Kebencian dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda tak kunjung reda. Upaya politisasi identitas komunitas rentan tak berkurang, terlebih mendekati Pemilu 2024 serentak.
Intoleransi dan diskriminasi di Riau pun belum tampak sepi. Pemaksaan pemakaian jilbab terhadap peserta didik non-Muslim terjadi di sekolah-sekokah negeri Bangkinang (Magdalene.co, 2019). Di sekolah-sekolah negeri juga tidak ada pelajaran agama dan guru pelajaran agama selain agama Islam. Sempat mencuat penolakan pendirian gereja di Kampar (2022).
Kasus-kasus pelecehan dan kekerasan seksual juga terjadi di kampus-kampus di Riau. Sedangkan populasi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Riau termasuk sepuluh provinsi terbanyak jumlah warga yang terinfeksi HIV/AIDS (Detik.com, 2022). Kelompok-kelompok rentan semakin terpinggir dan terkucil.
Untuk itulah orang muda yang lebih melek informasi terkait isu-isu keberagaman di seputar provinsi yang letaknya di bagian tengah pulau Sumatera ini harus mampu memanfaatkan media untuk melakukan perubahan. Literasi di kalangan orang muda hendaknya disertai daya kritis atas praktik-praktik intoleransi dan diskriminasi. Sehingga, kesediaan mereka untuk menerima yang berbeda dan termarginalkan, bahkan bersolidaritas menyuarakan hak-hak korban dan komunitas rentan di ruang digital, baik media daring (online) maupun media baru atau media sosial, menjadi jalan bagi masa depan bangsa yang lebih inklusif.

Temuan survei tentang Digital News Report yang dilakukan Reuters Institute bekerja sama dengan Oxford (2022) menunjukkan, masyarakat Indonesia memilih media online dan media sosial sebagai sumber berita paling popular. Sedangkan TV dan radio masih dipilih jutaan orang Indonesia yang terbatas dan tidak memiliki akses internet. Dari sampel yang disurvei, masyarakat Indonesia yang menjadikan media online (termasuk media sosialnya) sebagai sumber berita jumlahnya 88%, untuk media sosial 68%, TV 57%, dan media cetak 17%.
Bagaimanapun, media, baik daring, TV, radio, cetak, maupun media baru, adalah bagian tak terpisah dari masyarakat dengan seluruh budaya dan dinamika yang ada di dalamnya. Sementara media daring dan media sosial saat ini adalah sumber informasi yang mempunyai pengaruh besar bagi masyarakat Indonesia.
Tantangannya, temuan riset Remotivi Komunitas Agama Marginal dalam Media di Indonesia: Sebuah Kajian Awal, 2021, terhadap media daring dan televisi, yang bekerja sama dengan Intrernational Media Support (IMS), mengonfirmasi penelitian Universitas Tarumanagara (UNTAR) dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) yang didukung Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tahun 2018 dan 2019, yang menyimpulkan: media cenderung menjadikan kelompok minoritas sebagai objek pemberitaan yang mengedepankan sensasi. Pemberitaan media daring dalam isu keberagaman cenderung tidak berperspektif korban.
Seiring melonjak tingkat penetrasi penggunaan internet di Indonesia, maka patut berharap pada orang muda di provinsi yang berada di pesisir Selat Malaka ini untuk memanfaatkan teknologi digital demi menciptakan ruang aman bagi kelompok marginal. Terlebih, kelompok minoritas rentan dipolitisasi untuk kepentingan elektoral, yang kampanye dan penyelenggaraan Pemilu 2024 serentak semakin mendekat.
Mengapa orang muda? Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun lalu, tingkat penetrasi internet tumbuh 77,02%, yakni 210.026.769 jiwa dari total 272.682.600 jiwa penduduk Indonesia yang terhubung ke internet pada tahun 2021. Kelompok usia 13-18 tahun menjadi yang paling hobi berselancar di dunia maya. 99,16% dari mereka terhubung ke internet. Kemudian disusul oleh kelompok usia 19-34 tahun yang perbedaannya cukup tipis, dengan penetrasi internet sebesar 87,3%.
Terhadap fakta-fakta di atas Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF) dan Kementerian Hukum dan HAM RI berkepentingan melibatkan mahasiswa, orang muda di kalangan terdidik, untuk membangun iklim bermedia yang ramah bagi kelompok minoritas. Karena itu kami mengundang rekan-rekan mahasiswa khusus wilayah Riau untuk terlibat aktif dalam workshop dan beasiswa produksi konten keberagaman di media sosial.
Nama Kegiatan
Workshop dan Beasiswa Produksi Konten Keberagaman untuk Mahasiswa di Riau
Tujuan
Mengembangkan kesadaran mahasiswa di Riau dan provinsi-provinsi terdekat tentang pentingnya media sosial sebagai ruang aman dan ramah bagi kelompok marginal dan medium kampanye keberagaman
Tempat dan Waktu
Waktu penyelenggaraan: 26–29 Mei 2023
Tempat: Pekanbaru (lokasi kegiatan akan diinformasikan langsung kepada peserta terpilih).
Kepesertaan
Yang terlibat dalam kegiatan workshop dan beasiswa konten keberagaman ini adalah mahasiswa yang berada di Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jambi. Jumlah peserta yang tergabung dalam kegiatan ini 20 orang.
Panitia menanggung transportasi dan akomodasi peserta workshop dari luar kota.
Beasiswa konten keberagaman
Panitia memberi beasiswa terbatas kepada peserta yang brief atau rancangan konten keberagamannya terpilih. Sebanyak 8 (delapan) dari dua puluh peserta workshop akan mendapatkan beasiswa konten keberagaman masing-masing Rp.1.500.000
Cara Daftar
Untuk bergabung dalam workshop, sila perhatikan langkah-langkah berikut:
- Penyelenggaraan workshop dan pitching rencana konten: 26-29 Mei 2023
- Tema beasiswa konten keberagaman melingkupi: agama atau kepercayaan; ras, etnis atau masyarakat adat; disabilitas; keadilan dan kesetaraan gender; serta isu kelompok rentan lainnya seperti orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan pekerja seks.
- Tautan pendaftaran: bit.ly/workshopmahasiswariau
- Penutupan pendaftaran: 14 Mei 2023, pkl. 23.59
- Pengumuman peserta terseleksi: 17 Mei 2023 di IG: @kabarsejuk
- Pengumuman peraih beasiswa: 2 Juni 2023
- Pelaksanaan beasiswa konten keberagaman: 3 Juni-2 Agustus 2023
- Penyerahan bukti tayang atau postingan: 2 Agustus 2023
Informasi lebih lanjut: bit.ly/infoworkshopmahasiswariau atau hubungi IG: @kabarsejuk
Pendukung
Workshop dan Beasiswa Produksi Konten Keberagaman untuk Mahasiswa di Riau didukung Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF) bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Demikian undangan sekaligus kerangka acuan Workshop dan Beasiswa Produksi Konten Keberagaman untuk Mahasiswa di Riau ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja samanya kami mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 4 April 2023
Hormat kami,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK