Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Indonesia 2030 pun Dibincang Lintas Generasi demi Teguhkan Toleransi

by Redaksi
21/04/2018
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Indonesia 2030 pun Dibincang Lintas Generasi demi Teguhkan Toleransi
Share on FacebookShare on Twitter

Kartini Sjahrir (kiri) dan Anindita Sitepu (kanan) memperkenalkan Ngobrolin Indonesia

Memperingati Hari Kartini masyarakat lintas generasi menginisiasi ruang diskusi bernama “Ngobrolin Indonesia.” Sebuah ruang alternatif yang melibatkan anak-anak muda yang memiliki kepedulian terhadap isu kebinekaan.

Salah satu inisiator Ngobrolin Indonesia Anindita Sitepu menjelaskan bahwa inisiatif ini dibangun untuk mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk ambil bagian dalam mengisi ruang dialog kebinekaan agar nilai-nilainya mampu diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

“Tim Ngobrolin Indonesia percaya bahwa keterpaparan dan ruang dialog menjadi pintu masuk untuk bisa saling memahami,” kata perempuan yang akrab disapa Nindi ketika menjelaskan alasan dan tujuan dibentuknya Ngobrolin Indonesia Sabtu sore (21/4) di Atterine Jakarta.

Berbagai isu kebinekaan didiskusikan dengan menghadirkan para ahli dan pegiatnya. Dari mulai bagaimana belajar menghargai ragam mahluk hidup di alam semesta (yang mana manusia hanya menjadi salah satu jenisnya), keragaman makanan Indonesia yang mencapai 15.000, tantangan disabilitas, keberagaman gender, sampai isu LGBT dibahas dengan satu semangat untuk mengajak publik merayakan kebinekaan yang menjadi jatidiri Indonesia.

Indonesia Tahun 2030

Ngobrolin Indonesia merupakan ruang-ruang dialog keberagaman yang akan digelar secara rutin bukan hanya di Jakarta. Pada pertemuan awal ini Nindi dan kawan-kawan Tim Ngobrolin Indonesia menyuguhkan tema besar diskusi “Indonesia di Tahun 2030”.

“Tahun 2030 merupakan tenggat waktu untuk Sustainable Development Goals, agenda pembangunan yang sudah disepakati secara global, termasuk oleh Indonesia. Secara esensial, tujuan dari dirumuskannya agenda ini adalah untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan. “Leave no one behind”, yang artinya, tidak ada satu golongan, suku, ras pun yang boleh didiskriminasi atau tidak mendapatkan haknya terhadap pembangunan yang setara” tambah Anindita.

Pada kesempatan ini, Dr. Nurmala Kartini Sjahrir mewakili Perempuan Peduli Kebinekaan dan Keadilan (PPKK) di hadapan seratusan pengunjung memperkenalkan ke publik pentingnya kehadiran Ngobrolin Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang semakin intoleran.

“Peran generasi muda sangat vital untuk menciptakan ruang dialog serta mengajak teman-teman mereka untuk terlibat aktif di dalamnya,” ujar doktor antropologi yang saat ini menjadi perwakilan Indonesia untuk Dewan Penasihat ASEAN Institute for Peace and Reconciliation.

Tim Ngobrolin Indonesia

Baginya, penting sekali perspektif lintas generasi, sektor, gender, kelamin, ras dan agama yang bukan saja saling memperkaya jika dipertemukan dalam sebuah ruang, tetapi juga akan saling menguatkan pemahaman isu kebinekaan dan keadilan. Karena itu, sambung Kartini Sjahrir, Ngobrolin Indonesia sejalan dengan PPKK dalam meruwat identitas bangsa kita, yakni kebinekaan, supaya dapat menggugah silent majority.

Sementara, Henny Supolo dari Yayasan Cahaya Guru ikut mendorong peserta diskusi Ngobrolin Indonesia agar menajamkan keterampilan untuk mendengarkan suara dari yang berbeda.

“Jika kita terlalu banyak bicara, maka sulit untuk bisa mendengarkan suara-suara yang berbeda yang ada di sekitar kita,” tegasnya dengan harapan keberagaman semakin mendapatkan tempat di kalangan anak muda. [Thowik SEJUK]

Tags: #HariKartini#Kebinekaan#NgobrolinIndonesiaKeberagaman
Previous Post

Aksi Kartini Hari ini: Cegah dan Akhiri Perkawinan Anak

Next Post

LGBT dan Kesetaraan Gender bukan dari Barat, tetapi Tumbuh dalam Budaya Nusantara

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
LGBT dan Kesetaraan Gender bukan dari Barat, tetapi Tumbuh dalam Budaya Nusantara

LGBT dan Kesetaraan Gender bukan dari Barat, tetapi Tumbuh dalam Budaya Nusantara

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In