Minggu, Juli 13, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Gender dan seksual

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

by Redaksi
13/11/2023
in Gender dan seksual, Uncategorized
Reading Time: 2min read
Gadis Kretek
Share on FacebookShare on Twitter

Serial Gadis Kretek yang tayang di Netflix mendapat atensi yang cukup tinggi dari publik, menceritakan Dasiyah (Dian Sastrowardoyo) perempuan muda yang berambisi menjadi peracik saus kretek, mengambil latar tahun 60an diceritakan kala itu perempuan dilarang terlibat dalam meracik saus karena akan mengakibatkan rasa asam pada kretek. Selain persoalan kretek dan perempuan, serial Gadis Kretek juga menyoroti kisah cinta Dasiyah di tengah tragedi pembantaian 1965.

Dasiyah atau Jeng Yah adalah salah satu putri pengusaha kretek Merdeka bernama Idroes Moeria (Rukman Rosadi), namun ia dibatasi terlibat dalam industri kretek karena statusnya sebagai perempuan. Keluarganya mendorong Jeng Yah agar berperilaku sebagaimana ‘perempuan’, yang penurut, cakap dalam pekerjaan domestik, dan memberikan keturunan. Padahal Jeng Yah memiliki bakat dan kemampuan meracik saus yang akan mempertahankan keunggulan kretek Merdeka dari kretek Proklamasi milik Soedjagad (Verdi Solaiman).

Soeraja (Ario Bayu) memahami bakat Jeng Yah, ia diselamatkan dan diangkat menjadi pegawai oleh Idroes, selain itu ia juga mencintai Jeng Yah dan satu-satunya orang yang memahami Jeng Yah. Raja kemudian menjadi partner dalam meracik saus meski harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Petualangan Jeng Yah dan Raja harus terhenti tatkala keluarga Idroes dituduh sebagai antek Partai Komunis Indonesia (PKI). Idroes dan Jeng Yah kemudian ditangkap oleh militer, ibu dan adiknya (Rukayah) dikecualikan. Setelah sekian lama, Jeng Yah kembali pulang, namun Idroes menghilang tak pernah kembali.

Stigma Keturunan PKI yang Melekat

Kehidupan Dasiyah dan keluarganya berubah, mereka harus menyembunyikan identitasnya sebagai keluarga eks tahanan politik (tapol). Dasiyah membuka usaha kretek dengan menggunakan atas nama orang lain agar dia tak terlacak. Mereka saling menjaga, ketakutan, dan tidak mudah percaya pada orang lain. Gambaran Dasiyah dan keluarganya adalah realitas yang terjadi pada orang-orang yang dicap terlibat sebagai simpatisan PKI, terbukti maupun tidak.

Stigma dan diskriminasi keluarga PKI juga kerap diterima oleh keturunannya, yang bahkan lahir jauh-jauh hari setelah tragedi 1965. Sebagaimana yang dialami Arum (Putri Marino) yang tidak mengetahui sejarah keluarganya, siapa ayahnya, dan mengapa Rukayah selalu histeris ketika ditanya perihal Dasiyah. Rukayah tentu trauma dengan apa yang dialami oleh keluarganya dan ingin menutupinya, Rukayah juga ketakutan Arum akan mengalami stigma dan diskriminasi apabila identitasnya diketahui oleh publik.

Di akhir cerita, diketahui Dasiyah dan keluarganya adalah korban dari Soedjagad yang menitipkan nama Idroes serta Dasiyah kepada TNI agar ditangkap sebagai simpatisan PKI. Soedjagad menggunakan taktik licik untuk merebut kepopuleran merk kretek dengan menghancurkan satu generasi.

Hingga saat ini, bukan dalam kisah fiksi, eks tahanan politik 65 dan keluarganya masih menyembuhkan luka yang tidak dilakukan oleh negara. Presien Joko Widodo memang pernah menginginkan adanya perbaikan terhadap korban HAM berat dan menyesalinya, namun menolak tuntutan lainnya seperti meminta maaf, mengungkapkan kebenaran, penindakkan hukum terhadap pelaku, serta mencabut TAP MPRS XXV/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme yang dinilai sebagai penyebab lekatnya stigma terhadap para korban peristiwa 1965.

Previous Post

Saatnya Perempuan Setara Berpolitik

Next Post

Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

23/05/2025
Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
Perempuan, 16HAKTP

Peringati 16HAKTP, Aliansi Perempuan Indonesia Melakukan Aksi Menggugat Negara

25/11/2024
Next Post
Kristen Ortodox

Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Multikultur Kalbar: Siswa Toleran Beda Budaya [1]

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis: Intoleransi Ada di Agama Apa Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In