
Makam-makam di Manislor, Kuningan, Jawa Barat, yang tampak pada gambar di atas adalah korban kebencian.
Kini kita semua mulai sadar, “social distancing” itu teramat penting dan cara terbaik menghindar dan mencegah penyebaran COVID-19. Semoga dengan kesadaran diri yang tinggi untuk “jaga jarak” dan bersama menebalkan solidaritas, bangsa serta semesta ini segera melalui pandemi corona.
Sehingga, sekaranglah saat yang tepat melakukan muhasabah atau refleksi kemanusiaan untuk menghadang intoleransi dan meninggikan kemanusiaan. Ketika kesadaran diri bahwa dilecehkan atau direndahkan dan didiskriminasi itu sangat menyakitkan, melukai harkat dan martabat kemanusiaan kita, maka hal yang sama juga dirasakan oleh manusia lainnya, terutama saudara-saudara di sekitar kita yang karena berbeda lantas dibenci dan “dipinggirkan.” Laku peminggiran itu jahat. Tapi virus intoleransi juga sedang melanda bangsa ini.
Agar solidaritas kemanusiaan berkembang dan tetap terawat demi menentang sikap dan praktik intoleransi dan diskriminasi, maka dalam diri kita masing-masing penting menumbuhkan dan mengamalkan “intolerance distancing.” Semoga dengan demikian martabat kita, manusia di Indonesia maupun semesta terjaga dan tidak ada lagi yang terluka.
Adalah komunitas keagamaan yang paling besar menyumbang kornea mata untuk membantu menyelamatkan manusia dan bangsa dari kebutaan; yang jemaatnya sangat rutin dan terbanyak mendonor darahnya bahkan membuka aplikasi GiveBlood bekerja sama dengan RS. Fatmawati untuk ikut berkontribusi memenuhi kebutuhan darah masyarakat Indonesia, tetapi mereka juga sangat dibenci dan terus mendapat diskriminasi dari pemerintah pusat sampai daerah bahkan kerap dipersekusi. Rumah dan masjid-masjid mereka dihancurkan.

Hoaks ataupun disinformasi seputar Ahmadiyah yang mudah merebak dan cepat ditelan masyarakat adalah penyebab virus intoleransi dan diskriminasi sampai hari ini masih menjangkiti.
Yang terbujur dalam makam-makam itu adalah para penyumbang mata yang mengimani Islam Ahmadiyah di Manislor, Kuningan. Sementara di Maniskidul, desa sebelahnya, masjid Ahmadiyah yang diserang dan dihancurkan masih teronggok.
Love for all, hatred for none. Itu nilai yang mereka hidupi.
