Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Agenda

Workshop & Fellowship Meliput Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur

by Redaksi
19/08/2019
in Agenda
Reading Time: 5min read
Workshop & Fellowship Meliput Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur
Share on FacebookShare on Twitter

Stigmatisasi, sensasional, bombastis dan menyudutkan adalah kecenderungan umum media-media di Indonesia dalam memberitakan isu keberagaman seksualitas. Hal tersebut, di antaranya, disebabkan perspektif jurnalis dan kalangan editor yang kurang memahami isu dan konsep sexual orientation gender identity expression and sex characteristic (SOGIESC).

Selain itu, bisnis media menyebabkan keberagaman seksualitas dihadirkan dalam berita-berita secara tidak relevan, disinformatif bahkan penuh hoax, tidak berdasar pada data dan fakta. Media hanya mengejar oplah (cetak), rating (TV) dan clickbait (online) yang acuannya search engine optimization (SEO). Sehingga, mereka tidak mempertimbangkan dampak-dampak pemberitaan, terutama bagi warga dan komunitas dengan seksualitas berbeda.

Secara otomatis, media pun menjadi corong bagi menguatnya heteronormativitas atau homofobia dan transfobia. Akibatnya, selama ini berita-beritanya lebih banyak mengutip pihak-pihak resmi seperti aparat atau pejabat pemerintahan, tokoh agama dan masyarakat yang mendiskreditkan atau anti terhadap warga lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Dampaknya, kini keberadaan warga dan komunitas LGBT semakin rentan. Kriminalisasi dan persekusi pun terus-menerus menimpa mereka. 

Praktik-praktik pemberitaan yang bias dan anti-keberagaman seksualitas tampak dominan pada awal 2016 ketika Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir melarang LGBT di kampus-kampus. Implikasinya, hingga 2019 menurut laporan Support Group and Resource Center (SGRC) Indonesia, terhitung 20 lebih perguruan tinggi menolak keberadaan LGBT.

Cara pemberitaan serupa kembali dilakukan awal Oktober sampai November 2018 ketika hoax tentang grup FB Gay di Garut, Tasikmalaya dan Balikpapan bergulir di media sosial. Jika pada 2016 disinformasi tentang keberagaman seksualitas di media sosial dan media mainstream berbuah pada akasi-aksi penolakan di banyak kampus, viralnya hoax grup FB gay Garut yang pengikutnya mencapai ribuan berdampak bukan saja pada gelombang aksi di pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera, yang dilakukan di sekolah-sekolah maupun ruang publik, juga bermunculan regulasi di beberapa daerah untuk menolak LGBT. LBH Masyarakat dan Arus Pelangi sampai tahun 2019 mencatat lebih dari 45 regulasi yang berupa peraturan daerah maupun surat edaran yang anti-keberagaman seksualitas.

Yang paling miris adalah praktik persekusi dilakukan Satpol PP Lampung yang menyemprot dengan selang pemadam kebakaran terhadap transpuan pada November 2018 serta aksi kekerasan dan pelecehan terhadap dua transpuan di Bekasi oleh kelompok Islam garis keras pada malam Maulid Nabi Muhammad sekaligus hari peringatan persekusi terhadap para transgender (Transgender Day of Remembrance, 20 November).

Ketika mendekati pemilihan presiden (Pilpres) 2019, pemberitaan yang peyoratif terhadap keberagaman seksualitas semakin menjadi-jadi. Salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden pun dikaitkan sebagai rezim pendukung LGBT yang jika memenangkan Pilpres akan membuat LGBT merajalela. Padahal, komunitas LGBT di Indonesia tidak terlibat dalam politik praktis. Namun begitu, politisasi terhadap LGBT dan kecenderungan media mengeksploitasinya tanpa terlebih dahulu memverifikasi kebenarannya terus berulang.

Bagaimanapun, sebagai bagian pilar demokrasi, media tampak masih bingung dalam menyuguhkan pemberitaan tentang isu-isu terkait fakta keberagaman gender dan seksualitas. Sehingga, mendesak bagi media untuk memberitakan keberagaman gender dan seksualitas tanpa memberikan stigma dan ikut memprovokasi pemerintah maupun publik untuk mendiskriminasi sesama warga negara dengan gender dan orientasi seksual yang berbeda. Celakanya, bertumbuhnya media, terutama media online yang menurut Dewan Pers (2018) lebih dari 43.000 dan banyak di antaranya tersebar di daerah, menjadikan kerentanan warga LGBTIQ juga ikut bergeser ke daerah-daerah.  

Karena itu, mendesak untuk bersama-sama mengingatkan dan menekankan kembali pada kesetiaan media terhadap prinsip-prinsip jurnalistik dan perannya dalam mengkonsolidasikan demokrasi yang menghormati hak-hak segenap warga sesuai dengan konstitusi dan instrumen-instrumen hak asasi manusia (HAM).

