Senin, Juli 7, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Disabilitas

Seniman Disabilitas Pertemukan Dua Kota

by Redaksi
18/09/2015
in Disabilitas, Uncategorized
Reading Time: 2min read
Seniman Disabilitas Pertemukan Dua Kota
Share on FacebookShare on Twitter
IMG_5693
Andika (seniman penyandang Cerebral Palsy dengan kursi roda) dan Shita (seniman penyandang tuna rungu dengan jilbab hitam) di tengah Pameran the Story behind Shedding Light, Kamis malam (17/9/2015), di Kerry Packer Civic Gallery University of South Australia

“Bangga dan bahagia sekali rasanya bisa menghadirkan karya-karya seni penyandang disabilitas dari Jogja dalam Festival OzAsia di Adelaide, Australia,” ujar Sri Hartaning Sih dalam pembukaan Pameran the Story behind Shedding Light, Kamis malam (17/9/2015), di Kerry Packer Civic Gallery University of South Australia.

Kebahagiaan Nining, panggilan akrab Koordianator Perspektif Yogyakarta ini, bukan tanpa alasan. Pasalnya, impian komunitas yang mulai dirintis Oktober 2014 dalam memperjuangkan kesetaraan atas hak-hak penyandang disabilitas dengan berseni rupa menggema tidak saja dalam lingkup lokal, Yogyakarta, tetapi sampai mancanegara.

Impian Nining dan Perspektif kini ditangkap dan diapresiasi dengan mempertunjukkan karya-karya tujuh seniman disabilitas Jogja pada 9 – 30 September 2015 dalam OzAsia Festifal, agenda tahunan yang menggelar karya seni internasional setiap musim Semi di Adelaide, Australia Selatan, yang melibatkan audiens dengan berbagai seni, tradisi, dan sejarah yang berasal dari panorama kebudayaan seluruh negara kawasan Asia.

“Komunitas kami bertekad untuk bersama-sama membangun, menyebarkan, dan menghidupkan pola pikir atau perspektif kesetaraan tentang penyandang disabilitas,” ujarnya dalam sambutan pembukaan pameran.

Pengejawantahan dari tekad Perspektif, sambung Nining, adalah dengan menjadikan seni rupa sebagai media bersama belajar saling peduli dan menghargai dengan berproses bersama melalui eksperimentasi, eksplorasi, kreasi dan apresiasi.

Terima kasih pun dia sampaikan kepada Tutti, sebuah organisasi terkemuka di Australia yang mewadahi para penyandang disabilitas untuk berkarya seni. Ungkapan serupa dia tujukan juga kepada Rossi von der Borch, Prof. Anton Lucas, dan Priyambudi Sulistyanto dari tim program Jembatan Flinders University, Australia Selatan.

Kedua lembaga itulah (Tutti dan Flinders University), ungkapnya, yang sejak awal memfasilitasi dan memberi banyak dukungan kepada komunitas Perspektif hingga akhirnya para seniman disabilitas Jogja bisa tampil di Adelaide.

IMG_5648
Suasana Pameran the Story behind Shedding Light, Kamis malam (17/9/2015), di Kerry Packer Civic Gallery University of South Australia

Selaku Direktur Artistik Tutti Pat Rix berkisah bahwa kolaborasi antara lembaganya dengan Perspektif semakin menjadi penting manakala dirinya menangkap dampak visual dan emosional yang terwujud dalam presentasi karya-karya Perspektif yang dipamerkan pada 22 Februari 2015 dan 21 Juni 2015 di Yogyakarta.

Untuk itulah ia makin bersemangat bersama para seniman penyandang disabilitas Tutti dan Perspektif dengan fasilitator Moelyono, seniman senior dari Jawa Timur, mempersembahkan instalasi kaki lima (Angkringan khas Jogja) di OzAsia Festival 2015. Selain itu, 30 seniman disabilitas Tutti juga turut memamerkan karya-karya mereka.

“Sudah saatnya Pemerintah Indonesia membuka mata dan mengakui peran penting kesenian penyandang disabilitas,” papar Pat Rix.

Ya, dari kolaborasi Jogja-Adelaide ini Pat Rix menyembulkan harapan besar: Perspektif pada saatnya nanti akan menjadi inspirasi bagi seni dan budaya karya seniman penyandang disabilitas di Indonesia.

“Pemerintah Indonesia harus mulai memainkan tanggung jawabnya dalam membangun masyarakat dengan mengubah pola pikir diskriminatif menjadi perspektif menghargai dan memenuhi kehidupan serta hak-hak warga penyandang disabilitas,” pungkas Pat Rix. [Thowik]

Tags: Headline
Previous Post

Azyumardi Azra: Islam Indonesia tidak mungkin dikuasai Wahabbi

Next Post

Australia harus Belajar Toleransi pada Indonesia

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

10/09/2024
Next Post
Indonesianis Tim Lindsey: Jangan Fobia pada Fenomena Jilbab Indonesia

Australia harus Belajar Toleransi pada Indonesia

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotspace Privat Event Jakarta, Bukan Tindak Pidana!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In