Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Gender dan seksual

Nonton Bareng Dua Garis Biru, Direktur PKBI: Pernikahan Anak bukan Solusi!

by Lydia SEJUK
26/07/2019
in Gender dan seksual
Reading Time: 2min read
Share on FacebookShare on Twitter


“Film ini bisa menyampaikan informasi-informasi seputar seksualitas tanpa harus mengeksploitasi adegan-adegan seks” ungkap Eko Maryadi, Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam diskusi film Dua Garis Biru di Plaza Blok M pada hari jumat (19/07/2019).

Diskusi film ini turut menghadirkan Gina S. Noer selaku sutradara dan penulis skenari film Dua Garis Biru.

“Mengapa saya memilih tema kehamilan di luar nikah adalah saya merasa concern pada satu hal: pernikahan Anak dianggap jawaban. Dengan film ini saya menegaskan ketidaksetujuan saya terhadap pernikahan anak” kata Gina.

Menurut pernyataan Gina, menyodorkan kasus kehamilan di luar nikah merupakan salah satu jalan yang masuk akal untuk membicarakan tentang pendidikan seks.

Mengamini Gina, Shafira dari Remaja PKBI menyatakan Bahwa sudah seharusnya remaja mengetahui tentang pendidikan seks terutama fungsi-fungsi alat kontrasepsi dan resiko-resiko penyakit menular seksual dan resiko lainnya.

“Seringkali orangtua tabu membicarakan soal seksualitas terutama orangtua yang Sudah lahir sejak lama. Sekarang saatnya untuk bicara lebih banyak soal seksualitas terutama untuk anak yang mulai beranjak dewasa terutama karena biasanya anak mulai bertanya-tanya tentang itu”.

Eko juga menggarisbawahi “poin yang paling penting dari film ini adalah komunikasi antar Anak dan orangtua”.

“Pernikahan Anak bukan solusi” pungkas Eko mengakhiri sesinya.

Sejalan dengan itu PKBI menekankan tentang pentingnya pendidikan seksualitas komprehensif (CSE). CSE adalah pendidikan seksualitas berbasis hak dengan pendekatan yang berfokus gender dan diajarkan di dalam maupun di luar sekolah. CSE sendiri terdiri dari 7 komponen yaitu : (1) Keadilan dan Kesetaraan Gender, (2) Kesehatan seksual dan reproduksi serta HIV/AIDS, (3) Hak asasi manusia serta hak reproduksi dan seksual, (4) Aspek Positif dari Seksualitas, (5) Kekerasan berbasis Gender dan Seksual, (6) Keberagaman dan (7) Relasi Antar Manusia.

Hal yang harus dipahami dari CSE adalah materi tersebut harus bersifat komprehensif, harus terpenuhi dan tidak dapat dipisahkan komponen satu dengan yang lain. Dengan pemberian CSE, setiap individu akan belajar untuk menghargai tubuhnya dan memahami pentingnya hak kesehatan seksual dan reproduksi, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Melalui film Dua Garis Biru, sekelumit materi CSE dapat disampaikan dengan baik sehingga bisa menjadi muhasabah masing-masing menyikapi pernikahan anak dan bagaimana seharusnya menyampaikan CSE dengan mudah. []

Previous Post

Merampai Sejarah Membuka Toleransi

Next Post

Agama Baha’i Usung Kesatuan Umat saat Kecurigaan Masyarakat Menguat

Lydia SEJUK

Lydia SEJUK

Related Posts

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

Jangan Biarkan PPHAM Berjuang dalam Ancaman

23/05/2025
Perempuan, 16HAKTP

Peringati 16HAKTP, Aliansi Perempuan Indonesia Melakukan Aksi Menggugat Negara

25/11/2024
Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

16/09/2024
Transgender

Merayakan Pride Month Merayakan Diri Sendiri

03/09/2024
Next Post
Agama Baha’i Usung Kesatuan Umat saat Kecurigaan Masyarakat Menguat

Agama Baha’i Usung Kesatuan Umat saat Kecurigaan Masyarakat Menguat

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In