Dhani Irawan – detikNews
Jakarta – Belasan partai politik mendengung-dengungkan visi misi bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Apa yang mereka yakini adalah bahwa partai mereka lebih unggul daripada yang lain. Gegap gempita Pemilu tahun ini tampaknya semakin membuat rakyat bingung menentukan pilihan.
Namun, Sumarsih (61) tidak ingin kemudian masyarakat apatis dengan gelaran 5 tahunan ini. Ibu yang masih memperjuangkan nasib anaknya, Bernardinus Realino Norma Irmawan atau Wawan, yang tewas ditembak dalam peristiwa Tragedi Semanggi I, November 1998 silam itu, masih mempunyai asa dibalik trik-trik licik para politisi.
“Saya menginginkan pemilih sebagai pemilih yang cerdas. Mari kita berbondong-bondong menuju TPS, kita buka surat suara. Kita cermati wajah-wajah yang kita kenal,” kata Sumarsih saat ditemui di sebelah utara Monas, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).
“Jangan sampai golput. Kalau memang tidak ada yang kita kenal, kita tahu rekam jejaknya. Jangan sampai surat suara kita dimanfaatkan,” imbuhnya.
Perjuangan Sumarsih sejak anaknya tewas tidaklah mudah. Kerap kali perjuangannya menemui jalan buntu, seolah pemerintah tidak mempedulikan nasibnya dan juga nasib rekan-rekan seperjuangannya. Namun, hal itu tidak kemudian membuat Sumarsih pesimis dengan Republik ini.
Malahan, Sumarsih ingin juga melihat partisipasi kaum muda bangsa ini. Mengenang perjuangan anaknya yang juga peduli dengan kondisi bangsa saat itu, Sumarsih juga ingin anak muda jaman sekarang untuk lebih cerdas dalam menyikapi persoalan negeri.
“Saya mengajak mereka untuk menjadi anak-anak muda yang kritis. Suapay tidak tertipu lagi dengan pemerintahan sebelum-sebelumnya,” ucap Sumarsih.
Sumarsih masih akan terus melakukan aksi damai di depan Istana Negara. Dia meminta kejelasan dan juga pengadilan ad-hoc bagi kasus yang menimpa dan menewaskan anaknya. Tak hanya itu, kepeduliannya juga bagi orang-orang dengan nasib serupa.
“Saya harap di akhir pemerintahan SBY ada sesuatu yang menghasilkan. Terakhir saya dengan Pak Dipo Alam membentuk tim kajian bagi penanganan kasus-kasus pelanggaran HAM dan kemanusiaan, hasilnya seperti apa, kita lihat saja nanti,” ujar Sumarsih sembari menenteng payung hitam.