Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Hari Anak Nasional: Jangan Diskriminasi Anak Panti

by Thowik SEJUK
22/07/2018
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Hari Anak Nasional: Jangan Diskriminasi Anak Panti
Share on FacebookShare on Twitter

Suasana latihan anak-anak panti untuk tampil dalam Munas I Fornas LKSA-PSAA untuk penetapan Hari Anak Yatim yang akan digelar di Bandung

BANDUNG-Sehari menjelang Hari Anak Nasional, Sherly (16) perempuan kecil dari panti Nurul Ihsan, Cijerah, Bandung Kulon, berlatih menyanyikan lagu Ya Maulana yang dipopulerkan Sabyan. Ia bersama teman-teman satu panti mengikuti “gladi resik” untuk berpartisipasi dalam gelaran Musyawarah Nasional (Munas) untuk merumuskan perjuangan penetapan Hari Anak Yatim yang akan dideklarasikan 26 Juli di Hotel Grand Asrilia Bandung.

Seolah mewakili nasib rekan-rekannya di panti, Sherly menuturkan bahwa selain berpartisipasi di kegiatan Munas, ia dan rekan-rekannya ingin menunjukkan bakatnya masing-masing bahwa anak-anak panti sosial juga bisa dan sama dengan anak-anak lainnya yang di luar panti. Karena itu, ia berharap semoga pemerintah dan masyarakat lebih memberikan perhatian lagi terhadap anak-anak panti sosial yang menurutnya mendapat perlakuan diskriminatif.

“Kami meminta agar disamakan, tidak dibeda-bedakan. Jika anak-anak di luar panti bisa sekolah tinggi, kami juga punya keinginan yang sama,” pinta Sherly yang tampak emosional seolah “jeritannya” ini bisa didengar pemerintah dan masyarakat agar benar-benar mau memperhatikan anak-anak panti sosial.

Di aula panti Taman Harapan Muhammadiyah Bandung, dari pagi sampai siang tadi (22/7/2018) anak-anak bergiliran menampilkan kebolehannya masing-masing untuk menyukseskan acara Musyawarah Nasional Forum Nasional Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak – Panti SosialAsuhan Anak (Fornas LKSA-PSAA) 24 – 27 Juli 2018.

Ada seorang anak down syndrome yang menari tarian Topeng, anak etnis Tionghoa yang memeragakan Wushu, dan banyak lagi anak-anak dari berbagai panti sosial di Bandung yang bergantian menampilkan keahliannya memainkan angklung maupun rebana.

Kepala Panti Taman Harapan Asep Koswara juga menaruh harapan agar acara Munas pertama Fornas LKSA-PSAA nanti dapat menjadi ruang bersama yang mampu menggugah perhatian semua unsur, baik pemerintah maupun masyarakat, agar anak-anak panti bernasib sama dengan anak-anak Indonesia lainnya.

Bagi Asep, Munas ini digelar untuk mencari jalan bersama antara pihak-pihak yang aktif di panti dengan pemerintah dan para pemerhati isu anak agar ada solusi terhadap sekitar 250.000 lebih generasi bangsa ini yang hidup di panti-panti sosial yang hanya mengandalkan bantuan dari para tamu dan donatur.

“Anak-anak panti sama seperti anak di luar panti yang bisa sekolah tinggi. Tetapi, jumlah anak-anak panti yang bisa kuliah tidak banyak karena mengandalkan beasiswa dari masing-masing kampus maupun donatur,” kata Asep yang sudah mengabdi di panti sejak 1995.

Tags: #DownSyndrome#HAN#HariAnakNasional#LembagaKesejahteraanSosialAnak#MunasFornasLKSAPSAA#PantiSosial
Previous Post

Perihal Seksualitas, Masyarakat Indonesia sangat Munafik

Next Post

INI ALASAN JIHADIS KELUAR DARI KELOMPOK TERORIS

Thowik SEJUK

Thowik SEJUK

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
INI ALASAN JIHADIS KELUAR DARI KELOMPOK TERORIS

INI ALASAN JIHADIS KELUAR DARI KELOMPOK TERORIS

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In