Minggu, Agustus 3, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Gender dan seksual

2023, Tahun yang Kelam dan Mematikan bagi Komunitas Queer di Indonesia

by Redaksi
26/01/2024
in Gender dan seksual, LGBTIQ, SOGIESC
Reading Time: 3min read
Haruskah LGBT Diam?
Share on FacebookShare on Twitter

2023 menjadi tahun yang kelam dan mematikan bagi keberagaman gender dan seksualitas di Indonesia. Berbagai praktik diskriminasi, intoleransi, sampai persekusi menumpas hak-hak warga dan komunitas queer menjelang Pemilu serentak 2024. Mirisnya, beberapa di antara mereka meninggal karena dibunuh.

Pada pembukaan tahun 2023 Wali Kota Medan Bobby Nasution mengawali pernyataan bahwa Kota Medan anti-LGBT. Pertengahan 2023 Peraturan Bupati Garut tentang anti-LGBT diberlakukan (Juli). Aturan-aturan anti-LGBT di kampus-kampus negeri pun menyusul, seperti Surat Edaran Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera) pada September, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta (Desember) dan Peraturan Senat Akademik Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Desember.

Di Sumatera Barat, karena dikaitkan dengan LGBT, seorang prajurit TNI Angkatan Laut dipecat dan dipenjara di Padang, 1 dosen dipecat dan 1 dosen lainnya diskorsing dari Universitas Negeri Padang, dan seorang perempuan Satpol PP Dharmasraya dipecat. Menjelang dan saat Ramadan 2023 sampai akhir tahun Satpol PP Bukittinggi kerap melakukan razia yang menarget transpuan atau LGBT.

Satpol PP Pekanbaru juga merazia mereka yang diduga LGBT pada bulan Mei. Praktik diskriminasi dan stigma dilakukan Wali Kota dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pekanbaru dengan memasang dan menyebarkan baliho, spanduuk, dan stiker dengan pesan disinformasi yang menyudutkan, yakni bahaya dan anti-LGBT yang dikaitkan dengan HIV dan AIDS, di ruang-ruang publik seperti jalan-jalan protokol, kantor pemerintahan, rumah sakit, puskesmas, dan sekolah-sekolah.

Banyak juga terjadi pelarangan terhadap aktivitas komunitas queer, di antaranya: ritual tahunan Mattompang Arajang, penyucian benda pusaka kerajaan oleh bissu, di Hari Jadi Bone; pentas teater monolog tentang bissu di Bone; ASEAN Queer Advocacy Week beserta aktivitas-aktivitas lainnya sepanjang Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN 2023 di Jakarta; diskusi terbatas tentang pencegahan HIV & AIDS di Banyuwangi; dan pembubaran pertunjukan tarian di mal Jambi yang penampilnya dituduh LGBT.

Juni 2023 pemerasan dilakukan oleh polisi terhadap dua transpuan di Medan. Yang paling keji adalah pembunuhan dan pembakaran terhadap transpuan di Tangerang (November) dan pengeroyokan sampai meninggal terhadap transpuan di Kupang (Desember).

2023 banyak komunitas yang dirampas hak-haknya untuk mengakses layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan bantuan sosial, seperti sulitnya kelompok transpuan melakukan klaim atas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Tidak sedikit pula mereka yang kehilangan kebebasan untuk berekspresi hingga hak untuk hidup.

Kecenderungan yang semakin mencemaskan adalah: dalam isu keberagaman gender dan seksualitas negara bukan hanya membiarkan, tetapi aktif melakukan diskriminasi, kriminalisasi, sampai praktik-praktik persekusi. Sementara, di tingkat masyarakat, para pemimpin agama semakin banyak yang menggunakan tafsir dan dalil-dalil teologis untuk memprovokasi publik agar memusuhi komunitas queer.


Media yang Menstigma Keragaman Gender dan Seksual

Tantangan berikutnya adalah pemberitaan-pemberitaan media, terutama online, yang mengangkat isu keberagaman gender dan seksualitas maupun peristiwa diskriminasi dan persekusi yang menarget queer cenderung sensasional dengan tone yang menyudutkan. Akibatnya, kelompok minoritas gender dan seksual yang sudah rentan di masyarakat kian terdesak oleh sentimen dan kebencian yang marak diberi ruang di media-media online, bahkan dalam lingkup nasional.

Pemantauan media massa oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), dan organisasi non-pemerintah yang membela hak kelompok LGBT, Arus Pelangi merilis: sepanjang Januari dan Februari 2023 pemberitaan media daring sebagian besar tidak berperspektif gender dan tidak melindungi hak minoritas LGBT.

Media online berskala lokal maupun nasional lebih banyak memuat pernyataan politisi dan pejabat pemerintah yang menyerukan anti-LGBT yang berpotensi menguatkan permusuhan, kebencian, diskriminasi, bahkan persekusi terhadap kelompok tersebut. Media online, menurut pemantauan ini, juga banyak menggunakan diksi yang memuat stigma, yakni LGBT sebagai perilaku menyimpang sebanyak 29 kali, LGBT dilarang oleh agama 28 kali, dan LGBT melanggar norma susila atau budaya 13 kali.

Tags: #HAM#LGBT#ToleransiHeadline
Previous Post

Komisioner Komnas Perempuan Kyai Imam Nakha’i: Islam Mengakui Perempuan Menjadi Imam Salat bagi Laki-laki

Next Post

Undangan Beasiswa dan Workshop Produksi Konten Keberagaman untuk Mahasiswa di Maluku

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

23/05/2025
Perempuan, 16HAKTP

Peringati 16HAKTP, Aliansi Perempuan Indonesia Melakukan Aksi Menggugat Negara

25/11/2024
Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

16/09/2024
Transgender

#AgamaUntukSemua yang Merangkul LGBT

14/09/2024
Next Post
Undangan Beasiswa dan Workshop Produksi Konten Keberagaman untuk Mahasiswa di Maluku

Undangan Beasiswa dan Workshop Produksi Konten Keberagaman untuk Mahasiswa di Maluku

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribuan Mangrove untuk Masa Depan: Seruan Darurat Lintas Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Ranah Minang Gereja Dilarang Didirikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In