Minggu, Juli 27, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Gender dan seksual

Cania Citta Irlanie: pelecehan seksual adalah dorongan primitif laki-laki yang memercayai takhayul

by Redaksi
13/11/2019
in Gender dan seksual
Reading Time: 3min read
Cania Citta Irlanie: pelecehan seksual adalah dorongan primitif laki-laki yang memercayai takhayul
Share on FacebookShare on Twitter


Cania Citta Irlanie (Dok. SEJUK)

Ketika teknologi semakin canggih dan lebih terbuka dalam mengekspresikan tubuh sementara regulasinya masih mewarisi sopan-santun jaman kegelapan, maka yang terjadi adalah kriminalisasi dan pembatasan-pembatasan yang merugikan perempuan. Bahkan, dari celah atau ketimpangan tersebut, yang kemudian muncul justru pelecehan seksual dan perendahan terhadap perempuan maupun kelompok identitas lainnya yang dianggap bertentangan dengan agama ataupun tradisi. Demikianpun yang terjadi di ranah digital, terutama media sosial.


Maka, Cania Citta Irlanie menegaskan bahwa pelecehan dan kekerasan seksual disebabkan oleh paradigma orang-orang yang tidak rasional dan saintifik, lebih karena sisa-sisa dorongan primitif dari proses evolusi seksualitas manusia jutaan tahun lamanya.

“Ketika mereka melakukan pelecehan di media sosial dasarnya lebih ke agama, dengan tujuan merusak image perempuan itu,” papar perempuan yang merupakan Head of Content Geolive dalam seminar bertema Pelecehan Seksual di Media Sosial Senin sore (11/11/2019) di kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI), Cawang, Jakarta.


Hal ini ia sampaikan sambil menunjukkan pengalamannya di Instagram maupun Geolive. Awalnya hampir semua yang muncul di kolom komentar nadanya melecehkan karena isi postingan atau penampilannya.

Sex Eduction

Ia melihat kini berubah. Banyak pengikutnya yang justru menentang dan melawan komentar-komentar yang melecehkan.

“Jadi cara yang aku lakukan selama ini dengan memperbanyak konten-konten yang mengaddress isu-isu seksualitas dengan paradigma rasional dan saintifik,” kisah Cania.

Sehingga, sambungnya, yang penting dilakukan adalah memberikan pendidikan seksual, sex education, pada anak-anak bahkan sejak sebelum masa sekolah.

Hal tersebut ditempuh agar pelan-pelan mengubah dorongan primitif dalam proses evolusi manusia untuk lebih menghargai ekspresi, orientasi maupun identitas seksual setiap orang.

“Sejak kecil anak-anak harus diajarkan biologi untuk mengenalkan fakta-fakta yang ada dalam tubuhnya, tentang gender, dengan menghapus takhayul-takhayul tentang seksualitas; menyampaikan pentingnya menghormati, tidak mencampuri, privasi atau hak-hak individu orang lain,” tegasnya.

Ia memandang bahwa pelecehan dan kekerasan seksual terjadi karena laki-laki memercayai warisan takhayul-takhayul seputar superioritas atau dominasinya atas perempuan yang mengakar kuat dalam keyakinan agama dan tradisi.

Dari kiri ke kanan: Maulidya, Formas Juitan Lase dan Cania Citta Irlanie (11/11/2019)

Melawan pelecehan seksual di internet

Dalam diskusi yang merupakan rangkaian “International Seminar & Workshop on Video Journalism: Dealing Digital Rights and Freedom of Expression” kerjasama antara Program Studi Ilmu Komunikasi UKI, The Media Project dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) narasumber tuan rumah, Formas Juitan Lase, juga menunjukkan meningkatnya pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi di online, sebagaimana dilaporkan oleh Komnas Perempuan.

Tahun 2018 terdapat 97 kasus pelecehan terhadap perempuan di internet yang dilaporkan ke Komnas Perempuan. Pelaku pelecehan di media sosial yang terbanyak adalah orang terdekat yang di ranah offline kemudian menjelma kekerasan terhadap perempuan.

“Pasti, banyak sekali perempuan yang mengalami pelecehan di media sosial jika mereka melapor ke Komnas Perempuan,” ujar Formas.

Sementara, Maulidya, penyintas atas pelecehan seksual yang dialaminya di media sosial memaparkan di hadapan para peserta pilihan-pilihan untuk melawan secara langsung dengan lebih berani bersuara atau melaporkannya jika sudah mengarah pada keselamatan diri, menuliskannya, menyebarkan upaya-upaya “jahat” pelaku di media sosial dan penting mencari dukungan yang bisa memahami (support group).  

Perempuan yang pernah didoxing hingga berdampak pada pengurungan dirinya oleh keluarga, diruqyah, dikucilkan dan berkali-kali mencoba bunuh diri ini pada akhirnya merasa lebih nyaman “lari” dari rumah. Untuk itulah ia memilih melawan jika mendapat pelecehan di media sosial. Sebab, jika dibiarkan akan banyak perempuan yang menjadi korban.

Perempuan yang kini bekerja di SEJUK ini kemudian membuat platform @akujuga.id. Palform ini menjadi ruang aman para korban pelecehan seksual di internet maupun offline tanpa merasa takut penilaian dari pengguna medsos lainnya.

“@akujuga.id bersifat anonym sehingga platform ini aman bagi korban yang ingin mencari tempat bercerita,” jelas Lidya. []

Tags: #CaniaCittaIrlanie#KekerasanSeksualTerhadapPerempuan#PelcehanSeksual#UKISEJUK
Previous Post

Dasasila Bandung, HAM dan Toleransi di Indonesia

Next Post

DISABILITAS BERDIKARI, APA BISA?

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

23/05/2025
Perempuan, 16HAKTP

Peringati 16HAKTP, Aliansi Perempuan Indonesia Melakukan Aksi Menggugat Negara

25/11/2024
Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

16/09/2024
Transgender

Merayakan Pride Month Merayakan Diri Sendiri

03/09/2024
Next Post
DISABILITAS BERDIKARI, APA BISA?

DISABILITAS BERDIKARI, APA BISA?

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In