Kamis, Juli 3, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Siaran Pers

SBY Tak Layak Dapatkan Penghargaan Toleransi

by Redaksi
06/05/2013
in Siaran Pers
Reading Time: 4min read
Share on FacebookShare on Twitter

Press Release HRWG


Human Rights Working Group (HRWG) menolak rencana pemberian award kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai tokoh toleransi oleh sebuah Lembaga Keagamaan yang bernama Appeal of Conscience Foundation (ACF) di Amerika Serikat.

Meningkatnya kasus-kasus intoleransi dan kekerasan terhadap kelompok minoritas di Indonesia telah menjadi sinyalemen bahwa presiden SBY telah gagal untuk menjadikan Indonesia sebagai negeri yang toleran dan damai. Kegagalan tersebut adalah alasan utama mengapa presiden SBY tidak layak mendapatkan penghargaan tersebut.

Ada sejumlah alasan mengapa presiden SBY tidak layak mendapatkan award tersebut, yaitu:

  1. Dalam kasus kekerasan dan intoleransi, presiden SBY telah gagal untuk menegakkan hukum kepada para pelaku secara tegas dan adil, baik dalam mencegah terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan agama ataupun untuk menjalankan proses hukum dan peradilan yang memberikan keadilan kepada para korban. Di sisi yang lain, aparat hukum dan pemerintah di bawah Pemerintahan SBY justru terlibat dalam tindakan intoleransi dan bahkan mengkriminalisasi para korban. Rezim pemerintahan SBY gagal memberikan perlindungan dan pemenuhan hak bagi kelompok minoritas agama di Indonesia.
  2. Presiden SBY dan pemerintahannya gagal untuk mendorong sebuah budaya toleransi di Indonesia, baik melalui jalur-jalur formal ataupun informal, seperti dalam bidang pendidikan. Hal ini yang menyebabkan sikap intoleransi di tengah masyarakat, karena kegagalan pemerintah untuk mengisi ruang-ruang tersebut dengan nilai-nilai Agama, termasuk Islam, yang lebih toleran dan saling menghormati sesama pemeluk agama.
  3. Alasan lain yang menyebabkan presiden SBY tidak layak mendapatkan award ini adalah bahwa SBY seringkali diam terhadap praktik dan kasus pelanggaran hak-hak yang dialami oleh kelompok minoritas agama/keyakinan di Indonesia. Dalam banyak kasus, seperti Ahmadiyah sejak tahun 2005 (di Lombok/NTT, di Jawa Barat dan Banten) sampai sekarang, presiden SBY tidak pernah memerintahkan jajaran aparatnya untuk bersikap tegas kepada pelaku intoleran yang nyata-nyata melanggar hukum dan UUD 1945. Demikian pula dalam kasus GKI Taman Yasmin dan HKBP Filadelfia Bekasi yang sampai sekarang tidak dapat beribadah di gereja mereka, presiden SBY tidak pernah tegas memberikan solusi bagi kelompok minoritas tersebut untuk menikmati hak-haknya dalam beribadah.

Gagalnya penegakan hukum, tidak adanya upaya untuk mendorong sikap lebih toleran dan saling menghormati, serta diamnya presiden SBY terhadap maraknya kasus-kasus pelanggaran HAM yang dialami oleh kelompok minoritas agama/keyakinan Indonesia saat ini telah berkontribusi besar meningkatkatnya sikap intoleransi di Indonesia. Untuk itu, HRWG menilai bahwa presiden SBY tidak layak untuk menerima penghargaan dari lembaga tersebut. Secara institusional, HRWG dan jaringan masyarakat sipil di Indonesia telah mempersiapkan dokumen tentang fakta-fakta intoleransi di Indonesia dan akan mengirimkan dokumen tersebut kepada AFC agar niatnya ini dibatalkan, karena secara faktual presiden SBY telah gagal untuk membangun toleransi di Indonesia.

Jakarta, 6 Mei 2013

Muhammad Choirul Anam

Wakil Direktur HRWG

Previous Post

Undangan Kuliah Umum & Peluncuran Buku “Jurnalisme Keberagaman”

Next Post

Jurnalisme dan Agama: Memperkenalkan International Association of Religion Journalists

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ahmadiyah

Global Peace Foundation Indonesia Gelar Peace! Project: Membangun Harmoni dalam Keberagaman

21/05/2025
Jelang 17 Agustus Ahmadiyah Dilarang Gelar Bazar Kemerdekaan, YLBHI: Ini Pelanggaran Konstitusi RI

Jelang 17 Agustus Ahmadiyah Dilarang Gelar Bazar Kemerdekaan, YLBHI: Ini Pelanggaran Konstitusi RI

10/08/2024
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Muslim Indonesia Terhadap Lingkungan serta Perubahan iklim

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Muslim Indonesia Terhadap Lingkungan serta Perubahan iklim

24/07/2024
Dijegal Menjadi Kepala Daerah, Elemen Gerakan Perempuan Aceh Menegaskan: Partisipasi Perempuan dalam Pilkada adalah Hak Konstitusional

Dijegal Menjadi Kepala Daerah, Elemen Gerakan Perempuan Aceh Menegaskan: Partisipasi Perempuan dalam Pilkada adalah Hak Konstitusional

23/07/2024
Next Post

Jurnalisme dan Agama: Memperkenalkan International Association of Religion Journalists

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotspace Privat Event Jakarta, Bukan Tindak Pidana!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In