Festival Literasi Keindonesiaan di Vihara Puri Kembangan, Jakarta Barat (9/6/2018)
Anak adalah generasi bangsa. Mereka harus diajak untuk lebih berpikir terbuka dan toleran terhadap perbedaan, serta memahami bahwa keberagaman adalah hal yang alami di dunia. Karena itu, perlu banyak ruang perjumpaan antara mereka yang berbeda latar belakang.
Demikian pendiri Generasi Literat Milastri Muzakkar sampaikan ketika memaparkan tujuan digelarnya Festival Literate Keindonesiaan di Pusat Pendidikan Agama Budha Prasadha Jinarakkhita, Vihara Puri Kembangan Jakarta Barat (9/06/2018).
Acara yang diikuti oleh 50 remaja perwakilan Budha, Kristen, Ahmadiyah, serta remaja muslim lainnya ini diisi dengan berbagai kegiatan berupa dongeng toleransi, wisata kecil bekeliling vihara, bermain angklung, serta fun games seperti memainkan kartu Pancasila dan Ular Tangga Nusantara puzzle keindonesiaan.
Festival Literasi Keindonesiaan ini didominasi busana merah putih. Banyak dari mereka dari generasi milenial. Melalui kegiatan ini, sambung perempuan yang akrab disapa Mila, diharapkan terbangun perjumpaan di kalangan remaja lintas-iman dan lintas-generasi agar saling mengenal dan duduk bersama, serta mensyukuri indahnya keberagaman.
“Keberagaman mempersatukan kita walaupun kita berbeda agama dalam Bhinneka Tunggal Ika. Ketika kita pergi ke suatu tempat, maka kita akan punya teman karena keberagaman,” tutur Maria Natalia perwakilan remaja Kristen dari Yayasan Kasih Mandiri Bersinar.
Dari festival yang memberikan kesempatan para peserta muda untuk memainkan jenis-jenis musik beberapa daerah ini, remaja dari jemaat Ahmadiyah Indonesia Akifah Nahdi Said (14) merefleksikan keberagaman sebagai suatu bentuk persatuan, gotong-royong, saling menghargai dan cinta toleransi.
Ia juga terkesan sekali mengikuti pergumulan lintas-iman tanpa membuatnya khawatir terkikis atau rusak keyakinannya.
“Senang bisa ketemu dengan teman-teman dari berbagai agama, mengetahui bagaimana cara-cara (beribadah) agama-agama yang lain,” ujar Akifah.
Sementara, perwakilan remaja muslim lainnya, Aldo, menyampaikan perasaan yang hampir sama bisa berkumpul dengan remaja-remaja lintas-iman dari ragam generasi.
“Ini adalah momen yang baik untuk berefleksi bahwa agama mengajarkan kita untuk saling mengasihi sesama umat manusia dan bertoleransi pada semua perbedaan yang ada,” Mila menutup paparan kegiatan Festival Literasi Keindonesiaan yang merupakan kerjasama dengan Jelajah Buku, Komunitas Rumah Dongeng Pelangi dan Vihara Prasadha Jinarakkhita. [Rifah Zainani]