(Dokumen: Dokter Bhinneka Tunggal Ika)
Dalam rangka memperingati Hari Lahirnya Pancasila para profesional di bidang kesehatan yang tergabung dalam Dokter Bhinneka Tunggal Ika (DBTI) berencana meluncurkan Petisi Kebangsaan. Hal tersebut ditempuh karena agama dan etnis belakangan ini menjadi alasan bagi kelompok tertentu menebar kebencian dan permusuhan. Kelompok tersebut tidak segan mengintimidasi, meneror dan melakukan kekerasan. Situasi ini pun menjadi tantangan di dalam dunia kedokteran yang tidak luput dari wabah intoleransi.
Sementara itu, beberapa dokter pun menjadi korban intoleransi dan diskriminasi sebagaimana menimpa dr. Fiera Lovita yang viral di media karena diintimidasi Front Pembela Islam (FPI) Solok, Sumatera Barat; dr. Nancy Weber yang “diperkarakan” sesama dokter; bahkan dr. Otto Rajasa kini dipenjara. Ketiganya disebabkan karena menyampaikan pendapat di media sosial.
“Demi meneguhkan kembali peran penting para dokter pendahulu kami di masa awal terbentuknya Indonesia dalam melahirkan bangsa dan merumuskan dasar-dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tercetus gerakan moral dokter dan dokter gigi Indonesia yang sepakat hendak mendeklarasikan “Petisi Kebangsaan” pada Hari Kelahiran Pancasila, 1 Juni 2017,” kata dr. Joyce Sopacua selaku panitia.
Menurutnya petisi ini merupakan cara DBTI menyampaikan tuntutan kepada pemimpin bangsa dan mengajak seluruh warga negara agar tetap memegang teguh empat pilar kebangsaan: Pancasila, UUD ‘45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sekaligus menjaga kepemimpinan yang sah berdasarkan konstitusi.
Peluncuran Petisi Kebangsaan oleh Dokter Bhinneka Tunggal Ika ini dibarengkan dengan Dialog Kebangsaan bertema Peran Dokter Indonesia dalam Menjaga Nasionalisme dan Pluralitas Bangsa di tengah Arus Radikalisasi. Konferensi pers juga menjadi bagian dari acara, yang bertujuan untuk menyampaikan kepada publik tentang semangat dasar dari gerakan moral para dokter dan dokter gigi yang tergabung dalam DBTI dan alasan peluncuran Petisi Kebangsaan.
Rangkaian kegiatan tersebut digelar Kamis , 1 Juni 2017 Pkl. 14:00 – 18.00 (buka bersama) bertempat di Gedung Stovia, Jl. Abdul Rachman Saleh No.26, Jakarta Pusat.
Bertindak sebagai panelis dialog kebangsaan: Yudi Latif. MA. PhD, Direktur Eksekutif Reform Institute; Dr. Imam B Prasodjo, Sosiolog UI; Prof. DR. Dr. Ahmad Djoyosugito, SpOT(K), Mantan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia; dan Prof. DR. Dr. Yati Soenarto, SpA(K), Paguyuban Pengemban dan Penerus Cita-cita Boedi Oetomo (Keluarga Pahlawan).
Joyce menjelaskan bahwa dalam perkembangannya sudah tergabung lima puluh lebih professor dalam DBTI. Mereka di antaranya Prof. DR. Dr. Farid M Aziz, SpOG, Prof. DR.Dr. Ahmad Djoyosugito Sp OT, Prof. DR. Dr. Roslan Yusni Hasan, DR, SPBS4. Prof DR. Dr. Reggy Lefrant Sp, Prof. Wimpie Pangkahilla SpAnd.
“Sampai saat ini dokter dan dokter gigi yang terlibat dan mendukung Dokter Bhinneka Tunggal Ika yang baru diinisiasi awal Mei ini sudah mencapai 500 lebih dari berbagai daerah di Indonesia” pungkas Joyce. (Thowik SEJUK)