Kartini Sjahrir (kiri) dan Anindita Sitepu (kanan) memperkenalkan Ngobrolin Indonesia
Memperingati Hari Kartini masyarakat lintas generasi menginisiasi ruang diskusi bernama “Ngobrolin Indonesia.” Sebuah ruang alternatif yang melibatkan anak-anak muda yang memiliki kepedulian terhadap isu kebinekaan.
Salah satu inisiator Ngobrolin Indonesia Anindita Sitepu menjelaskan bahwa inisiatif ini dibangun untuk mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk ambil bagian dalam mengisi ruang dialog kebinekaan agar nilai-nilainya mampu diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
“Tim Ngobrolin Indonesia percaya bahwa keterpaparan dan ruang dialog menjadi pintu masuk untuk bisa saling memahami,” kata perempuan yang akrab disapa Nindi ketika menjelaskan alasan dan tujuan dibentuknya Ngobrolin Indonesia Sabtu sore (21/4) di Atterine Jakarta.
Berbagai isu kebinekaan didiskusikan dengan menghadirkan para ahli dan pegiatnya. Dari mulai bagaimana belajar menghargai ragam mahluk hidup di alam semesta (yang mana manusia hanya menjadi salah satu jenisnya), keragaman makanan Indonesia yang mencapai 15.000, tantangan disabilitas, keberagaman gender, sampai isu LGBT dibahas dengan satu semangat untuk mengajak publik merayakan kebinekaan yang menjadi jatidiri Indonesia.
Indonesia Tahun 2030
Ngobrolin Indonesia merupakan ruang-ruang dialog keberagaman yang akan digelar secara rutin bukan hanya di Jakarta. Pada pertemuan awal ini Nindi dan kawan-kawan Tim Ngobrolin Indonesia menyuguhkan tema besar diskusi “Indonesia di Tahun 2030”.
“Tahun 2030 merupakan tenggat waktu untuk Sustainable Development Goals, agenda pembangunan yang sudah disepakati secara global, termasuk oleh Indonesia. Secara esensial, tujuan dari dirumuskannya agenda ini adalah untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan. “Leave no one behind”, yang artinya, tidak ada satu golongan, suku, ras pun yang boleh didiskriminasi atau tidak mendapatkan haknya terhadap pembangunan yang setara” tambah Anindita.
Pada kesempatan ini, Dr. Nurmala Kartini Sjahrir mewakili Perempuan Peduli Kebinekaan dan Keadilan (PPKK) di hadapan seratusan pengunjung memperkenalkan ke publik pentingnya kehadiran Ngobrolin Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang semakin intoleran.
“Peran generasi muda sangat vital untuk menciptakan ruang dialog serta mengajak teman-teman mereka untuk terlibat aktif di dalamnya,” ujar doktor antropologi yang saat ini menjadi perwakilan Indonesia untuk Dewan Penasihat ASEAN Institute for Peace and Reconciliation.
Tim Ngobrolin Indonesia
Baginya, penting sekali perspektif lintas generasi, sektor, gender, kelamin, ras dan agama yang bukan saja saling memperkaya jika dipertemukan dalam sebuah ruang, tetapi juga akan saling menguatkan pemahaman isu kebinekaan dan keadilan. Karena itu, sambung Kartini Sjahrir, Ngobrolin Indonesia sejalan dengan PPKK dalam meruwat identitas bangsa kita, yakni kebinekaan, supaya dapat menggugah silent majority.
Sementara, Henny Supolo dari Yayasan Cahaya Guru ikut mendorong peserta diskusi Ngobrolin Indonesia agar menajamkan keterampilan untuk mendengarkan suara dari yang berbeda.
“Jika kita terlalu banyak bicara, maka sulit untuk bisa mendengarkan suara-suara yang berbeda yang ada di sekitar kita,” tegasnya dengan harapan keberagaman semakin mendapatkan tempat di kalangan anak muda. [Thowik SEJUK]