Masjid bersejarah Menggoro di Tembarak. Beberapa peserta yang mengaku belum pernah masuk ke masjid sebelumnya mengaku senang dapat masuk dan turut mendengarkan lantunan Adzan Duhur.
Beberapa peserta yang beragama Islam lantas melakukan sholat jamaah untuk kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang Islam dan makan siang.
Rute terakhir perjalanan kali ini adalah Gereja Katholik Santo Paulus. Kedatangan peserta Peace Trip disambut langsung oleh Romo Ibnu Fajar Muhammad, MSF yang sangat antusias menyambut anak-anak. Romo menjelaskan pesan-pesan perdamaian yang dibawa oleh Katholik.
Program diakhiri dengan permainan damai Negeri Kompak yang dilakukan di komplek gereja.
Peace Trip harus Berlanjut
Program ini ternyata mendapat respon positif dari masyarakat. Orang tua peserta program ini mengatakan sangat bersyukur anaknya bisa terlibat dalam program yang disebutnya sangat baik ini. Utami misalnya, orang tua dari Damma Santitiko, mengatakan sangat bangga anaknya telah mengenal agama lain.
“Ini adalah kegiatan yang sangat baik dan saya sangat bangga anak saya dapat mengikutinya, semoga berlanjut,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Nella yang mengaku lebih suka mengajarkan toleransi dengan cara yang fun seperti ini. “Saya lebih suka mengenalkan keberagaman kepada anak melalui kegiatan seperti ini. Jadi dia (anaknya) bisa merasakan langsung dan bukan hanya mendengar dari ibunya.”
Antusiasme masyarakat juga sangat tinggi, ini dibuktikan dengan banyaknya calon peserta yang mendaftar. “Tapi panitia sudah sepakat membatasi maksimal peserta berjumlah 50. Semoga nanti akan ada Peace Trip yang kedua, sehingga akan ada banyak kesempatan untuk anak-anak yang lain mengalami keberagaman,” tutur Diane, pengurus Gusdurian Temanggung yang juga terlibat di program ini.
Sehari sebelumnya, apresiasi dan dukungan juga diberikan oleh PJS. Bupati Temanggung, Sudarmanto yang menyebut program ini penting untuk dilakukan, demi masa depan yang lebih baik.
Dukungan juga diberikan pemerintah kabupaten dengan menyediakan bis untuk transportasi peserta menuju tempat-tempat ibadah yang telah ditentukan.
Atas kesuksesan gelaran ini, Jaringan Narasi Damai Nusantara yang digawangi antaranya oleh ICRP, Elex Media, Ganapati, Laskar Bersenyum, Ehipasiko, Forum Bhinneka Nusantara Mandiri, demokrasi.id, Kaf-kaf, SEJUK, SAFEnet, Sekodi, dll, berencana akan menggelar lebih banyak program di Temanggung dan wilayah sekitar. Event terdekat yang akan segera dilakukan adalah Peace Train Indonesia 5.[]