Nama Kegiatan

Workshop & Fellowship: Meliput Isu Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur

Tujuan

Mengembangkan dan menyebarluaskan pemahaman keberagaman seksualitas melalui kerja-kerja jurnalistik

Capaian

  1. Tumbuhnya kesadaran bersama tentang pentingnya penghargaan terhadap keberagaman seksualitas di kalangan jurnalis;
  2. Berkembang dan meluasnya pemahaman keberagaman gender dan seksualitas atau SOGIESC lewat kerja-kerja jurnalistik;
  3. Tergambar pola dan peta media dan jurnalis lokal dalam memberitakan isu keberagaman seksualitas;
  4. Terkuatkan fungsi watchdog media atau jurnalis dalam menuntut negara melindungi segenap warga di tengah fakta keberagaman seksualitas;
  5. Tumbuhnya kesadaran pentingnya media atau jurnalis menjalankan fungsi edukasi perihal penghargaan terhadap keberagaman gender dan seksualitas dalam pemberitaannya;
  6. Tergeraknya media dan jurnalis dalam memberitakan keberagaman seksualitas melalui stimulus beasiswa terbatas program fellowship liputan;
  7. Tepublikasikannya karya-karya jurnalistik yang ramah terhadap keberagaman seksualitas;
  8. Terbangun jaringan jurnalis yang ramah dan menghormati keberagaman gender dan seksualitas atau SOGIESC. 

Waktu dan Tempat

Kegiatan “Workshop & Coaching Fellowship: Meliput Isu Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur” akan digelar:

Jumat-Minggu, 30 Agustus-1 September 2019 di Jawa Timur

Fellowship Liputan Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur

Ketentuan Program Fellowship Liputan Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur sebagai berikut:

  1. Peserta fellowship adalah jurnalis media cetak, online, radio dan televisi di wilayah kerja Jawa Timur
  2. Proposal Fellowship Liputan bertema Keberagaman Seksualitas. Proposal harus menyertakan kartu pers dan surat keterangan dari editor atau produser yang akan menerbitkan atau menayangkan karya fellowship di medianya 
  3. Proposal dikirim ke email daftar.sejuk@gmail.com paling lambat 26 Agustus 2019
  4. Coaching proposal peliputan 31 Agustus–1 September 2019 di Surabaya
  5. Peserta fellowship terpilih diumumkan 2 September 2019 di website Sejuk.org  
  6. Proses peliputan sampai penerbitan atau penayangan karya fellowship dilakukan 3 September–25 November 2019
  7. Total beasiswa terbatas peliputan Program Fellowship Liputan Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur Rp. 70.000.000,- yang akan diberikan kepada 10 peserta terpilih.

Mentor Fellowship Liputan Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur:

  1. Ahmad Junaidi, Direktur SEJUK dan editor The Jakarta Post
  2. M. Miftah Faridl, Ketua AJI Surabaya dan CNN Indonesia TV
  3. Rr. Sri Agustine, Direktur Eksekutif Ardhanary Institute dan peraih SK Trimurti Award 2019 

Peserta

Peserta workshop dan coaching fellowship ini terdiri dari para jurnalis Jawa Timur. Total peserta workshop dan coaching fellowship Meliput Keberagaman Seksualitas adalah 25 jurnalis Jawa Timur.

Penyelenggara

Workshop & Fellowship: Meliput Isu Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur diselenggarakan oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya.

Pengganti Transportasi

Para peserta workshop dan coaching fellowship akan mendapat pergantian transportasi dari penyelenggara.

Demikian Kerangka Acuan Workshop & Fellowship: Meliput Keberagaman Seksualitas di Jawa Timur.

Jakarta, 1 Agustus 2019

Penanggung Jawab

Ahmad Junaidi

Direktur SEJUK

Previous Post

“RKUHP Langgengkan Intoleransi dan Rusak Kerukunan Antarumat Beragama”

Next Post

Ihwal Papua, SEJUK Ajak Media Setia pada Kode Etik Jurnalistik

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

Penulisan Ulang Sejarah oleh Penguasa: Membungkam Perempuan yang Kritis

30/05/2025
Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

Hari Kebangkitan Bangsa: Kebangkitan Orang Muda untuk Melawan Segala Bentuk Kekerasan 

24/05/2025
pelatihan komunitas Pekanbaru Riau Sumbar

‘No Viral, No Justice’ Tak Selalu Adil bagi Komunitas Rentan

21/01/2025
Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

19/11/2024
Next Post
Ihwal Papua, SEJUK Ajak Media Setia pada Kode Etik Jurnalistik

Ihwal Papua, SEJUK Ajak Media Setia pada Kode Etik Jurnalistik

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotspace Privat Event Jakarta, Bukan Tindak Pidana!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In